Chapter 150 : Tidak Akan Ada Yang Berubah

4 2 0
                                    


"Bukankah ini benar-benar keterlaluan ? 4 pertandingan berturut-turut menghadirkan murid tahun pertama melawan murid tahun keempat terus-menerus," ucap Chloe.
"Siapa tau memang hanya kebetulan saja. Lagipula jika memang kita ingin menjuarai turnamen ini, kita tidak bisa memilih untuk tidak melawan murid tahun keempat," ucapku.
"Yah kamu memang benar. Aku hanya sedikit kesal saja dan mengira kalau ini disengaja karena 4 pertandingan berturut-turut murid tahun pertama melawan murid tahun keempat terus," ucap Chloe.
Lalu kami kembali melihat ke proyeksi itu. Terlihat tuan Alan sudah kembali ke arena untuk mengumumkan peserta yang akan bertanding selanjutnya.
"Mari kita lanjut ke pertandingan selanjutnya. Kali ini kembali lagi ke pertandingan antara murid laki-laki, mari kita lihat bagan pertandingannya," ucap tuan Alan.
Bagan pertandingan pun dimunculkan di proyeksi. Nama peserta yang akan bertanding di pertandingan selanjutnya masih belum diperlihatkan namun perlahan-lahan nama peserta itu pun muncul. Pertandingan selanjutnya adalah senior Darryl yang merupakan anggota Elevrad tahun ketiga melawan seorang murid laki-laki dari tahun keempat.
"Kali ini murid tahun ketiga yang melawan murid tahun keempat," ucap Charles.
"Aku bilang juga apa, Chloe. Pertandingan sebelumnya memang hanya kebetulan saja. Para murid tahun pertama kebetulan mendapatkan lawan murid tahun keempat," ucapku.
"Sepertinya aku sudah berburuk sangka," ucap Chloe.
-
Pertandingan pun terus berlangsung sampai jam 1 siang. Karena jam 1 siang adalah waktu untuk istirahat, pertandingan pun diberhentikan selama 1 jam lalu dilanjutkan kembali jam 2 siang.
Sejauh ini, senior Darryl berhasil lolos ke 16 besar setelah mengalahkan murid tahun keempat.
Murid perempuan tahun ketiga yang merupakan anggota Elevrad juga berhasil lolos setelah mengalahkan murid perempuan tahun kedua.
Putri Amelia juga berhasil lolos setelah mengalahkan murid perempuan tahun keempat dan senior Vanina juga berhasil lolos setelah mengalahkan murid perempuan tahun ketiga.
Enzo juga berhasil lolos ke 16 besar setelah mengalahkan murid laki-laki tahun kedua, dia menjadi murid tahun pertama yang pertama lolos ke 16 besar.
Sementara itu, murid tahun pertama lainnya yang gugur pun bertambah, kali ini Glenn dan Troy yang satu kelas denganku juga gugur setelah melawan murid tahun ketiga. Satu-satunya murid laki-laki kelas B tahun pertama yang menjadi peserta turnamen murid laki-laki pun juga gugur setelah melawan murid tahun kedua.
Karena sekarang sudah waktunya istirahat, arena turnamen pun ditinggali oleh para penonton yang mau pergi makan dan minum. Saat turnamen, kantin akademi dibuka dan melayani makan dan minum secara gratis saat jam istirahat. Baik itu para murid, bangsawan dan orang penting lainnya boleh memesan makanan dan minuman di kantin secara gratis tapi itu hanya berlaku saat jam istirahat saja. Meskipun kantin melayani makan dan minum secara gratis, tidak sedikit juga yang lebih memilih untuk membeli makanan di pasar dan area pertokoan karena tidak mau mengantri lama di kantin hanya untuk makan dan minum.
-
Di salah satu ruangan khusus.
"Waktu istirahat semakin berkurang, kalau begitu saya izin pamit dulu, Yang Mulia Ratu. Saya mau pergi membeli makanan dan sekalian berkeliling melihat-lihat akademi," ucap Duke Remy.
"Silahkan, tuan Duke," ucap Ratu Kayana.
Duke Remy pun meninggalkan ruangan itu. Setelah beberapa langkah meninggalkan ruangan itu, Duke Remy berpapasan dengan nona Karina.
"Salam hormat, tuan Duke," ucap nona Karina sambil membungkuk untuk memberi hormat.
"Tidak usah seformal itu, kepala akademi," ucap Duke Remy.
"Maafkan saya, tuan Duke. Ngomong-ngomong, tuan Duke mau pergi kemana ?," tanya nona Karina.
"Saya mau ke bawah untuk membeli makanan," ucap Duke Remy.
"Apa tidak ada yang membelikan anda makanan ? kalau begitu biar saya suruh salah satu staff saya untuk membelikan anda makanan," ucap nona Karina.
"Tidak perlu, kepala akademi. Saya berniat untuk membeli makanan sendiri sambil berkeliling melihat-lihat akademi, sudah lama sekali saya tidak datang ke akademi ini," ucap Duke Remy.
"Baiklah kalau begitu. Saya ada keperluan dengan Yang Mulia Ratu jadi saya permisi dulu ya, tuan Duke," ucap nona Karina.
"Silahkan, kepala akademi," ucap Duke Remy.
Nona Karina pun melanjutkan langkahnya menuju ruangan Yang Mulia Ratu, sementara itu Duke Remy terus memperhatikan nona Karina sampai dia masuk ke ruangan itu.
-
Di ruangan khusus tempat Ratu Kayana berada.
"Salam hormat, Yang Mulia Ratu. Apakah anda sedang senggang saat ini ?," tanya nona Karina.
"Kira-kira begitu, aku sedang menunggu makananku datang tapi sepertinya aku masih harus menunggu agak lama. Apa anda ada suatu keperluan denganku, kepala akademi ?," tanya Ratu Kayana.
"Iya, Yang Mulia Ratu. Kalau bisa saya ingin berbicara empat mata dengan anda," ucap nona Karina.
"Baiklah," ucap Ratu Kayana.
Ratu Kayana pun memberi isyarat kepada para prajurit yang menemaninya untuk segera pergi meninggalkan ruangan ini. Para prajurit itu pun mengerti dan langsung pergi dari ruangan itu.
"Haaaahhh aku capek berbicara formal terus daritadi," ucap nona Karina.
"Fufufu lucu sekali melihatmu berbicara formal begitu, Karina. Jadi ada perlu apa kamu datang ke ruanganku ?," tanya Ratu Kayana.
-
Lalu setelah istirahat, Pertandingan turnamen akademi pun dilanjutkan kembali. Kali ini adalah giliran Irene untuk bertanding dan mendapatkan lawan seorang murid perempuan tahun kedua. Pertandingan antara mereka tidak berlangsung lama, Irene berhasil menang dan lolos ke 16 besar.
Selanjutnya adalah giliran Charles, dia mendapatkan lawan seorang murid laki-laki tahun kedua. Meskipun pertandingan antara mereka cukup sengit, Charles berhasil memenangkan pertandingan dan lolos ke 16 besar.
Selanjutnya adalah giliran Chloe, dia mendapatkan lawan seorang murid perempuan tahun kedua sama seperti Irene. Pertandingan mereka berlangsung cukup sengit tapi Chloe bisa memenangkan pertandingan itu dan lolos ke 16 besar.
"Pangeran Charles dan Putri Chloe hebat juga ya, Yang Mulia Ratu," ucap Duke Remy.
"Iya, sepertinya mereka sudah berkembang selama di akademi ini. Irene juga sepertinya bertambah kuat," ucap Ratu Kayana.
-
Pertandingan turnamen akademi pun masih berlanjut. Saat ini, Lillian tengah terbaring tidak sadarkan diri dengan banyak luka pada tubuhnya. Di hadapannya ada senior Nadine yang sedang memegang senapan miliknya.
"Pertandingan turnamen akademi khusus murid perempuan antara Lillian Aurora Nielba melawan Nadine Emerald, dimenangkan oleh Nadine Emerald," ucap nona Nora, pengawas yang sebelumnya menjadi wasit di ujian masuk akademi.
Lama tidak melihatnya, kali ini beliau menjadi wasit untuk turnamen akademi khusus murid perempuan.
"Sepertinya senior Nadine terlalu sulit untuk dihadapi oleh Lillian," ucap Charles.
"Iya, apalagi senior Nadine merupakan murid terkuat di tahun kedua," ucapku.
Setelah itu, senior Nadine kembali ke lorong menuju ruang tunggu peserta tahun kedua, sementara Lillian ditandu oleh para staff menuju ruang perawatan.
Kami pun kembali menatap proyeksi yang berada di ruang tunggu tahun pertama.
"Mari kita lanjutkan pertandingannya, kita beralih ke pertandingan murid laki-laki. Jika kita lihat di bagan, pertandingan ini merupakan pertandingan terakhir untuk murid laki-laki di 32 besar ini. Kalau begitu langsung kita lihat saja siapa yang akan bertanding," ucap tuan Alan.
"Aku pergi dulu," ucapku.
"Memangnya kamu yang akan maju, Rid ?," tanya Chloe.
"Sudah jelas, daritadi aku belum mendapatkan giliran dan ini adalah pertandingan terakhir. Jadi ini pasti adalah giliranku," ucapku.
"Semangat, Rid," ucap Charles.
Irene pun juga menyemangatiku.
Lalu aku pergi ke lorong untuk menuju arena turnamen.
Nama peserta yang akan bertanding di pertandingan terakhir ini pun muncul.
"Peserta yang akan bertanding di pertandingan terakhir ini adalah Rid Archie dari tahun pertama melawan Charlos Roa dari tahun ketiga. Mari kita sambut kedua peserta ini," ucap tuan Alan.
Para penonton pun mulai bersorak dan kami berdua pun mulai memasuki arena turnamen.
"Hmmm kamu kan ?," tanyaku.
"Mana sopan santunmu, brengsek ? panggil aku senior," ucap Charlos.
"Aku tidak punya rasa hormat padamu jadi aku tidak perlu memanggilmu senior, tapi tidak kusangka kalau kamu bisa mengikuti turnamen ini. Sepertinya kamu cukup kuat karena bisa lolos dari kualifikasi," ucapku.
"Sebelumnya aku hanya menahan diri, tapi saat ini akan aku pastikan untuk mempermalukanmu di turnamen ini," ucap Charlos.
"Tidak akan ada yang berubah," ucapku.
"Apa maksudmu ?," tanya Charlos.
"Sudah, jangan banyak bicara. Apa kalian berdua sudah siap untuk bertanding ?," tanya tuan Elgin.
"Siap!," ucap kami berdua.
"Kalau begitu, pertandingan dimulai!," ucap tuan Elgin.
Saat pertandingan dimulai, aku langsung bergegas melesat ke arah Charlos.
~Secret Sword Art : Dragon's Breath Slash~
Aku langsung menyerang Charlos dengan salah satu teknik milikku. Charlos tidak sempat untuk bertahan dari serangan itu dan membuatnya terkena serangan itu dengan telak. Ketika serangan pedangku mengenainya, lantai arena turnamen yang berada di bawah kami berdua pun mulai retak dan hancur. Setelah itu, Charlos pun terhempas menabrak dinding arena yang berada di belakangnya dan membuat dinding itu juga ikutan hancur. Charlos pun terjatuh ke lantai bersama puing-puing dinding yang hancur itu. Dia pun tidak sadarkan diri dengan banyak darah yang perlahan keluar dari tubuhnya. Para penonton yang melihat itu pun terkejut.
"Sudah kubilang kan, 'Tidak akan ada yang berubah', kamu tetap tidak bisa mengalahkanku," ucapku.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang