Chapter 165 : Menang Tapi Tak Senang

8 1 0
                                    


Kabut yang menutupi arena turnamen perlahan mulai menghilang. Di dalam kabut yang perlahan menghilang tersebut, terlihat sosok bayangan yang terbaring di lantai. Dan ketika kabut itu sepenuhnya sudah hilang, terlihat jelas siapa yang terbaring di lantai itu. Itu adalah Irene, dia terbaring dengan banyak darah dan luka tebasan di tubuhnya. Rapier-rapier es yang mengelilinginya pun sudah hancur semuanya dan jatuh ke lantai arena menjadi pecahan-pecahan es. Para penonton yang melihat itu pun terkejut.
-
Di ruang tunggu peserta.
"Benar-benar serangan yang mematikan," ucapku.
"Kamu bisa melihatnya ya, Rid ? Penglihatanmu bagus juga padahal serangan yang dilancarkan Gretta terjadi di dalam kabut yang tebal," ucap senior Vyn.
"Iya, aku melihat senior Gretta menebas Irene dengan pedangnya dan disaat yang sama kabut-kabut yang berada di sekitar Irene juga menebasnya. Makanya Irene mengalami banyak luka tebasan di tubuhnya," ucapku.
"Iya, bisa dibilang itu salah satu teknik terkuat milik Gretta. Dia sangat jarang menggunakan pedangnya dan juga teknik itu. Ketika bertanding melawan seseorang, dia lebih memilih menggunakan serangan kakinya yang diperkuat Mana untuk menyerang lawan dan menggunakan clonenya yang terbuat dari sihir kabut untuk mengelabui lawan atau membantu menyerang lawan. Meskipun dia tidak bisa membuat clone lebih dari 3, tapi satu clone miliknya saja sudah cukup merepotkan karena memiliki kekuatan yang setara dengan wujud aslinya,"
"Tapi melihat dia memilih untuk menggunakan salah satu teknik terkuatnya, sepertinya dia menganggap Irene lawan yang kuat," ucap senior Vyn.
"Begitu ya," ucapku.
Aku pun kembali melihat ke arah proyeksi, proyeksi memperlihatkan Irene yang masih terbaring di lantai arena.
"Irene...," pikirku.
-
Kembali ke arena.
Senior Gretta menaruh pedangnya kembali di pinggangnya, kemudian dia menatap Irene yang terbaring.
"Lihat kan, aku pakai teknik ini saja kamu langsung tumbang. Jika aku memakai teknik ini dari awal, kamu pasti akan tumbang dengan cepat dan itu tentu saja akan memalukan bagimu,"
"Aku terpaksa menggunakan teknik ini karena aku tahu kalau memakai tendangan, clone dan ~Stealth Magic~ saja tidak cukup untuk mengalahkanmu. Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka cukup parah, Irene. Yah sepertinya saat ini kamu tidak bisa mendengarkanku jadi aku akan meminta maaf lagi nanti," ucap senior Gretta.
Kali ini senior Gretta menatap ke arah lain dan membelakangi Irene. Lalu nona Nora langsung mengumumkan hasil pertandingannya.
"Pertandingan semifinal turnamen akademi khusus murid perempuan antara Grett-,"
Belum sempat nona Nora melanjutkan perkataannya, tiba-tiba seluruh lantai arena membeku menjadi es.
"Apa ?!?!," ucap senior Gretta yang nampak terkejut.
Lalu senior Gretta berbalik, tiba-tiba Irene sudah terbangun dan melesat dengan cepat ke arahnya.
~Freezing Air Slash~
Irene langsung melancarkan serangannya ke senior Gretta. Senior Gretta pun menahan serangan itu dengan kakinya. Rapier milik Irene dan kaki senior Gretta pun beradu kembali.
"Bagaimana bisa kamu bangkit kembali, Irene ? Dengan luka separah itu harusnya kamu sudah tumbang," ucap senior Gretta.
"Karena.....aku....sudah....bertekad....untuk.....memenangkan.....pertandingan.....ini....jadi....luka....seperti....ini.....tidak......ada.....apa....apanya," ucap Irene yang terbata-bata..
Adu kekuatan di antara mereka terlihat masih seimbang tetapi kaki senior Gretta yang digunakan untuk menahan serangan milik Irene perlahan mulai membeku.
"Ughhh," senior Gretta terlihat kesakitan.
Irene meningkatkan kekuatannya sehingga senior Gretta terdominasi oleh kekuatan Irene. Namun, ketika senior Gretta hampir kalah dalam adu kekuatan itu, tiba-tiba Irene jatuh tersungkur ke lantai arena. Irene pun langsung tidak sadarkan diri.
"Eh ?," ucap senior Gretta yang tampak bingung.
Melihat Irene yang jatuh tersungkur dan tidak bangkit kembali, nona Nora langsung mengumumkan hasilnya kembali.
"Pertandingan semifinal turnamen akademi khusus murid perempuan antara Gretta Schwartz melawan Irene Emerald San Lucia, dimenangkan oleh Gretta Schwartz," ucap nona Nora.
Sebagian besar penonton pun bersorak.
"Pertandingan yang luar biasa,"
"Kamu hebat sekali, Gretta,"
"Aku tidak tahu apa yang kamu lakukan kepada putri es saat di kabut tadi, tapi itu pasti serangan yang hebat," sorak para penonton.
"Sayang sekali putri es harus kalah, padahal dia sempat bangkit kembali,"
"Mau bagaimana lagi, dia sudah menderita luka yang lumayan parah. Tapi putri es hebat sekali karena masih bisa bangkit untuk menyerang balik," ucap penonton yang saling mengobrol.
Senior Gretta nampak diam saja, dia sepertinya masih bingung dengan apa yang terjadi.
"Aku tidak menyangka kalau Irene masih bisa bangkit setelah terkena salah satu serangan terkuatku tadi. Aku lengah karena mengira kalau Irene sudah tumbang dan mengakibatkan kakiku membeku seperti ini. Aku juga sempat terpojok tadi saat adu kekuatan dengannya. Beruntung Irene tiba-tiba tumbang, mungkin karena dia sudah mencapai batasnya. Jika Irene tidak tumbang, mungkin tadi aku sudah kalah. Kamu benar-benar kuat ya, Irene," pikir senior Gretta sambil melihat ke arah Irene yang tidak sadarkan diri.
Tidak lama kemudian, beberapa staf mulai memasuki arena turnamen. Mereka dengan cepat langsung menandu dan membawa Irene ke ruang perawatan karena luka Irene yang cukup parah. Sementara, ada dua staf lainnya yang menghampiri senior Gretta. Mereka berdua ingin membawa senior Gretta ke ruang perawatan juga karena senior Gretta juga mengalami luka di badannya dan lagi, salah satu kakinya membeku karena menahan serangan Irene.
"Ah tidak perlu kok, aku bisa menyembuhkan diriku sendiri," ucap senior Gretta.
Senior Gretta mulai menyembuhkan luka di badannya dengan ~Heal~ dan mencairkan es di salah satu kakinya dengan sihir api.
"Lihat kan ? Aku sudah tidak kenapa-kenapa, kalian fokus saja untuk menyembuhkan Irene," ucap senior Gretta.
Kedua staff itu pun mengangguk dan pergi meninggalkan senior Gretta. Kemudian senior Gretta berjalan menuju lorong yang menghubungkan arena ini dengan ruang tunggu peserta.
"Ini memang kemenanganku tapi entah kenapa aku tidak merasa senang sama sekali," pikir senior Gretta.
-
Kembali ke arena.
Terlihat tuan Alan sedang berada di arena yang masih membeku karena sihir es milik Irene.
"Pertandingan semifinal di turnamen akademi hari ini telah selesai. Untuk pertandingan final dan penentuan juara ketiga akan dilanjutkan kembali esok hari jam 10.00 pagi. Para penonton sudah boleh untuk meninggalkan arena turnamen ini. Terima kasih atas kehadirannya hari ini dan sampai jumpa besok," ucap tuan Alan.
Lalu tuan Alan meninggalkan arena turnamen. Para penonton yang hadir pun juga mulai meninggalkan area turnamen ini.
-
Di bangku penonton di tempat Yang Mulia Ratu berada.
"Aku tidak percaya kalau Irene masih bisa bangkit tapi sayang sekali dia tiba-tiba tumbang karena sudah mencapai batas," ucap Ratu Kayana.
"Anda benar, Yang Mulia Ratu," ucap komandan Oliver.
Tiba-tiba, Duke Remy berdiri dari tempat duduknya.
"Maaf, Yang Mulia Ratu, karena pertandingan hari ini telah usai, saya mau izin untuk meninggalkan arena ini terlebih dahulu. Saya mau bertemu dengan seseorang," ucap Duke Remy.
"Begitu ya, silahkan, tuan Duke," ucap Ratu Kayana.
"Kalau begitu saya permisi, Yang Mulia Ratu, Komandan," ucap Duke Remy.
"Iya, tuan Duke," ucap Ratu Kayana.
Komandan Oliver pun membungkuk hormat ke arah Duke Remy. Duke Remy pun pergi meninggalkan area turnamen.
"Ayo kita pergi juga, aku ada janji makan siang bersama Charles dan Chloe," ucap Ratu Kayana.
-
Di ruang tunggu peserta.
Senior Gretta baru kembali dari arena turnamen.
"Selamat, Gretta, karena telah lolos ke babak final," ucap senior Alisha dan senior Vyn.
"Selamat, senior Gretta," ucapku.
"Eh, makasih,"
"Ah, aku minta maaf karena telah membuat pacarmu terluka cukup parah, Rid," ucap senior Gretta.
"Kamu tidak perlu meminta maaf padaku, aku tidak masalah akan hal itu, senior. Kalau kamu ingin meminta maaf, lebih baik ke Irene langsung," ucapku.
"Iya, aku memang berniat untuk meminta maaf padanya nanti," ucap senior Gretta.
"Karena aku sudah mengucapkan selamat ke Gretta, aku pergi duluan ya. Aku harus pergi menemui seseorang," ucap senior Vyn.
Senior Vyn pun pergi meninggalkan ruang tunggu peserta.
"Aku juga pergi duluan ya, senior. Aku mau ke ruang perawatan untuk menjenguk Irene," ucapku.
-
Beberapa menit kemudian, di area pertokoan.
Terlihat Duke Remy dan putri Amelia tengah membeli makanan di tempat itu.
"Karena banyak yang makan siang di kantin, tempat ini jadi sepi ya. Tapi ini lebih baik karena tidak perlu mengantri panjang untuk mendapatkan makanan," ucap Duke Remy.
"Kamu benar, ayahanda," ucap putri Amelia.
Lalu senior Vyn datang menghampiri Duke Remy dan putri Amelia.
"Maaf datang terlambat, paman," ucap senior Vyn.
"Tidak apa-apa, tidak terlalu terlambat juga. Silahkan kamu membeli makanan dulu, Vyn," ucap Duke Remy.
"Baik," ucap senior Vyn.
Setelah membeli makan, mereka bertiga pun memakan makanan itu di meja makan yang terletak di ujung area pertokoan. Di meja makan itu sangat sepi hanya ada mereka bertiga saja. Lalu setelah makan, mereka bertiga pun mulai mengobrol.
"Aku mungkin telat mengatakan ini tapi selamat karena telah berhasil lolos ke babak final lagi, Vyn," ucap Duke Remy.
"Terima kasih, paman. Jadi apa yang ingin paman bicarakan dengan mengajak saya kesini ?," tanya senior Vyn.
"Ini berkaitan dengan pertandinganmu melawan Rid Archie di final besok. Ini pertanyaan serius, bisakah kamu membunuh Rid Archie saat bertanding melawannya ?," tanya Duke Remy.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang