Chapter 92 : Persiapan Ujian Pertama

8 2 0
                                    

Waktu pun terus berlalu dan tak terasa sekarang sudah pertengahan bulan September. Dan sementara itu....
~Fire Piercing Arrow~
Chloe menembakkan panahnya ke arahku tapi aku berhasil menghindari panah itu. Setelah menghindari panah itu, aku langsung bergegas pergi ke arah Chloe. Namun...
~Waves Slash~
Charles datang untuk menghadangku dan langsung melancarkan serangan kearahku. Namun aku membalas serangan itu dengan seranganku.
~Flame Slash~
Serangan kami pun beradu sejenak namun aku berhasil memukul mundur Charles.
~Fire Rain Arrow~
Sementara itu Chloe terus menyerangku dengan panahnya, aku terus menghindari panah itu dan melaju ke arahnya dan sampai akhirnya aku berhasil menodongkan pedangku ke arah Chloe.
"Sepertinya sampai disini saja, Chloe," ucapku.
"Kamu benar, kami kalah lagi kali ini," ucap Chloe.
Ini kemenanganku kesekian kali melawan Charles dan Chloe. Ini bukanlah pertandingan harian, namun hanya latih tanding biasa. Kira-kira sekitar sebulan yang lalu, Charles mengajakku latih tanding dan mengajak Chloe juga bersamanya. Dia berkata ingin melatih kombinasi serangannya bersama Chloe, jadi dia memilihku sebagai lawan untuk meningkatkan kombinasi mereka. Aku sih setuju aja. Kami hanya melakukan latih tanding ketika kelas sedang mengajarkan pelajaran praktik di tempat latihan karena tidak semua jam pelajaran digunakan untuk praktik saja, ada sisa jam untuk latihan sendiri di pelajaran itu jadi kami menggunakan sisa jam itu untuk latihan tanding.
"Rid itu sangat kuat sekali bukan ? Ketika jam sisa di pelajaran praktik, dia selalu latih tanding melawan pangeran dan putri namun dia terus mengalahkan mereka berdua,"
"Kamu benar. Jika itu aku, melawan salah satu dari mereka saja tidak mungkin aku akan menang, apalagi melawan mereka berdua sekaligus," ucap murid-murid yang melihatku.
"Kalian memang belum bisa mengalahkanku, tapi setidaknya setiap latih tanding denganku, aku bisa melihat kalau kombinasi serangan kalian semakin meningkat," ucapku.
"Aku juga merasa seperti itu, walaupun sedikit kesal karena selalu kalah melawanmu," ucap Chloe.
Chloe awalnya banyak terdiam dan melamun ketika mengetahui hubunganku dan Irene pertama kali namun lama kelamaan dia bersikap kembali seperti biasa.
"Apa boleh buat bukan, Chloe ? yang kita lawan itu Rid loh, dia saja belum mengalami kekalahan satu pun di pertandingan harian," ucap Charles.
"Kamu benar, kak. Rid menjadi satu-satunya murid yang belum kalah di tahun pertama dan karena itu banyak murid yang penasaran ingin mencoba mengalahkan Rid tapi tetap tidak bisa," ucap Chloe.
"Apa kamu tidak kerepotan dengan itu, Rid ? karena setiap hari ada saja murid yang datang untuk menantangmu bertanding dan ingin mengalahkanmu," ucap Charles.
"Justru itu bagus untukku, karena aku tidak kerepotan lagi untuk mencari lawan yang mau bertanding melawanku di pertandingan harian," ucapku.
"Ya, kamu ada benarnya," ucap Charles.
Saat kami mengobrol, tiba-tiba tuan Alan berbicara kepada kami semua
"Perhatian, semuanya," ucap tuan Alan.
Murid-murid yang sebelumnya fokus dengan urusannya masing-masing pun menengok ke arah tuan Alan.
"Karena di akhir bulan ini ada ujian pertama di tahun ajaran, mulai sekarang sampai ujian tiba kalian akan terus berlatih di tempat latihan ini saat kelas dimulai. Jadi ketika kalian tiba di akademi, kalian langsung turun saja ke tempat latihan ini dan tidak usah masuk ke kelas lagi karena dari awal pelajaran sampai akhir pelajaran, kita akan terus di tempat latihan ini," ucap tuan Alan.
"Siap, tuan," ucap murid-murid lainnya.
"Itu saja pemberitahuan dariku, karena sebentar lagi jam pelajaran hari ini akan berakhir. Kalian langsung bersiap-siap saja untuk pulang," ucap tuan Alan.
"Baik, tuan," ucap murid-murid lainnya.
"Karena kedepannya kita akan di tempat latihan terus, berarti kita akan latih tanding terus. Kedepannya mohon bantuannya lagi, Rid," ucap Charles.
"Iya, tenang saja," ucapku.
-
Sore harinya setelah menyelesaikan pertandingan harian hari ini, aku pun kembali ke asrama. Ketika aku ingin membuka kunci pintu asramaku, ternyata pintu asramaku tidak dikunci.
"Sepertinya Irene ada di dalam," pikirku.
Aku pun langsung masuk ke asramaku dan melihat Irene yang sedang memasak di dapur asramaku. Menyadari aku yang telah datang, Irene pun menengok ke arahku.
"Selamat datang, Rid," ucap Irene.
"Iya, aku pulang," ucapku.
Sejak kejadian beberapa waktu lalu, aku pun akhirnya menyetujui untuk memberikan kunci asramaku kepada Irene. Tapi aku memberikannya kunci duplikat yang kubuat sendiri karena kalau aku memberikan kunci asrama milikku, nanti aku tidak memiliki kunci untuk mengunci asramaku ketika aku pergi. Dan sejak aku memberikan kunci duplikat itu, Irene setiap hari selalu memasak di asramaku ketika tidak ada aku maupun ketika ada aku di dalam asrama. Setelah dia selesai memasak, biasanya kami selalu makan berdua namun kadang-kadang ada Lea dan Lily juga yang ikut makan bersama di asramaku. Banyak murid tahun pertama lainnya yang melihat Irene selalu masuk atau keluar dari asramaku dan mereka yang melihat itu mulai menyebarkan rumor kalau hubunganku dan Irene semakin mesra.
"Yah aku senang sih kalau hubungan kami berdua dikira mesra dan tidak menimbulkan kecurigaan kalau hubungan kami ini sebenarnya adalah palsu. Namun setiap kali aku pulang ke asrama dan melihat Irene yang memasak entah kenapa aku merasa seperti sudah berumah tangga dengan Irene," pikirku.
"Tapi melihat putri dari seorang Duke memasak itu adalah kejadian langka, jadi aku tidak terlalu memikirkan hal lain selain itu," pikirku lagi.
Setelah Irene selesai memasak, kami berdua pun makan bersama.
-
Seminggu sebelum ujian dimulai.
"Aku akan mengajari kalian suatu teknik yang sangat berguna untuk kalian ketika menghadapi musuh. Tapi beberapa dari kalian sudah ada yang bisa menggunakan teknik ini jadi aku akan mengajari kalian yang belum saja," ucap tuan Alan.
Aku penasaran dengan perkataan tuan Alan yang bilang kalau beberapa dari kami sudah bisa menggunakan teknik yang dia bilang. Ketika tuan Alan mempraktekkan teknik tersebut ternyata teknik tersebut adalah manipulasi sihir dan mana.
"Pantas saja beliau bilang kalau beberapa dari kita ada yang sudah bisa teknik itu. Sepertinya teknik ini harusnya diajarkan di akademi tapi aku malah mengajarkan teknik ini ke teman-temanku lebih dulu," pikirku.
Aku mendengarkan penjelasan tuan Alan ketika mengajarkan teknik itu kepada murid yang lain.
"Hei Rid, karena kita sudah menguasai teknik itu, kenapa kita tidak latih tanding saja ? Daripada bosan hanya mendengarkan penjelasan tuan Alan," tanya Charles.
"Baiklah," ucapku.
"Chloe, apa kamu mau ikut juga ?," tanya Charles.
"Maaf, kak. Kali ini aku mau latih tanding melawan Irene," ucap Chloe.
"Baiklah kalau begitu," ucap Charles.
Setelah beberapa hari hubunganku dengan Irene diketahui, Chloe juga menjadi tambah akrab dengan Irene. Mereka berkali-kali jalan bersama ataupun latih tanding bersama. Irene juga tidak merasa terganggu dengan ajakan Chloe tersebut meskipun sebelumnya dia nampak menghindari Chloe.
"Kalau begitu, aku yang akan jadi partnermu kali ini, Charles," ucap Noa.
"Kamu yakin, Noa ?," tanya Charles.
"Tentu saja, ayo kita bersama-sama kalahkan Rid di latih tanding ini," ucap Noa.
"Baiklah, kamu tidak keberatan kan, Rid ?," tanya Charles.
"Tidak masalah," ucapku.
"Baiklah, kalau begitu ayo kita serang Rid, Charles," ucap Noa bersemangat.
Latihan tanding antara ku dan mereka berdua pun berlangsung dan pada akhirnya mereka tetap kalah melawanku.
-
"Sebelum aku akhiri pembelajaran kita akhiri ini, aku akan memberitahu seperti apa ujian yang akan kalian kerjakan minggu depan," ucap tuan Alan.
Murid-murid pun dengan tenang mendengarkan penjelasan tuan Alan.
"Ujian yang akan kalian kerjakan hampir mirip seperti ujian masuk akademi tahap kedua sebelumnya," ucap tuan Alan.
"Ujian masuk tahap kedua ?,"
"Berarti ujiannya itu menghancurkan boneka kayu lagi ?,"
"Padahal kita selama di akademi ini setiap hari bertarung melawan murid lain di pertandingan harian, tapi saat ujian kita malah melawan boneka kayu lagi ? Bukannya itu terlalu mudah ?," ucap murid-murid yang lain.
"Yah mudah atau tidaknya kalian lihat saja nanti minggu depan, kalau begitu karena pembelajaran sudah selesai, kalian boleh bubar," ucap tuan Alan.
-
Setelah melakukan pertandingan harian, kami pun berjalan pulang menuju asrama.
"Menurut tuan Alan, ujian minggu depan mirip seperti ujian masuk tahap kedua. Sepertinya akan mudah ya ?," tanya Noa.
"Entahlah, aku tidak yakin soal itu. Memang tuan Alan bilang ujiannya mirip dengan ujian masuk tahap kedua, tapi beliau tidak bilang kalau tingkat kesulitannya akan sama," ucapku.
"Kamu ada benarnya, Rid," ucap Noa.
"Yah apapun ujian yang akan kita hadapi, kita hanya perlu menyelesaikannya kan ?," tanyaku.
"Kamu benar," ucap Noa
-
Lalu seminggu kemudian, ujian pertama untuk murid tahun pertama di tahun ajaran ini pun dimulai.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang