Chapter 37 : Berakhirnya Ujian Masuk Akademi

8 2 0
                                    

"Aku akan memulai untuk mengakhiri ujian masuk ini," ucap pengawas Alan.
"Pertama-tama aku ingin mengucapkan terima kasih atas partisipasi para peserta yang hadir untuk mengikuti ujian masuk ini. Sejak ujian masuk ini dibuka jam 9.30 tadi sampai ujian ketiga berakhir yaitu jam 19.30, tidak terasa sudah 10 jam waktu berlalu. Aku ingin mengucapkan selamat kepada 200 peserta yang sudah lolos, mungkin belum pas kalau menyebutnya 200 karena masih ada peserta yang poinnya sama antara beberapa peserta yang lolos dengan yang tidak lolos. Dan aku ingin bilang kepada para peserta yang tidak lolos untuk jangan langsung menyerah karena kalian masih ada waktu 1 tahun lagi untuk mengembangkan diri kalian dan ikut ujian masuk lagi tahun depan. Dan bagi kalian yang sudah mengikuti ujian masuk ini 1 tahun yang lalu tapi masih belum lolos, aku minta maaf karena ini merupakan ujian masuk terakhir bagi kalian. Kalian tidak bisa mengikuti ujian masuk lagi tahun depan karena peserta hanya diberikan 1 kali lg kesempatan di tahun depannya jika dia tidak lolos ujian masuk saat itu. Tapi semua ini belum berakhir bagi kalian. Meskipun kalian tidak bisa menjadi pelajar di akademi ini, kalian masih bisa mencari pengalaman lewat hal lain. Kalian masih bisa menjadi petualang, mendaftar di akademi negara lain atau lain-lainnya. Maka dari itu, aku harap kalian yang tidak berhasil untuk menjadi pelajar di akademi ini untuk tetap semangat dan jangan menyerah, karena masih ada jalan lain yang bisa kalian tempuh," ucap pengawas Alan.
Para peserta yang tidak lolos pun mulai menitikkan air mata dan menangis.
"huhuuu, huhuu," tangis para peserta.
Aku paham kenapa mereka menangis, mereka ingin menjadi kuat dengan menjadi pelajar di akademi ini. Karena ini merupakan akademi satu-satunya di kerajaan ini, sudah pasti ini merupakan akademi terbaik di kerajaan ini. Apalagi banyak lulusan dari San Fulgen Akademiya yang dicari untuk bekerja di bangsawan atau pemerintah kerajaan. Prajurit kerajaan juga mengambil prajurit baru dari lulusan akademi ini. Karena mereka tidak berhasil menjadi pelajar di akademi ini, kesempatan untuk bisa mengabdi kepada negara ini menjadi hilang. Karena itulah mereka menangis.
"Untuk yang memiliki poin yang sama antara beberapa peserta yang lolos dan yang tidak lolos, karena sekarang sudah larut malam dan kalian sudah lelah juga, maka pertandingan ulangnya akan dilaksanakan besok jam 10.00. Kalian akan diberi kesempatan selama semalam untuk memulihkan diri atau berlatih secara mandiri. Untuk para peserta yang sudah pasti lolos, kalian akan diminta untuk langsung menuju asrama kalian masing-masing. Bagi kalian yang sudah berada di daftar yang lolos namun mempunyai poin yang sama dengan yang tidak lolos akan berada di penginapan tamu bersama peserta yang tidak lolos dengan poin yang sama. Bagi peserta yang memang sudah pasti tidak lolos, kalian juga akan menginap dulu di penginapan tamu selama 1 malam. Karena tidak mungkin untuk membiarkan kalian pulang sekarang karena waktu sudah malam, kalian baru boleh pulang besok pagi. Untuk peserta yang sudah pasti lolos, silahkan berbaris di sebelah kanan saya karena kalian akan dibagikan kunci asrama kalian masing-masing. Untuk peserta yang akan melanjutkan pertandingan besok dan peserta yang tidak lolos, silahkan untuk berbaris di sebelah kiri saya, pengawas akan memberikan kunci untuk penginapan tamu untuk kalian," ucap pengawas Alan.
Kami pun segera berbaris mengikuti arahan pengawas Alan.
"Untuk peserta yang sudah pasti lolos, dimohon berbaris sesuai dengan nomor kalian di daftar peserta ya," ucap salah satu pengawas.
Itu berarti aku ada di paling depan karena nomor ku adalah nomor satu. Aku pun langsung mengikuti instruksi dan berbaris di depan. Setelah aku berbaris di depan, aku merasakan kehadiran seseorang di belakangku. Saat aku menengok ke belakang, ternyata itu adalah putri Irene. Yah wajar kalo putri Irene berada di belakangku karena dia berada di nomor 2. Aku pun memutuskan untuk menyapa putri Irene.
"Halo, putri Irene" ucapku.
"....Halo," ucap putri Irene sambil menangguk.
Putri Irene menjawab sapaanku tapi dengan ekspresi yang dingin. Karena sepertinya dia tidak suka diajak bicara jadinya aku tidak melanjutkannya lagi.
"Halo, putri Irene. Aku tidak sadar kalau kamu ada di depanku, selamat ya karena telah berhasil menyelesaikan ujian ketiga dengan poin sempurna," ucap Charles yang berada di belakangnya.
"Terima kasih, Pangeran," ucap putri Irene tanpa membalikkan badannya.
"Tapi mohon maaf, sepertinya pangeran lupa dengan perkataanku sebelumnya. Aku minta pangeran untuk tidak berbicara denganku lagi," lanjut putri Irene.
"Haha, iya juga. Maafkan aku kalau begitu," ucap Charles.
".....," Putri Irene hanya terdiam.
"Sepertinya putri Irene dan Charles sedang dalam hubungan yang rumit," pikirku.
Aku berniat untuk membaca pikiran putri Irene untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, namun lagi-lagi aku tidak bisa membaca pikirannya. Putri Irene yang awalnya hanya menatap lurus ke depan, kini menatap wajahku. Entah karena apa, tapi aku punya kesimpulan kalau setiap aku membaca pikiran putri Irene, dia tahu kalau pikirannya sedang dibaca makanya dia melihat ke arahku sama seperti sebelumnya. Akupun memutuskan berhenti dan kembali menatap ke depan.
"Sepertinya aku akan bertanya kepada Charles saja nanti," pikirku.
-
Setelah itu, kami pun mulai dibagikan kunci asrama satu persatu. Aku mendapatkan kunci nomor 1 sesuai dengan nomor di daftarku.
"Sepertinya nomor asrama ini dibagikan sesuai dengan nomor peserta masing-masing," pikirku.
Setelah semua kunci sudah dibagikan, pengawas Alan pun berbicara lagi.
"Sepertinya semua kunci sudah dibagikan ya. Kalau begitu, para peserta yang sudah mendapatkan kunci boleh langsung bergegas ke kamar kalian masing-masing. Para pengawas akan memandu kalian menuju tempat kalian masing-masing. Jangan lupa untuk membawa barang-barang yang sebelumnya kalian titipkan di administrasi. Aku lupa satu hal, sebelum kalian pergi ke tempat kalian masing-masing, kalian boleh untuk makan malam di kantin terlebih dahulu secara gratis, karena kalian terakhir makan saat siang tadi pasti sekarang kalian sangat lapar. Makanlah terlebih dahulu sebelum beristirahat. Dan mohon untuk diingat lagi, untuk para peserta yang masih memiliki poin yang sama antara yang lolos dan tidak lolos, besok akan ada pertandingan ulang jam 10.00. Dan untuk peserta yang sudah lolos, karena pembelajaran akademi akan dimulai lusa, besok kalian tidak ada kegiatan apa-apa. Kalian boleh beristirahat atau berkeliling akademi ini. Tapi mohon diingat bagi peserta yang lolos untuk berkumpul kembali disini besok jam 18.00" ucap pengawas Alan.
"Sebelum kalian bubar, izinkan saya untuk sekali lagi menyampaikan terima kasih bagi kalian yang sudah berpartisipasi di ujian masuk ini. Dan dengan ini saya nyatakan Ujian Masuk San Fulgen Akademia tahun 1217 telah berakhir!," lanjut pengawas Alan.
Kami semua pun bertepuk tangan. Ada yang bertepuk tangan dengan senang karena telah berhasil lolos dan ada juga yang bertepuk tangan dengan sedih karena tidak lolos.
"Baiklah, sekarang kalian boleh bubar," ucap pengawas Alan.
Kami pun akhirnya membubarkan diri. Setelah membubarkan diri, Noa pun menghampiriku.
"Kamu mau ke kantin, Rid ?," tanya Noa.
"Iya, aku lapar karena belum makan dari siang," jawabku.
"Aku juga, kalau begitu yuk kita bareng. Tapi aku mau mengambil barang-barangku dulu," ucap Noa.
"Nanti saja ambilnya setelah kita dari kantin, lagian nanti kita juga lewat sini lagi untuk keluar," ucapku.
"Benar juga. Ya sudah ayuk kita cepat ke kantin, aku sudah sangat lapar," ucap Noa.
"Kalian mau ke kantin tidak ngajak-ngajak kami ya," ucap Charles yang tiba-tiba datang bersama Chloe.
"Kami baru mau mengajak kalian tapi kalian yang datang menghampiri kami. Ngomong-ngomong dimana Enzo ?," ucapku.
"Owh begitu ya, kalau Enzo tadi dia bilang ada perlu. Jadi mungkin dia akan makan nanti," ucap Charles.
"Begitu ya. Ya sudah kalau begitu yuk kita ke kantin," ucapku.
Kami pun bergegas pergi ke kantin. Sesampainya di kantin, suasananya sangat ramai tapi kondisinya sangat sunyi. Banyak peserta yang tidak berbicara dan fokus untuk melihat ke satu arah. Aku penasaran dengan apa yang mereka lihat dan aku mengikuti kemana pandangan mereka tertuju. Setelah itu, aku menyadari kalau pandangan mereka tertuju ke arah Javier yang tengah duduk bersama Alfred Tarski di sudut kantin. Dia terbalut perban di bagian dadanya.
"Saat di lobi tadi aku tidak melihat dia, tapi ternyata dia ada disini. Pantas suasana di kantin ini sangat sunyi, Mereka ketakutan setelah melihat Javier di pertandingan sebelumnya, makanya mereka hanya diam dan melihat Javier saja." pikirku.
"Ada apa ini, padahal banyak orang tapi kok suasananya sepi ya," ucap Noa yang belum sadar akan sesuatu.
Aku pun mencolek Noa dan menunjuk ke arah Javier. Setelah itu Noa baru sadar apa yang terjadi.
"Begitu ya, pantas saja kalau suasananya sangat sepi," ucap Noa.
"Javier ya," ucap Charles.
Javier dan Alfred seperti tidak terganggu dengan banyak orang yang melihatnya, tapi Alfred melihat ke sekeliling dan akhirnya melihat ke arahku. Alfred pun memberitahu Javier.
"Tuan, itu dia si Rid," ucap Alfred.
Javier pun akhirnya juga menoleh ke arahku.
"Benar, itu dia si b*j*ngan itu," ucap Javier.
Javier pun mulai bangun dan berjalan menghampiriku. Para peserta yang lain pun menjauh dan seolah memberikan jalan ke Javier. Sampai akhirnya Javier tiba di hadapanku.
"Ada apa ya ? sepertinya kamu terlihat sedang menungguku," ucapku.
"Aku disini untuk memberi peringatan kepadamu," ucap Javier
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang