Chapter 84 : Putri Mawar

7 3 0
                                    

Hening, itulah yang terjadi pada arena ini. Mereka yang sejak tadi menonton pertandingan ini atau yang baru menonton pun tidak mengeluarkan suara sama sekali. Mereka tercengang melihat apa yang terjadi di arena. Putri es yang selama ini mereka tau merupakan salah satu murid terkuat di tahun pertama karena belum merasakan kekalahan satu kalipun, tiba-tiba terbaring tidak berdaya dengan dipenuhi oleh banyak luka.
"Ada apa putri Irene ? aku dengar kalau kamu merupakan salah satu dari murid terkuat di murid tahun pertama. Apa cuma segini saja kekuatanmu ?," tanya putri Amelia.
Irene tidak merespon perkataan putri Amelia, dia tetap terbaring di arena tersebut.
"Mempertimbangkan luka yang didapat oleh murid Irene, maka pertandingan harian ini aku nyatakan selesai. Pertandingan harian antara Irene Emerald San Lucia melawan Amelia Laterza San Quentine, pemenangnya adalah Amelia Laterza San Quentine," ucap pengawas pertandingan di lantai 5 ini.
"Ternyata semudah ini, aku terlalu menilai tinggi dirimu, putri Irene," ucap Amelia.
"Putri es dikalahkan semudah ini,"
"Apa ini kekuatan dari putri mawar ?," ucap murid-murid yang menonton pertandingan itu.
"Putri mawar ?," tanyaku bingung.
"Itu adalah julukan untuk putri Amelia. Alasan dia dipanggil seperti itu karena dia sangat suka sekali dengan bunga mawar. Saking sukanya, dia bahkan memakai mawar sebagai sihirnya. Kamu lihat bunga-bunga mawar yang tumbuh di arena itu ? itu adalah sihirnya, ~Rose Magic~," ucap Charles.
"~Rose Magic~ ?, salah satu jenis dari ~Plant Magic~ ya ? Dia memiliki sihir yang lumayan langka. Dan diliat dari arena yang ditumbuhi oleh bunga-bunga mawar itu, sepertinya dia sudah menguasai sihir area," pikirku.
Putri Amelia pun perlahan berjalan meninggalkan arena. Namun saat baru berjalan beberapa langkah, putri Amelia berhenti. Dia melihat kalau Irene perlahan-lahan mencoba berdiri menggunakan rapiernya sebagai penyangganya.
"Pertandingan...ini.....belum....selesai....putri....Amelia," ucap Irene yang terbata-bata.
"Apa kamu tidak dengar pengumuman dari pengawas itu, putri Irene ? Pengawas itu sudah bilang kalau pertandingan ini sudah selesai dan aku adalah pemenangnya," ucap putri Amelia.
"Pertandingan......ini.....belum......selesai," ucap Irene kembali dengan terbata-bata.
Putri Amelia lalu menatap ke wajah Irene.
"Kamu punya tatapan yang bagus, putri Irene. Padahal kondisimu sudah parah sekali, tapi matamu tidak menunjukkan seseorang yang akan menyerah. Apa kamu segitunya tidak ingin putus dengan pacarmu yang sekarang ? Sepertinya aku harus membuatmu tidak sadarkan diri agar kamu sadar diri kalau kamu itu sudah kalah," ucap putri Amelia.
~Blooming Rose Slash~
Tiba-tiba putri Amelia melancarkan tebasan jarak jauh ke arah Irene. Irene hanya diam saja menanggapi tebasan itu. Tapi tebasan itu tiba-tiba terbelah menjadi dua sebelum mengenai Irene.
"Ya ampun, apakah sang pangeran akhirnya turun tangan untuk menyelamatkan sang putri ?," ucap putri Amelia.
Putri Amelia berkata seperti itu ketika melihat aku yang berdiri di depan Irene. Akulah yang menebas tebasan yang dilancarkan oleh putri Amelia.
"Rid ?!?!,"
"Sejak kapan dia ada disana ?," ucap murid-murid yang terkejut karena aku tiba-tiba ada di arena.
"Bukankah ini sudah cukup, putri Amelia ? Pertandingan sudah dinyatakan selesai, kenapa kamu melakukan serangan lagi ?," tanyaku.
"Aku hanya menanggapi perkataan pacarmu itu karena dia bilang pertandingan ini belum selesai," ucap putri Amelia.
Aku menengok ke belakang dan melihat ke arah Irene. Di lihat dari dekat kondisi Irene sangat parah. Ditubuhnya terdapat banyak luka yang sepertinya adalah luka tusukan. Sepertinya itu adalah luka dari duri-duri mawar yang dilancarkan putri Amelia.
"Minggir.....Rid.....pertandingan.....ini.....belum.....selesai," ucap Irene yang terbata-bata.
"Tuh kan seperti yang kamu dengar, dia masih ingin bertanding dengan kondisi seperti itu, wajar kan kalau aku melancarkan serangan kepadanya. Sepertinya dia tetap ngotot melanjutkan pertandingan karena tidak mau putus denganmu," ucap putri Amelia.
"Apa maksudmu, putri Amelia ?," tanyaku.
"Sepertinya putri Irene tidak bilang kepadamu ya. Aku melakukan pertandingan harian ini dengan taruhan. Jika menang, maka yang kalah akan menuruti kemauan yang menang. Karena aku yang menang maka putri Irene akan menuruti kemauanku yaitu harus putus denganmu dan harus kembali mengikuti acara yang dibuat oleh Raja," ucap putri Amelia.
"Acara yang dibuat oleh Raja ? yang dia maksud pasti ~Matchmaking Battle~," pikirku.
"Begitu ya, tapi aku tidak setuju untuk putus dengan Irene," ucapku.
"Apa maksudmu, hasilnya sudah ditentukan dan aku yang menang," tanya putri Amelia.
"Tapi kamu hanya taruhan dengan Irene saja. Jika kamu ingin memutuskan hubungan suatu pasangan, kamu harus mendapat persetujuan diantara keduanya dan bukan salah satunya," ucapku.
"Lalu apa yang kamu mau ?," tanya putri Amelia.
"Lawanlah aku, jika kamu menang aku setuju untuk putus dengan Irene," ucapku.
Putri Amelia sedikit terkejut
"Tapi aku adalah perempuan loh, apa kamu tidak malu menantang perempuan untuk bertanding ?," tanya putri Amelia.
"Laki-laki ataupun perempuan tidak ada urusannya, aku menantangmu karena aku tau kalau kamu itu sangat kuat. Bahkan aku yakin kalau kamu bisa mengalahkan murid-murid pria. Jadi apa jawabanmu, putri mawar ?," tanyaku.
"Fufufu menarik, memang benar perkataanmu jika ingin memutuskan hubungan suatu pasangan harus dengan persetujuan keduanya terlebih dahulu, akan tidak sopan apabila aku hanya bertaruh dengan Irene saja tapi tidak dengan kamu. Baiklah, aku terima tantanganmu. Jika aku menang, kamu setuju untuk putus dengan Irene tapi jika aku kalah apa yang kamu mau ?," tanya putri Amelia.
"Lakukanlah apa yang Irene minta jika dia menang saat kamu taruhan dengannya," ucapku.
"Apa kamu yakin ? kamu malah minta untuk menuruti kemauan putri Irene," ucap putri Amelia.
"Ya, aku yakin," ucapku.
"Baiklah kalau begitu, pertandingannya akan dilakukan besok setelah pembelajaran akademi dan aku tidak keberatan untuk menggunakan arena tahun pertama. Aku akan menunggumu di depan gedung tengah untuk menjemputku sebelum bertanding," ucap putri Amelia.
"Baiklah," ucapku.
"Kalau begitu aku permisi dulu. Silahkan kamu pulihkan dulu luka yang dialami putri Irene lalu bermesraanlah dengannya. Siapa tau kali ini adalah kali terakhir kamu bermesraan dengannya," ucap putri Amelia.
Putri Amelia pun pergi meninggalkan arena.
"Kalian dengar itu ? besok putri Amelia dan Rid akan bertanding, ini pertandingan besar. Beritahu ke yang lain agar meramaikan arena," ucap salah satu murid yang menonton.
Mereka pun terdengar heboh mendengar ini.
Aku pun menghampiri Irene dan memeganginya.
"......Rid.....," ucap Irene.
"Jangan bicara dulu, Irene," ucapku.
Selagi aku memeganginya, aku memberikan sihir penyembuhan padanya.
~Camouflage Healing~
Irene terkejut dengan apa yang terjadi pada tubuhnya karena tubuhnya tiba-tiba pulih.
"Tubuhku pulih ? Apa kamu yang melakukan ini, Rid ?," tanya Irene.
"Iya, tapi tolong kamu tetap pura-pura lemas ya soalnya aku hanya menyembuhkan tubuhmu tapi tidak dengan bekas lukamu yang menempel pada tubuhmu. Aku tidak mau diketahui banyak orang kalau aku bisa sihir penyembuhan," ucapku.
"Baiklah," ucap Irene.
"Aku akan membawamu ke tempat perawatan di gedung tengah untuk mengelabui orang-orang yang belum tau kalau kamu sebenarnya sudah disembuhkan," ucapku.
"Baiklah," ucap Irene.
"Tapi karena kamu adalah pasanganku, apa tidak apa-apa kalau aku menggendongmu ?," tanyaku.
"Lakukan saja, lagipula kita ini adalah pasangan," ucap Irene.
"Baiklah," ucapku.
Aku pun menggendong Irene seperti sedang menggendong seorang tuan putri, yah meskipun dia aslinya memang tuan putri. Lalu aku berjalan meninggalkan arena.
"Aku minta maaf Rid," ucap Irene.
"Minta maaf soal apa ?," tanyaku.
"Karena melibatkanmu dengan masalahku dan putri Amelia," ucap Irene.
"Tidak apa-apa, santai saja. Masalahmu itu juga masalahku, lagipula kita ini adalah pasangan, kan ?," ucapku.
Irene hanya terdiam mendengar itu namun aku bisa melihat senyuman kecil di bibirnya. Ketika aku bertemu dengan teman-temanku, aku meminta mereka untuk pergi membeli makan duluan dan aku akan menyusul mereka nanti. Mereka pun menurut dan pergi lebih dulu sedangkan aku membawa Irene ke ruang perawatan di gedung tengah. Leandra dan Lily pun juga ikut denganku. Di saat aku menggendongnya pertama kali dan di sepanjang jalan menuju ruang perawatan, banyak murid-murid yang terkejut dan terpesona ketika aku menggendong Irene. Dan karena itulah, pandangan murid-murid semakin percaya kalau aku dan Irene adalah pasangan kekasih.
-
Malam harinya, di suatu kamar asrama.
Putri Amelia terlihat sedang berkomunikasi dengan seseorang menggunakan kristal komunikasi.
"Putri Irene sedang menjalin hubungan dengan seseorang katamu ?," tanya seseorang itu.
Dari suara orang itu, bisa diketahui kalau orang yang mengobrol dengan putri Amelia adalah seorang pria.
"Benar, tapi setelah mengetahui itu aku langsung menantangnya dan bertaruh agar dia memutuskan pasangannya itu dan kembali mengikuti ~Matchmaking Battle~ jika aku menang," ucap putri Amelia.
"Terus hasilnya ?," ucap pria itu.
"Aku berhasil menang namun aku masih harus bertanding melawan pasangannya itu, karena dia tidak setuju apabila aku hanya taruhan dengan putri Irene saja. Jadi aku mengiyakannya dan kami akan bertanding besok," ucap putri Amelia.
"Begitu ya, siapa nama pasangan putri Irene ?," tanya pria itu.
"Rid Archie," ucap putri Amelia.
"Rid Archie ? ah orang yang mengalahkan Javier di ujian masuk sehingga dia tidak jadi masuk ke akademi tahun ini. Kamu harus berhati-hati, Amelia," ucap pria itu.
"Jangan khawatir, ayah. Aku akan berhati-hati melawannya," ucap putri Amelia.
Ternyata yang menghubungi putri Amelia adalah ayahnya sendiri yaitu Duke San Quentine.
"Jangan berlebihan dalam melawannya. Jangan sampai orang lain tau kalau kamu adalah 'subjek' juga," ucap Duke San Quentine.
"Baik, ayah," ucap putri Amelia.
"Apapun yang terjadi putri Irene harus tetap mengikuti ~Matchmaking Battle~ untuk memuluskan rencana kita. Aku menunggu kabar baik darimu," ucap Duke San Quentine.
"Baik, ayah," ucap putri Amelia.
Kristal komunikasi pun berhenti menyala.
"Lihat saja, Rid Archie. Aku besok pasti akan mengalahkanmu," ucap putri Amelia.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang