Chapter 137 : Ujian di Alam Liar

4 2 0
                                    


Keesokan paginya pukul 08.00.
Kami semua sedang berkumpul di depan gerbang kediaman Duke sambil menunggu tuan Alan keluar dari kediaman. Tadi pagi, sekitar pukul 6.00, tuan Alan pergi duluan ke kediaman Duke untuk mengurus ujian terakhir ini.
"Kenapa kita tidak disuruh masuk ke kediaman ya ? Malah disuruh untuk menunggu di gerbang depan, Apa ujian hari terakhir ini kita tidak melakukannya di kediaman ?," tanya Noa.
"Entahlah," ucapku.
Lalu Tuan Alan, Komandan Marshall dan prajurit Duke lainnya pun muncul dari dalam wilayah kediaman. Kali ini tidak ada Duke Darwin yang menemani mereka.
"Apa semua murid tahun pertama sudah ada disini semua dan tidak ada yang tertinggal di penginapan ?," tanya tuan Alan.
Kami melihat ke sekitar untuk memeriksa teman kami.
"Tidak ada tuan," ucap para murid.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menjelaskan tentang ujian terakhir ini,"
"Apa kalian tau ada apa di belakang kediaman Duke ? lebih tepatnya yang ada di di luar gerbang belakang kediaman Duke," ucap tuan Alan.
"Ada padang rumput, gunung tapi lebih kecil juga dibilang gunung, mungkin bukit, ada sungai, hutan dan lainnya, tuan," ucap salah satu murid.
"Kamu benar, di bagian belakang kediaman Duke ada perbukitan, hutan, sungai, padang dan lainnya yang jika ditotal memiliki luas sekitar 300 hektar. Ujian terakhir kalian akan dilaksanakan di tempat itu," ucap tuan Alan.
Para murid pun terkejut mendengar itu.
"Ujian di tempat itu ?,"
"Berarti kita akan melakukan ujian di alam liar ?," tanya para murid.
"Benar, ujian terakhir ini kalian akan melakukan ujian di alam liar yang berada di belakang kediaman Duke," ucap tuan Alan.
Lalu tuan Alan mengambil sesuatu di saku pakaiannya.
"Apa kalian tau ini ?," tanya tuan Alan sambil menunjukan sesuatu yang dia ambil dari sakunya.
"Itu sebuah medali kan ?," ucap salah satu murid.
"Benar, ini adalah medali. Ini hanyalah medali biasa yang terbuat dari besi. Dalam ujian ini, kalian harus mengumpulkan medali-medali yang sama dengan medali ini di alam liar. Satu medali bernilai 200 poin dan maksimal poin yang bisa kalian dapatkan di ujian ini adalah 4000 poin, yang berarti jika kalian ingin mendapatkan poin maksimal kalian harus mendapatkan 20 medali pada ujian kali ini,"
"Awalnya kalian semua akan diantar oleh para prajurit ini untuk menuju titik mula kalian masing-masing. Titik mula kalian itu berbeda-berbeda, ada dari kalian yang memulainya dari sisi hutan dan ada dari kalian yang memulainya dari sisi perbukitan dan lain-lain. Untuk memulai ujian agar kalian bisa langsung mencari medali itu secara berbarengan meskipun lokasi kalian berbeda-beda, kami akan melancarkan serangan sihir ke langit dan itu menjadi pertanda untuk langsung memulai ujian mencari medali,"
"Batas waktu ujiannya adalah sampai jam 6 sore. Jika kalian sudah mendapatkan 20 medali sebelum jam itu, kalian bisa langsung mengantarkan medali itu ke gerbang belakang kediaman Duke. Kami tidak akan memberikan peta jadi kalian harus mencari gerbang kediaman itu sendiri. Jika kalian kesulitan menemukan gerbang kediaman, kalian bisa tetap diam disana dan menunggu sampai dijemput oleh para prajurit. Jika sampai jam 6 sore kalian cuma mengumpulkan medali seadanya, berarti poin yang kalian dapatkan akan dihitung berdasarkan medali yang kalian dapatkan tapi kalian tidak akan mendapatkan poin sempurna. Mengerti ?," ucap tuan Alan.
"Mengerti, tuan," ucap para murid.
Para murid nampak mengerti dengan penjelasan tuan Alan.
"Sepertinya ini akan menjadi ujian yang mudah,"
"Benar, kita hanya harus mencari 20 medali dan batas waktunya juga lumayan lama," ucap murid yang sedang mengobrol.
"Masih ada penjelasan lainnya," ucap tuan Alan.
"Masih ada lagi ?,"
"Aku kira tadi sudah semuanya," ucap para murid yang sedikit terkejut mendengar kalau masih ada penjelasan lainnya.
"Medali yang tersebar di alam liar hanya berjumlah 2000 medali. Jumlah semua murid tahun pertama adalah 200 orang yang berarti harusnya ada 4000 medali yang tersedia agar setiap murid bisa mendapatkan 20 medali. Jika hanya 2000 medali maka hanya 100 orang saja yang bisa mendapatkan 20 medali dan 100 orang sisanya tidak mendapatkan medali satupun,"
"Medali-medali itu bisa kalian temuka di dasar sungai, di atas pohon, di balik semak dan lainnya. Tapi tentu mencari semua medali itu tidak lah mudah. Ada cara lain untuk mendapatkan medali selain mencari medali itu di alam liar," ucap tuan Alan.
"Apa itu tuan ?," tanya salah satu murid.
"Yaitu mengalahkan murid lain yang memiliki medali dan merebut medali mereka," jawab tuan Alan.
Mendengar itu, para murid pun terkejut.
"Kenapa kalian terkejut ? menurutku itu wajar, apalagi jumlah medali yang ada untuk mendapatkan poin sempurna tidak sesuai dengan jumlah para murid yang ada. Pasti kalian akan saling berebut medali itu agar bisa mendapatkan poin sempurna. Maka aku menyatakan menyerang dan merebut medali murid lain itu diperbolehkan,"
"Kalian juga boleh membentuk tim dengan murid lainnya untuk mencari medali tapi tetap perolehan medalinya itu sendiri-sendiri. Jika kalian membuat tim berdua, maka kalian butuh 40 medali agar kalian berdua mendapatkan poin sempurna,"
"Karena ujian akan dilangsungkan sampai jam 6 sore, kalian mungkin akan melewatkan makan siang. Kalian boleh memakan apapun yang ada di alam liar itu entah itu buah-buahan, tumbuhan ataupun hewan yang ada. Tapi resiko keracunan akibat memakan makanan liar ditanggung sendiri oleh kalian,"
"Satu hal lagi. Selain mewaspadai murid lain yang mungkin menyerang kalian, kalian juga harus mewaspadai hewan buas yang ada di alam liar itu ataupun monster yang ada disana. Saat aku dan prajurit lainnya menaruh medali di alam liar itu, kami melihat beberapa monster seperti slime, kawanan kecil goblin, Planta dan Blom. Meskipun mereka adalah monster tingkat rendah, tapi cukup berbahaya untuk murid seperti kalian jadi kalian harus hati-hati. Apa kalian mengerti ?," tanya tuan Alan.
"Mengerti, tuan," ucap para murid.
Sebagian besar dari para murid merasa gelisah dan takut akan ujian ini setelah mendengar penjelasan lanjutan dari tuan Alan. Awalnya mereka menganggap kalau ujian ini akan mudah tapi pada akhirnya mereka sadar akan bahayanya ujian ini, apalagi mereka akan memulai ujian dengan lokasi yang berbeda-beda.
"Kalau kalian sudah mengerti dan tidak ada pertanyaan lagi. Mari kita segera mulai ujiannya, para prajurit akan mengantar kalian ke lokasi yang berbeda-beda dan setelah sampai di lokasi kalian, tunggu sihir aba-aba dari kami," ucap tuan Alan.
"Baik, tuan," ucap para murid.
-
Kami semua pun diantar oleh para prajurit ke lokasi yang berbeda-beda. Aku diantar oleh seorang prajurit ke hutan yang berada di belakang kediaman Duke. Ada beberapa murid juga yang dibawa ke hutan tapi kami tetap ditempatkan di spot yang berbeda.
Setelah itu aku pun sampai di spot yang menjadi titik mulaku. Spot yang ku tempatkan berada di titik terpencil di dalam hutan, sunyi sekali di tempat itu.
Aku pun menunggu sihir aba-aba yang akan dilakukan oleh tuan Alan dan pengajar lainnya. Setelah beberapa saat, beberapa sihir pun dilancarkan ke langit yang menjadi tanda dimulainya ujian. Aku awalnya ingin langsung mencari medali setelah sihir itu dilancarkan, tapi ada urusan lain yang harus aku bereskan.
"Hei, tuan. Bukankah setiap murid hanya ditemani satu prajurit saja untuk menuju spot yang dituju ?," tanyaku kepada prajurit yang menemaniku menuju spotku.
Prajurit itu masih berada di dekatku untuk memastikan aku memulai ujian sesuai sihir aba-aba.
"Itu benar," ucap prajurit itu.
"Lalu kenapa disekelilingku ada banyak prajurit yang terlihat sedang mengepungku ?," tanyaku.
"Oh jadi kamu sudah tau ya," ucap prajurit itu.
Prajurit-prajurit lain yang awalnya bersembunyi di atas pohon dan di balik pohon pun mulai mendekatiku.
"Apa harus sebanyak ini untuk menghabisi seorang murid ?," tanya seorang prajurit.
"Lakukan saja, ini perintah tuan Duke," ucap prajurit lainnya.
"Maafkan kami ya. Kami tidak ada masalah pribadi denganmu tapi kami hanyalah menjalankan perintah saja," ucap prajurit yang sebelumnya aku lawan di ujian hari pertama dan kedua.
Dia juga ikut dalam sekumpulan prajurit yang mengepungku. Melihat para prajurit itu mulai mendekatiku, aku pun langsung menyiapkan pedangku.
"Lebih baik kamu tidak melawan, lagipula apa yang bisa kamu lakukan dengan pedang dari akademi ?," tanya prajurit yang sebelumnya menjadi lawanku.
~Enhance Weapon : Sharp~
Aku meningkatkan ketajaman pada pedang yang aku pakai.
"Aku sudah menduga hal ini akan terjadi. Selama di kediaman Duke, aku selalu merasa ada yang mengawasiku. Aku pun juga tau kalau aku mau dihabisi disini setelah membaca pikiran prajurit yang menemaniku," ucapku.
"Lalu kalau kamu tau soal itu, kenapa kamu malah tetap mengikutinya ?," tanya salah satu prajurit.
"Tentu saja untuk membereskan kalian juga. Aku tetap mengikuti prajurit itu karena aku yakin dapat membereskan hal ini. Jika aku tidak membereskannya sekarang, akan jadi masalah untuk kedepannya," ucapku.
"Kamu sombong sekali ya, bocah," ucap prajurit yang lainnya.
Mereka pun semakin mendekatiku.
"Kalian menempatkanku di spot ini agar tidak ada yang tahu kan kalau kalian berniat menghabisiku. Tapi ini juga berlaku untukku, spot ini akan membuatku tidak diketahui ketika akan menghabisi kalian,"
"Aku memang sebelumnya belum pernah membunuh orang. Sepertinya disini akan menjadi pertama kalinya aku membunuh orang," ucapku sambil bersiap menyerang dengan pedangku.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang