Tahun 1217 di bulan Juli.
Aku terbangun dari tidurku. Aku mengecek jam di dinding, waktu menunjukan pukul 5 pagi. Masih ada waktu 3 jam lagi sampai dimulainya pembelajaran di akademi. Aku bisa saja pergi tidur lagi tapi aku tidak lakukan, karena aku lebih suka berolahraga di pagi hari. Aku pun bangun dari tempat tidurku dan pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka. Setelah itu aku berganti pakaian yang biasanya ku gunakan untuk olahraga. Lalu aku bergegas keluar dari asramaku untuk memulai olahraga. Setelah aku membuka pintu ternyata suasana di luar asrama sangat sepi. Ya maklum mungkin banyak dari mereka yang masih tertidur karena jam masih menunjukkan pukul 5 pagi. Aku pun turun ke bawah dan pergi ke gerbang asrama. Saat sudah keluar dari gerbang asrama, aku melakukan pemanasan terlebih dahulu lalu aku berlari menuju air mancur di depan lobi. Tidak hanya sampai di air mancur, aku berniat berlari memutari akademi ini mulai dari gerbang asrama lalu melewati air mancur di depan lobi, penginapan pengajar dan tamu, taman di belakang akademi lalu kembali lagi ke gerbang asrama. Aku terus berlari sampai tidak terasa kalau aku sudah melakukan 2 putaran lari mengelilingi akademi. Saat melakukan putaran yang ketiga, ketika sudah melewati taman, aku melihat seorang perempuan sedang berlari dari pertokoan sambil membawa tas yang berisi bahan-bahan masakan. Ketika dia berlari, dua buah kentang terjatuh dari tas belanjanya. Tapi dia tidak menyadari kalau kentang itu terjatuh. Aku berinisiatif berlari untuk mengambil kentang itu dan berteriak untuk memberi tahu perempuan itu kalau kentangnya terjatuh. Tapi dia tidak mendengarkan, karena itu akupun berlari mengejarnya. Aku terus berteriak memanggilnya sambil berlari sampai akhirnya dia berhenti ketika mau memasuki area asrama. Tau kalau aku berteriak memanggilnya, dia pun menoleh.
"Hmm ada apa ya ?," ucap perempuan itu.
"Ini, kentang ini tadi terjatuh dari tas belanjamu," ucapku.
"Kentang ?," ucap perempuan itu bingung sambil memeriksa tas belanjanya.
Setelah melihat tas belanjanya, dia pun sadar kalau kentang yang dibelinya berkurang dan langsung berterima kasih kepadaku karena membawakannya.
"Terima kasih," ucap perempuan itu sambil menunduk.
"Sama-sama," ucapku.
"Kalau begitu, saya permisi dulu," ucap perempuan itu.
Kalau diperhatikan, perempuan itu mirip putri Irene karena tatapannya tampak dingin dan tidak menampilkan ekspresi apapun. Dan lagi aku baru menyadari kalau rambutnya juga berwarna putih seperti putri Irene. Tapi wajahnya tidak mirip dengan putri Irene.
Lalu perempuan itu lanjut berlari dan berhenti di gerbang asrama. Lalu perempuan itu masuk.
"Itu kan komplek asrama untuk tahun kedua, jadi perempuan itu adalah seniorku ya ?," pikirku.
Aku melanjutkan lariku dan akhirnya sampai di gerbang asrama tahun pertama. Itu berarti aku sudah menyelesaikan 3 putaran lari. Walaupun sudah 3 putaran, aku tetap melanjutkan lariku sampai akhirnya aku berhasil menyelesaikan 5 putaran lari. Saat itu, sudah lumayan banyak murid yang sudah keluar dari asrama mereka masing-masing. Mungkin ada dari mereka yang ingin olahraga atau sekedar merasakan udara pagi. Karena aku rasa olahragaku sudah cukup. Aku pun memutuskan kembali ke asrama ku untuk mandi dan membuat sarapan.
-
Setelah mandi, aku memutuskan membuat sarapan dari bahan-bahan yang ku beli semalem. Karena aku sudah pernah hidup sendiri setelah meninggalnya kakekku, aku tidak merasa khawatir untuk hidup mandiri di akademi ini selama 4 tahun. Setelah membuat sarapan dan memakannya, aku bersiap mengganti baju dengan seragam akademi. Seragamnya seperti kemeja berwarna putih lalu dilengkapi dengan blazer berwarna biru yang dibelakangnya ada simbol San Fulgen Academiya, lalu untuk celananya berwarna hitam. Kami diberikan 5 pasang per siswanya. Mungkin untuk berjaga-jaga apabila seragam kita kotor, besoknya kita tinggal menggantinya. 5 pasang seragam untuk 5 hari belajar di akademi dalam seminggu.
Setelah memakai seragam, karena waktu telah menunjukkan pukul 7 pagi aku pun segera bergegas menuju ke akademi. Tidak lupa aku membawa tas ku juga dengan pedang yang diberikan oleh akademi. Aku keluar dari asrama, setelah itu aku berpikir apakah harus menghampiri Charles, Chloe, Noa dan Enzo dulu. Karena kemarin tidak ada rencana untuk pergi ke akademi bersama, jadinya ku pikir tidak apa-apa kalau ku pergi ke akademi duluan. Lalu aku turun dari asrama dan berjalan ke gerbang akademi lalu terus berjalan sampai ke lobi. Lalu aku terus berjalan sampai akhirnya memasuki bagian dalam akademi. Aku melihat banyak bangunan di sebelah kiri dan kanan ku dan bangunan di tengah merupakan kantin akademi yang sering aku kunjungi. Menurut pengawas Alan, gedung untuk tahun pertama ada di samping kiri dan jalan dari lobi menuju gedung itu membentuk sudut 60°. Sepertinya aku tahu gedung itu. Aku pun berjalan menuju gedung itu.
"Jadi gedung yang ini ya," ucapku.
Gedung tahun pertama adalah gedung di sebelah kiri yang dekat dengan lobi.
"Padahal tinggal bilang saja kalau gedungnya berada di samping kiri dekat dengan lobi, kenapa sampai membicarakan sudut," pikirku.
Kalau dipikir-pikir, aku baru sadar kalau bangunan di dalam akademi ini membentuk pola Snowflakes (kepingan salju). Ada 6 bangunan termasuk Lobi yang mengelilingi bangunan di tengah, dan bangunan tengah yang merupakan kantin ini merupakan penghubung dengan 6 bangunan lainnya. Ke 6 bangunan yang mengelilingi bangunan tengah ini mempunyai ukuran yang sama, sepertinya 6 bangunan ini sama-sama mempunyai 5 lantai. Sedangkan bangunan di tengah adalah bangunan yang paling besar sendiri, aku tidak tahu ada berapa lantai bangunan itu. Tapi yang jelas di lantai 1 bangunan itu adalah kantin.
Setelah itu, aku pun memasuki bangunan untuk tahun pertama untuk mencari kelasku. Dan akhirnya aku menemukan kelasku yang merupakan kelas A berada di ujung lantai 1. Aku pun segera memasuki kelas itu. Kelas itu berbentuk seperti auditorium dengan bangku paling belakang berada di posisi paling tinggi di kelas, lalu perlahan menurun di setiap bangku di depannya, seperti sebuah anak tangga. Kondisi masih lumayan sepi walaupun sudah ada beberapa yang datang. Aku masuk ke kelas itu dan segera mencari tempat dudukku. Karena sepertinya bakalan bebas memilih tempat duduk, aku pun memilih duduk di bangku paling belakang. Setelah beberapa saat, kelas pun mulai ramai dengan datangnya murid-murid. Noa pun juga datang bersama Charles dan Chloe tapi tidak ada Enzo disana.
"Oy Rid, kenapa kamu datang duluan ke kelas ?," tanya Noa.
"Yah kupikir tidak apa-apa untuk datang ke kelas duluan karena sebelumnya kita tidak janjian akan berangkat bersama," ucapku.
"Yah itu benar juga sih," ucap Noa.
"Sudahlah Noa, mungkin Rid memang lebih suka datang awal ke kelas," ucap Charles.
"Ya sudahlah. Tidak apa-apa Rid kalau selanjutnya kamu ingin pergi ke kelas duluan. Tapi setidaknya saat pulang nanti, kamu harus pulang bersama kami," ucap Noa.
"Iya, iya," ucapku.
"Ngomong-ngomong, Rid. Apa kursi-kursi ini kosong ?," tanya Charles sambil menunjuk kursi-kursi yang berjejer di sebelahku.
"Iya sejak tadi tidak ada yang menempati. Duduk saja kalau kalian mau," ucapku.
Mereka bertiga pun juga ikutan duduk di kursi paling belakang. Noa duduk di samping kiriku, Chloe duduk di samping kananku sedangkan Charles duduk di samping kanan Chloe.
Setelah itu, Enzo pun juga datang dan tidak lama kemudian datanglah putri Irene dan juga kedua asistennya.
"Aku tidak tahu kalau kedua asistennya juga ada di kelas ini. Mungkin karena aku tidak tahu nama mereka berdua makanya aku tidak sadar saat mengecek daftar peserta yang lolos di urutan 1-40," pikirku.
Setelah itu, waktu menunjukkan pukul 8 pagi yang dimana kelas akan segera dimulai. Tidak lama kemudian, seseorang berpakaian seperti pengajar pun masuk ke dalam kelas. Orang itu adalah pengawas Alan, murid yang lain pun juga menyadari kalau itu adalah pengawas Alan.
"Selamat pagi, semuanya," ucap pengawas Alan.
"Tunggu sebentar, pengawas Alan. Apa yang pengawas Alan lakukan disini ?," ucap salah satu murid.
"Hmm ? ah sepertinya kalian belum tahu ya. Aku sekarang bukan pengawas lagi. Aku menjadi pengawas untuk mengawasi jalannya ujian masuk. Sebelum ditunjuk menjadi ketua pengawas ujian masuk, aku sebelumnya adalah pengajar juga. Jadi harusnya kalian tahu kan kenapa aku ada disini ?," ucap pengawas Alan.
"Jangan bilang kalau pengawas Alan akan menjadi pengajar disini ?," ucap salah satu murid.
"Itu benar," ucap pengawas Alan.
"Apaaaaa ?!?!?!," ucap para murid yang terkejut.
"Pengawas Alan akan menjadi pengajar kita ?," ucap salah satu murid.
"Hei sudah kubilang kalau jangan panggil aku pengawas lagi," ucap pengajar Alan.
"Semuanya pasti sudah tahu siapa aku. Tapi biar aku perkenalkan diriku sekali lagi. Namaku adalah Alan Hugo, aku akan mengajar di kelas ini. Bukan hanya sebagai pengajar tapi aku juga akan menjadi wali kelas di kelas ini," ucap wali kelas Alan.
"Apaaaaaa ?!?!?!?!," ucap murid yang terkejut.
"Tidak hanya menjadi pengajar tapi juga menjadi wali kelas disini ?!?!, ucap salah satu murid.
"Mohon bantuannya ya kalian semua. Kalau begitu, apakah bisa kita langsung mulai pelajarannya ?," tanya wali kelas Alan.
- Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasyPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...