"Selamat datang di kebun bunga mawar milikku," ucap putri Amelia.
"~Garden of Roses~ ? jadi itu nama sihir area miliknya ini, menjadikan seluruh arena ini menjadi kebun mawar. Memang terlihat indah tapi tentu saja sihir ini bukan untuk mempercantik arena," pikirku.
Putri Amelia bersiap melancarkan serangan lagi dengan cambuknya. Lalu dia pun mengayunkan cambuknya itu ke arahku. Ketika aku berniat untuk menghindar, dari bawah kakiku muncul batang mawar yang melilit kakiku sehingga aku tidak bisa menghindar. Ketika cambuk yang diayunkan putri Amelia hampir mengenaiku, aku mengubah arah hantaman cambuknya menggunakan pedangku. Cambuk itupun mengenai lantai arena yang ada di sampingku.
"Dia bisa mengubah arah cambuk itu ?," pikir putri Amelia yang sedikit terkejut.
Lalu aku berusaha memotong batang mawar yang melilit kakiku dengan pedangku, tapi batang mawar itu tidak mau terpotong.
"Irene benar, batang-batang mawar ini tidak mau terpotong menggunakan pedang ini. Kalau begitu....," pikirku.
~Enhance Weapon, Sharp~
Aku meningkatkan ketajaman pada senjata yang ku pakai. Lalu aku mencoba untuk memotong batang mawar yang melilitku dan akhirnya berhasil terpotong. Setelah berhasil memotong batang mawar yang melilit kakiku, aku melihat ada luka pada bagian kakiku yang dililit batang mawar itu. Luka itu seperti luka akibat tusukan dari duri yang berarti ada duri pada batang mawar yang melilitku tadi. Aku mengaktifkan sihir penyembuhan dan menyembuhkan luka pada kakiku secara diam-diam agar tidak diketahui yang lainnya.
"Sepertinya aku harus hati-hati dengan batang mawar yang tiba-tiba muncul untuk melilitku lagi," pikirku.
"Tidak kusangka kalau kamu bisa memotong batang mawar itu, harusnya batang mawar itu memiliki ketebalan yang sulit dipotong. Kalau begitu....," ucap putri Amelia.
~Magic Boost 2x~
~Power Boost 2x~
Putri Amelia meningkatkan kekuatan sihirnya dengan boost. Lalu putri Amelia bersiap untuk menyerang lagi dengan cambuknya itu. Dan tiba-tiba muncul batang mawar yang berusaha untuk melilitku lagi namun kali ini reaksiku lebih cepat dan berhasil menghindari lilitan batang mawar itu. Namun ketika aku menghindar, muncul batang mawar dari bawah kakiku lagi dan itu terus berlangsung setiap aku menghindari batang mawar yang lainnya. Ketika aku sedang sibuk menghindari batang-batang mawar itu, putri Amelia mengayunkan cambuknya itu. Seolah tau kemana aku akan menghindar ketika menghindari batang-batang mawar itu, dia langsung mengarahkan cambuknya itu ke arah ku menghindar dan cambuk itu hampir mengenaiku. Tapi aku berhasil menghalau serangan cambuk itu dengan membelokkan arah serangannya lagi. Walaupun aku berhasil membelokkan cambuk itu, batang-batang mawar yang berusaha melilitku dari bawah kakiku itu tidak mau berhenti. Mereka terus berusaha melilitku lagi. Berapakalipun aku menghindar atau mencoba memotong batang mawar itu, batang mawar itu kembali muncul dan mencoba untuk melilitku lagi.
"Jadi ini ya yang dimaksud Irene, mawar-mawar di arena ini tidak akan membiarkan lawan untuk menyerang putri Amelia karena mawar-mawar ini akan berusaha menyulitkan lawannya dengan batang-batang mawar yang berusaha melilit lawannya terus-menerus. Melawan seseorang yang bisa menggunakan sihir area memang merepotkan, mereka bisa memanipulasi seluruh area yang menjadi jangkauan sihirnya itu. Kalau begitu, sepertinya aku harus menggunakan sihir juga," pikirku.
~Flame Magic, Apply Magic Weapon, Flame Sword~
Murid-murid yang menonton pertandingan itu pun terkejut, karena ini pertama kalinya aku menggunakan sihir di pertandingan harian. Meskipun aku pernah menggunakan pedang api saat melawan senior Vyn tapi itu bukan di pertandingan resmi. Setelah mengubah pedangku menjadi pedang api, aku menancapkan pedang apiku itu ke lantai arena.
~Burning Floor~
Aku menyebarkan sihir api ke lantai arena di sekitarku. Akibatnya, mawar-mawar yang ada disekitarku pun hangus terbakar oleh sihir apiku dan lenyap begitu saja. Dan sekarang aku bisa lega karena tidak akan ada batang mawar di sekitar yang akan melilitku lagi. Setelah itu aku melancarkan tebasan api dari jarak yang lumayan jauh ke arah putri Amelia. Namun mawar-mawar yang berada di sekitar putri Amelia bergerak dan membentuk sebuah dinding untuk menghalau tebasan apiku. Tebasan apiku lalu menghantam dinding mawar tersebut dan gagal mengenai putri Amelia. Akan tetapi dinding mawar itu pun juga terbakar dan hancur. Melihat momen tersebut, aku langsung melesat dengan cepat ke arah putri Amelia dan bersiap untuk menebasnya dengan pedang apiku. Namun putri Amelia berhasil menahan pedang apiku dengan rapiernya yang sebelumnya berubah menjadi cambuk, senjata kami pun beradu. Tapi adu senjata ini tidak berlangsung lama karena aku berhasil memukul mundur putri Amelia dari adu senjata ini. Putri Amelia terdorong mundur tapi aku langsung berusaha menebasnya lagi. Namun putri Amelia pun juga berusaha menahannya dengan rapiernya itu tapi karena kekuatan yang dimilikinya lebih lemah dariku, setelah berusaha menahan pedangku sebentar dia pun terdorong kembali. Aku melakukan ini terus menerus. Rapier mawar milik putri Amelia sangat kuat karena rapier itu tidak terbakar sedikitpun ketika beradu dengan pedang apiku. Namun ~Garden of Rose~ milik putri Amelia perlahan-lahan hancur terbakar karena setiap aku menebaskan pedang apiku ke arah putri Amelia, mawar-mawar yang ada di sekitar putri Amelia juga ikut terbakar.
"Cara untuk menghilangkan efek sihir area yaitu dengan menghancurkan elemen yang ada di area tersebut, sepertinya menggunakan sihir api merupakan pilihan yang bagus untuk menghancurkan ~Garden of Rose~. Aku mungkin bisa mengalahkannya jika tidak memakai sihir tapi sepertinya akan membutuhkan waktu yang lama karena adanya sihir area ini," pikirku.
Setelah terus-terusan terdorong akibat berusaha menahan tebasanku, putri Amelia pun merasa kesal.
"Aku sudah muak terdorong terus terusan seperti ini, rasakanlah seranganku ini," ucap putri Amelia.
~Blooming Rose Slash~
Putri Amelia melancarkan tebasan dari rapier mawarnya itu. Namun aku juga bersiap untuk membalas tebasannya itu.
~Flame Sword Art, Great Flame Slash~
Aku melancarkan tebasan api berukuran besar dan tebasan apiku pun menghancurkan ~Blooming Rose Slash~ milik putri Amelia. Setelah menghancurkan tebasan milik putri Amelia, tebasan apiku pun menuju putri Amelia. Namun putri Amelia menggunakan mawar-mawar yang tersisa dari ~Garden of Rose~ sebagai dinding penghalang, sama seperti yang dia lakukan tadi. Tapi tebasan apiku ini sangat kuat sehingga dinding mawar itu tidak dapat menahannya dan langsung terbakar ketika terkena tebasan apiku. Tebasan apiku pun akhirnya mengenai putri Amelia dan menghantamnya sampai ke dinding arena di belakangnya.
*DUMMMMMM
Bunyi dentuman pun terdengar keras. Murid-murid yang menonton pertandingan itupun terkejut.
Aku memperhatikan dinding arena yang dihantam oleh putri Amelia. Dinding arena itu mengeluarkan debu asap.
"Sepertinya aku terlalu berlebihan dalam melawan putri Amelia, padahal dia itu seorang perempuan. Aku akan minta maaf padanya nanti," pikirku.
Setelah berpikir seperti itu, dari balik asap itu muncul bayangan seseorang. Bayangan itu berjalan ke depan untuk keluar dari kepulan asap itu. Sampai akhirnya bayangan itu pun keluar dari kepulan asap itu. Dan terlihatlah sosok putri Amelia yang keluar dari kepulan asap tersebut. Dia mengalami luka yang lumayan serta ada beberapa luka bakar pada bagian tubuhnya. Ada juga luka bakar pada pipinya itu. Tapi meskipun mengalami luka yang lumayan seperti itu, putri Amelia masih bisa berjalan dengan santai ketika keluar dari kepulan asap tersebut. Namun melihat kondisinya itu membuatku ingin meminta maaf lebih cepat. Setelah keluar dari kepulan asap tersebut, putri Amelia melihat luka-luka yang dialaminya. Dia pun juga menyentuh luka bakar pada pipinya tersebut. Setelah mengecek luka pada tubuhnya, dia melihat ke sekitar arena. Dia melihat mawar-mawar yang diciptakannya hangus terbakar oleh serangan apiku.
"Tidak bisa dimaafkan," ucap putri Amelia pelan.
Suaranya sangat pelan namun aku dapat mendengar suaranya itu.
"Benar-benar tidak bisa dimaafkan," ucap putri Amelia lagi.
Kali ini suaranya terdengar cukup jelas.
"Kamu melukai tubuhku bahkan memberikan luka bakar pada tubuhku juga dan terlebih lagi kamu merusak mawar-mawarku dan bahkan menghancurkan seluruh kebun mawar yang kubuat. Aku tidak akan memaafkanmu, Rid Archie!," ucap putri Amelia.
"Aku dengar dari Charles kalau alasan dia dipanggil putri mawar karena dia sangat menyukai bunga mawar tapi tidak kusangka kalau dia akan semarah ini ketika mawar-mawar buatannya itu aku bakar semua. Padahal itu hanya mawar buatan yang terbuat dari sihir," pikirku.
~All Ability Boost 5x~
Putri Amelia meningkatkan semua kemampuannya dengan boost sebanyak 5 kali lipat.
"Karena perbuatanmu ini, aku akan memberimu hadiah, Rid. Aku akan membuatmu 'bersenang-senang' di neraka buatanku," ucap putri Amelia.
Putri Amelia mengarahkan kedua tangannya ke lantai arena.
~Rose Magic, Hell of Roses~
Lantai arena tiba-tiba dipenuhi kembali oleh banyak bunga mawar. Bunga mawar yang sebelumnya terbakar pun tumbuh kembali menjadi bunga mawar yang baru. Namun warna bunga-bunga mawar yang ada saat ini berbeda dari bunga-bunga mawar sebelumnya, bunga-bunga mawar ini berwarna merah seperti warna darah. Aku merasakan perasaan tidak mengenakan saat berada di sekeliling bunga-bunga mawar itu.
"Sihir area baru ? tapi ini seperti berbeda dengan sihir area sebelumnya. Dan lagi aku merasakan perasaan tidak mengenakkan di arena ini. Aura putri Amelia juga mendadak berubah. Ini mirip seperti saat aku melawan Javier," pikirku.
Aku mencoba membakar mawar-mawar yang berada di sekelilingku dengan pedangku. Mawar-mawar itu pun terbakar dan hancur namun seketika mawar-mawar itu tumbuh kembali. Tapi ada yang berbeda, mawar-mawar yang kubakar sebelumnya itu sudah mekar tapi mawar-mawar yang tumbuh lagi ini belum mekar.
"Aku sarankan kamu menjauh dari mawar-mawar yang belum tumbuh itu, Rid.....karena aku tidak tahu bagaimana nasibmu nanti ketika mawar-mawar itu mekar," ucap putri Amelia.
Setelah putri Amelia berkata seperti itu, mawar-mawar itu pun mulai mekar. Dan ketika mau mekar, mawar-mawar itu mengeluarkan cahaya dan tiba-tiba meledak dengan ledakan yang lumayan besar.
Melihat mawar-mawar itu meledak disekitarku, putri Amelia pun tersenyum.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasyPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...