Chapter 130 : Kediaman Duke San Minerva

5 1 0
                                    


"Perkenalkan namaku adalah Darwin Randall San Minerva, aku adalah Duke San Minerva saat ini," ucap Duke Darwin.
Tuan Alan dan keempat pengajar yang lain pun menghampiri Duke Darwin.
"Salam hormat, tuan Duke. Kami mengucapkan terima kasih kembali karena telah menyambut kami dengan segala kemewahan ini," ucap tuan Alan.
"Hoho santai saja, Alan. Inikan bukan pertama kalinya aku menerima murid San Fulgen Akademiya ke kediamanku. Bagaimana kabarmu ? Apakah kamu baik-baik saja dalam mengajar murid-murid ini ?," tanya Duke Darwin.
"Saya dalam keadaan baik, tuan," ucap tuan Alan.
"Senang mendengarnya," ucap Duke Darwin.
Dari percakapan mereka, sepertinya tuan Alan dan Duke San Minerva lumayan akrab. Apa karena tuan Alan sudah lama menjadi pengajar dan sudah sering menemani para murid ke kediaman Duke di ujian keempat makanya dia bisa akrab dengan Duke San Minerva dan kemungkinan juga dengan para Duke lainnya.
Setelah berjabat tangan dengan tuan Alan dan pengajar lainnya, Duke Darwin melihat ke arah kami para murid.
"Ohhhh, bukannya ini pangeran Charles dan putri Chloe ? Benar juga, aku lupa kalau kalian juga merupakan murid di angkatan baru San Fulgen Akademiya. Kalian sudah besar ya," ucap Duke Darwin sambil menghampiri Charles dan Chloe.
"Salam hormat, tuan Duke. Sudah lumayan lama tidak berjumpa ya," ucap Charles.
"Salam hormat, tuan Duke," ucap Chloe.
"Terakhir kita bertemu kira-kira 2 tahun yang lalu ya, sudah lumayan lama juga," ucap Duke Darwin.
"Iya, sudah lumayan lama," ucap Charles.
"Kalau begitu, saya mau izin pergi untuk menyapa murid-murid yang saya kenal dulu, pangeran," ucap Duke Darwin.
"Silahkan, tuan Duke," ucap Charles.
Lalu Duke Darwin meninggalkan Charles dan Chloe untuk pergi ke murid yang dia kenal.
"Enzo, lama tidak berjumpa ya," ucap Duke Darwin.
"Salam hormat, tuan Duke. Perasaan baru satu tahun yang lalu kita bertemu, tuan Duke," ucap Duke Darwin.
"1 tahun itu terasa lama, Enzo. Bagaimana keadaan ayahmu ?," tanya Duke Darwin.
"Aku tidak tau karena aku tidak bertemu dengan beliau saat di akademi tapi aku yakin beliau baik-baik saja," ucap Enzo.
"Iya juga ya, kamu kan saat ini adalah murid di San Fulgen Akademiya. Selama menjadi murid di akademi, kamu tidak boleh keluar dari wilayah akademi untuk mengunjungi ayahmu. Semoga Yang Mulia Malaikat Agung memberimu perlindungan dan kesehatan, Enzo ," ucap Duke Darwin.
"Terima kasih, tuan Duke," ucap Enzo.
"Yang Mulia Malaikat Agung ? Sebelumnya tuan Alan bilang kalau ada agama besar yang menyembah Malaikat Agung sebagai Dewi mereka di dunia Utara yang bernama agama Sancta Lux. Mendengar Duke San Minerva bilang begitu, sepertinya Duke San Minerva merupakan penganut agama itu. Tapi kenapa dia hanya mengharapkan perlindungan untuk Enzo saja, dan tidak kepada Charles dan Chloe sebelumnya ?," pikirku.
Lalu Duke Darwin terus berkeliling untuk melihat para murid yang mungkin dikenalnya.
"Oya, bukannya kamu adalah putri Irene, putri dari Duke San Lucia. Aku dengar kamu juga merupakan murid baru seperti pangeran dan putri, senang bisa melihatmu disini," ucap Duke Darwin.
"Salam hormat, tuan Duke," ucap Irene.
"Apa ayahmu sehat-sehat saja sejak terakhir kali kamu bertemu dengannya ?," tanya Duke Darwin.
"Ayah saya sehat-sehat saja, tuan," ucap Irene.
"Begitu ya, sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan beliau. Yah semoga kamu nyaman di kediamanku ini," ucap Duke Darwin.
Duke Darwin pun kembali berkeliling untuk melihat para murid.
"Dari yang Irene ceritakan dulu, Duke San Lucia dan ketiga Duke lainnya sedang tidak harmonis. Pasti canggung sekali bagi Irene untuk mengobrol dengan Duke San Minerva," pikirku.
Duke Darwin terus berkeliling sambil memperhatikan para murid satu persatu. Lalu Duke Darwin pun melihat ke arahku, tatapannya sangat serius. Aku hanya membungkukkan badanku saja sebagai rasa hormat kepadanya. Setelah itu Duke Darwin kembali ke tengah-tengah ruangan.
"Maafkan aku karena tadi berkeliling untuk memperhatikan kalian terlebih dahulu. Kalian pasti lelah setelah melakukan perjalanan yang jauh, ayo silahkan dinikmati makanan dan minuman yang telah aku sediakan di meja," ucap Duke Darwin.
Lalu kami semua pun mulai makan makanan yang tersedia di meja tersebut.
-
Kami pun selesai makan makanan yang tersedia di meja tersebut. Setelah jamuan makan, kami diajak oleh Duke Darwin untuk berkeliling di kediamannya. Ada ruang tamu, ruang kerja Duke, ruang memasak kediaman, ruang latihan prajurit Duke dan lain-lainnya. Setelah itu kami pergi ke bagian belakang kediaman. Di bagian belakang kediaman, ada taman dan kebun bunga yang sangat indah. Disana juga ada bangunan lain yang lumayan besar dengan dua lantai. Kami pun menuju ke arah bangunan itu. Di dalamnya terdapat banyak kursi berjejer menghadap ke depan ruangan itu. Dan di depan ruangan itu terdapat patung raksasa berbentuk manusia dengan sayap di punggungnya. Itu adalah patung malaikat, tapi tidak ada wajah di patung itu. Entah itu karena sudah rusak atau memang disengaja tidak ada wajahnya.
"Bangunan ini adalah gereja kecil yang aku buat untuk penganut agama Sancta Lux di kediamanku. Kalian pasti tau kan agama Sancta Lux ? itu adalah agama terbesar di dunia utara ini. Bagi kalian murid-murid yang menganut agama itu, kalian bisa berdoa disana. Sedangkan bagi kalian yang tidak menganut, kalian bebas untuk melihat-lihat ke dalam gereja ini," ucap Duke Darwin.
*Note : Novel ini merupakan cerita fiksi. Jadi agama ataupun kepercayaan yang terdapat pada novel ini tidak ada hubungannya dengan agama dan kepercayaan di kehidupan nyata.*
Kami pun mulai masuk ke bangunan itu untuk melihat-lihat. Belum lama kami melihat-lihat, kami terkejut melihat sosok wanita yang duduk di bangku depan. Awalnya kami tidak menyadari karena mungkin jaraknya lumayan jauh karena kami berada di pintu yang berada di belakang ruangan, sedangkan wanita itu berada di bangku paling depan.
Mungkin karena dia sadar bahwa tempat ini tiba-tiba kedatangan banyak orang, perempuan itupun bangun dari duduknya.
"Sepertinya tempat ini kedatangan banyak tamu ya," ucap perempuan itu.
Perempuan itu sangat cantik dengan rambut sepundak. Aku perkirakan usianya tidak jauh berbeda dengan Yang Mulia Ratu. Beberapa dari kami ada yang takut dan waspada.
"Tidak perlu takut, dia adalah istriku," ucap Duke Darwin.
"Aku memang telah mendengar kalau murid angkatan pertama San Fulgen Akademiya akan berkunjung hari ini. Aku minta maaf karena tidak menemani kalian dari awal. Oh maaf, aku lupa memperkenalkan diri, namaku adalah Harriet Randall San Minerva. Aku adalah Duchess San Minerva saat ini," ucap Duchess Harriet.
Mendengar itu, kami semua pun langsung membungkuk untuk menunjukkan hormat.
"Kalian mau melihat-lihat gereja ini ya ? silahkan untuk melihat-lihat. Aku sudah selesai berdoa jadi aku akan pamit untuk meninggalkan gereja ini. Aku pergi duluan ya, sayang," ucap Duchess Harriet.
"Iya, sayang," ucap Duke Darwin.
Duchess Harriet pun pergi meninggalkan gereja ini untuk kembali ke kediaman utama. Lalu setelah beberapa saat, kami pun juga keluar dari gereja itu karena sudah selesai berkeliling di bagian dalam gereja itu.
Setelah itu, kami pun pergi ke gerbang belakang kediaman Duke yang jaraknya tidak jauh dari taman dan gereja. Saat kami tiba disana, gerbang itu dalam posisi terbuka sambil dijaga oleh beberapa prajurit. Kami pun bisa melihat pemandangan yang berada di belakang kediaman Duke. Ada bukit, hutan, sungai dan padang rumput yang lumayan luas.
Setelah itu, kami semua pun kembali ke kediaman Duke.
"Terima kasih, tuan, karena telah menerima kami dan mengizinkan kami untuk berkeliling. Terima kasih juga untuk jamuannya," ucap tuan Alan.
"Sama-sama, Alan. Sehabis ini kamu dan murid-murid yang lainnya akan ke penginapan ya ?," tanya Duke Darwin.
"Benar, tuan. Dan sepertinya mereka semua ada yang tidak sabar untuk berkeliling kota San Minerva," ucap tuan Alan.
"Hoho, begitu ya. Ya sudah silahkan kamu dan yang lainnya pergi ke penginapan. Sampai ketemu besok lagi saat ujian dimulai, Alan," ucap Duke Darwin.
"Siap, tuan Duke," ucap tuan Alan.
"Ah iya, aku lupa memberitahumu soal ini. Bilang ke murid-murid angkatan pertama untuk berhati-hati saat berkeliling di kota San Minerva saat malam. Karena walaupun anggota pasukan 'Silver Peacock' sering berpatroli saat malam hari, tindak kriminal selalu saja sering terjadi. Mereka mengincar tempat yang tidak dilalui oleh patroli. Jadi kamu harus memberitahu tentang ini ke murid-muridmu," ucap Duke Darwin.
"Siap, tuan. Terima kasih atas informasinya," ucap tuan Alan.
Setelah itu kami semua pun pergi dari kediaman Duke sambil diantar oleh Duke sendiri menuju gerbang depan kediamannya. Kami menaiki kereta kuda kami kembali dan menuju penginapan yang berada di kota San Minerva. Sesampainya di penginapan, kami semua pun turun dari kereta kuda. Penginapan yang akan kami tempati lumayan besar jika dilihat dari luar, tapi kami belum tau isi penginapannya akan seperti apa.
"Kalian boleh untuk berkeliling ke kota San Minerva, tapi kalian harus menaruh barang bawaan kalian terlebih dahulu ke kamar kalian di penginapan ini. Aku dan pengajar lainnya akan membagikan kunci kamar ini ke murid kami masing-masing," ucap tuan Alan.
Tuan Alan dan pengajar lainnya pun mulai membagikan kunci kamar tersebut. Tuan Alan membagikan kunci kepada murid kelas A.
"Oh iya, Rid. Kamu dan Irene saat ini sedang berpacaran kan ?," tanya tuan Alan.
"Iya tuan, memangnya kenapa ?," tanyaku.
"Ini kunci kamar untuk kalian," ucap tuan Alan sambil memberiku 1 kunci kamar.
"Cuma 1 kunci kamar saja ?," tanyaku.
"Iya, itu kunci kamar yang akan kalian tempati berdua di penginapan ini," ucap tuan Alan.
"Hah ?!?!," ucapku terkejut.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang