Chapter 85 : Pertandingan Harian, Rid vs Amelia

7 2 0
                                    


Keesokan paginya.
Aku tetap berlatih tanding dengan Irene di tempat latihan kelas A.
"Rid, untuk pertandinganmu melawan putri Amelia nanti, lebih baik kamu hati-hati. Karena dia lawan yang berbeda dengan lawan yang biasa kamu lawan di pertandingan harian," ucap Irene.
"Iya aku tau kok. Meskipun aku tidak menonton pertandinganmu dengannya dari awal, aku tau kalau dia itu sangat kuat," ucapku.
"Iya, bahkan aku tidak bisa memberikan satupun serangan kepadanya," ucap Irene.
"Kamu tidak bisa memberikan satupun serangan kepadanya ? Baik itu serangan jarak dekat ataupun jarak jauh ?," tanyaku.
"Iya, mawar-mawar yang kamu lihat di arena kemarin, tidak membiarkanku untuk menyerang putri Amelia. Lebih baik kamu hati-hati terhadap mawar-mawar itu, mawar-mawar itu sangat sulit dipotong bahkan dengan rapierku ini tapi itu mungkin karena ketajaman rapier dari akademi ini tidak sama dengan rapier asli," ucap Irene.
"Begitu ya, aku akan mengingatnya," ucapku.
Lalu aku berlatih lagi dengan Irene namun tiba-tiba datang segerombolan murid ke tempat latihan.
"Ternyata benar kalau mereka sering latihan saat pagi,"
"Jadi disini ya tempat kencan mereka ini,"
"Pasangan terkuat kencannya malah latih tanding," ucap murid-murid itu.
"Mereka itu .....mereka murid dari kelas kita. Sepertinya mereka mendengar ketika aku bilang kalau aku sering latihan pagi denganmu saat berbicara dengan Noa. Maafkan aku, Irene, sepertinya latihan pagi ini tidak akan menjadi sepi lagi," ucapku.
"Tidak apa-apa, jika mereka melihat kita itu akan meningkatkan pandangan mereka terhadap kita," ucap Irene.
"Baiklah, kalau begitu," ucapku.
Kami berdua pun berlatih kembali dengan ditonton oleh murid yang lain.
-
Sore hari, setelah pembelajaran usai.
"Kamu mau kemana Rid ?," tanya Noa.
"Aku ingin menjemput putri Amelia terlebih dahulu, bisakah kalian pergi ke arena lantai 2 terlebih dahulu dan bilang kepada pengawas Elgin kalau aku mau bertanding ?," ucapku.
"Baiklah, kami akan kesana lebih dulu," ucap Noa.
Aku pun segera bergegas menuju ke gedung tengah untuk menemui putri Amelia. Setelah sampai di depan gedung tengah, aku belum menemukan putri Amelia disana. Aku pun memutuskan untuk menunggunya disana. Setelah beberapa saat menunggu, datanglah putri Amelia beserta para anak buahnya.
"Sepertinya kamu membawa banyak sekali pendukung ya, putri Amelia," ucapku.
"Tentu saja, mereka akan bersorak untukku saat aku menang nanti," ucap putri Amelia.
Aku hanya tersenyum menanggapi perkataannya itu.
"Silahkan ikuti aku," ucapku.
"Baiklah," ucap putri Amelia.
Lalu aku mulai berjalan menuju gedung tahun pertama dan arena lantai 2. Sesampainya di arena lantai dua, ternyata arena itu sudah dipenuhi oleh murid-murid yang menonton.
"Itu dia, mereka berdua sudah datang,"
"Rid!!!!!,"
"Putri Amelia!!!!," ucap murid-murid itu.
"Bahkan di arena tahun pertama saja ada yang mendukungku, aku kira mereka semua memilih untuk mendukungmu," ucap putri Amelia.
"Yah aku kan hanya rakyat biasa, bukankah wajar kalau putri Amelia mendapatkan dukungan karena kamu adalah salah satu putri dari Duke ? Popularitasmu sudah jelas mengalahkanku," ucapku.
"Kamu sangat tahu betul ya. Kalian semua, karena aku mau bertanding sekarang, kalian carilah tempat duduk untuk menonton pertandinganku," ucap putri Amelia kepada anak buahnya.
"Siap, nona," ucap para bawahannya itu.
Mereka pun langsung bergegas pergi menuju bangku penonton yang masih tersedia.
"Nah ayo kita ke arena, Rid Archie," ucap putri Amelia.
"Sepertinya kamu sangat bersemangat hari ini, putri mawar," ucapku.
Kami berdua pun melanjutkan langkah kami menuju arena pertandingan.
-
Sementara itu di lorong yang menghubungkan gedung-gedung di akademi.
"Ayo cepat Gretta, yang lainnya juga, jangan sampai kita ketinggalan pertandingan ini," ucap senior Vyn.
"Kamu terlihat semangat sekali ketua, santai saja lagipula pasti pertandingannya juga belum dimulai," ucap senior Gretta.
"Ini pertandingan besar, ini pertandingan antara sepupuku melawan Rid Archie. Aku tidak boleh melewatkan pertandingan ini satu detik pun," ucap senior Vyn.
Lalu senior Vyn memutuskan untuk mempercepat langkahnya untuk segera sampai di gedung tahun pertama.
"Ya ampun, ketua bod*h itu. Ayo semuanya kita percepat langkah kita juga untuk menyusul ketua," ucap senior Gretta.
Sesampainya di arena, senior Vyn memperhatikan ke arena terlebih dulu dan bersyukur karena pertandingan belum dimulai karena Rid dan putri Amelia masih berjalan menuju arena.
"Untung saja pertandingannya belum dimulai," ucap senior Vyn.
"Aku bilang juga apa ? pertandingannya belum dimulai kan," ucap senior Gretta.
"Iya tapi kalau tadi kita tidak mempercepat langkah kita, pasti pertandingannya sudah dimulai," ucap senior Vyn.
Murid-murid yang melihat mereka berdua muncul kembali pun terkejut.
"Mereka berdua kan ?!?!,"
"Mereka senior dari Elevrad!,"
"Untuk apa mereka kesini lagi ?," ucap murid-murid itu.
Senior Vyn mendengar apa yang mereka bicarakan lalu mulai berbicara kepada mereka.
"Halo, hari ini aku kesini hanya untuk menonton pertandingan kok. Kalian tidak perlu takut," ucap senior Vyn.
"Sepertinya pandangan mereka terhadapmu sudah buruk, ketua," ucap senior Gretta.
"Yah, ya sudah kita pergi cari tempat duduk saja," ucap senior Vyn.
"Baiklah, ayo semua kita cari tempat duduk," ucap senior Gretta.
Awalnya murid-murid itu hanya melihat senior Vyn dan senior Gretta saja karena sisanya menunggu di lorong menuju tangga dan tidak terlihat oleh mereka yang duduk menonton. Namun ketika senior Gretta mengajak yang lainnya untuk mencari tempat duduk, barulah mereka menyadari kalau semua anggota Elevrad ikut untuk menonton hari ini. Mereka terkejut ketika melihat lencana yang dipakai murid-murid Elevrad itu. Ada yang memakai lencana perak seperti senior Nadine, lencana emas dan lencana platinum lainnya selain senior Vyn dan senior Gretta.
"Mereka ada banyak sekali, ada berapa jumlah mereka ?,"
"Mungkin sekitar belasan, tapi untuk apa seluruh anggota Elevrad ini datang menonton ?," tanya murid-murid itu yang terkejut.
Saat di arena, aku menyadari kalau ada kehebohan di bangku penonton dan melihat kesana.
"Itu kan, senior Vyn, senior Gretta dan senior Nadine. Ada beberapa murid lagi yang memakai lencana selain lencana perunggu, sepertinya mereka anggota Elevrad juga. Apa mereka datang untuk mendukung putri Amelia yang merupakan anggota Elevrad juga ?," pikirku.
"Sepertinya kamu membawa banyak pendukung, putri Amelia. Bahkan Elevrad pun datang untuk mendukungmu," ucapku.
"Elevrad ? Padahal aku hanya memberitahu pertarungan ini kepada kakak Vyn saja, tidak ku sangka kalau dia akan membawa semua anggota," ucap putri Amelia yang juga terkejut melihat banyaknya anggota Elevrad yang datang.
Senior Vyn dan yang lainnya akhirnya mendapatkan tempat duduk untuk menonton pertandingannya
"Akhirnya mendapatkan tempat duduk juga, ku kira kita bakal kehabisan karena banyaknya yang menonton pertandingan ini," ucap senior Vyn.
"Aku harap kamu tidak mengacau lagi, ketua, seperti di pertandingan yang sebelumnya," senior Gretta.
"Tenang saja, kali ini aku tidak akan mengacau lagi seperti tiba-tiba pergi ke arena," ucap senior Vyn.
"Kenapa aku harus ikut menonton pertandingan ini ?," ucap seorang pria yang mengenakan lencana emas.
"Daripada kamu tidak ada kegiatan, lebih baik kamu ikut menonton pertandingan ini. Bukan begitu, wakil ketua ?," tanya senior Vyn.
~Florian Randall San Minerva, wakil ketua Elevrad serta putra dari Duke San Minerva~
"Yah baiklah, sesekali sepertinya tidak apa-apa untuk menonton pertandingan ini. Lagipula yang bertanding juga anggota kita," ucap senior Florian.
"Baguslah kalau kamu mengerti," ucap senior Vyn.
-
"Karena kedua peserta sudah di arena, aku ingin bertanya. Apakah peserta Rid Archie sudah siap ?," tanya pengawas Elgin.
"Siap," ucapku.
"Apakah peserta Amelia Laterza San Quentine sudah siap ?," tanya pengawas Elgin.
"Siap," ucap putri Amelia.
"Kalau begitu, pertandingan dimulai!," ucap pengawas Elgin.
Pengawas Elgin langsung mundur ke dekat area penonton.
~Rose Magic, Apply Magic Weapon, Rose Stem Rapier~
Putri Amelia merubah rapiernya menjadi seperti sebuah batang mawar yang besar, rapier itu juga disertai duri-diri. Lalu Putri Amelia mengayunkan rapier itu. Saat diayunkan, rapier itu memanjang seperti cambuk dan bergerak ke arahku. Aku sedikit terkejut dengan bentuk rapier yang berubah itu namun aku segera menghindari ayunan cambuk itu. Saat cambuk itu menghantam lantai, lantai yang dihantamnya pun langsung retak dan hancur. Putri Amelia terus mengayunkan rapier yang seperti cambuk itu dan aku terus menghindari cambuk itu.
"Rapier seperti cambuk ini sepertinya digunakan untuk serangan jarak jauh. Kalau begitu, lebih baik aku segera maju mendekatinya," pikirku.
Ketika cambuknya berusaha menyerangku, aku menghindari cambuk itu dan cambuk itu pun menghantam lantai. Ketika menghantam lantai, aku segera melesat ke arah putri Amelia yang pertahanannya sedang terbuka karena cambuknya yang masih berada di lantai. Setelah jarak ku dengan putri Amelia sudah dekat, aku langsung melancarkan tebasan dengan pedangku. Namun rapier yang berbentuk cambuk itu langsung berubah bentuk kembali menjadi rapier seperti pada umumnya. Dan putri Amelia pun menahan tebasanku dengan rapiernya itu. Senjata kami pun saling beradu.
"Sepertinya kamu berpikir kalau rapierku ini hanya bisa untuk serangan jarak jauh ya ? Tapi sayang sekali, rapier ku ini punya 2 bentuk untuk serangan jarak jauh dan jarak dekat," ucap putri Amelia.
"Sepertinya aku salah menduga tentang senjatamu itu, putri. Maafkan aku," ucapku.
Ketika kami saling beradu senjata, duri-duri yang ada pada rapier putri Amelia tiba-tiba bergerak dan melesat ke arahku. Mengetahui itu, aku langsung menghindari duri-duri itu dengan bergerak ke samping.
"Tidak kusangka, reflekmu bagus juga ya. Sesuai dugaan, aku tidak boleh meremehkanmu" ucap putri Amelia.
"Terima kasih atas pujiannya," ucapku.
"Aku akan mulai serius, tapi pertama-tama arena ini harus diperindah terlebih dahulu," ucap putri Amelia.
Putri Amelia mengarahkan satu tangannya ke arena.
~Rose Magic, Garden of Roses~
Tiba-tiba banyak bunga mawar yang tumbuh di arena ini. Bunga-bunga mawar ini hampir tumbuh di seluruh arena ini.
"Dengan begini, arena ini menjadi lebih indah. Selamat datang di kebun bunga mawar milikku," ucap putri Amelia.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang