Sementara itu, disaat nona Karina, Ratu Kayana dan yang lainnya sedang berdiskusi, aku sedang berbicara dengan Charles.
"Kelihatannya kamu baik-baik saja, Rid. Bagaimana dengan Demi-Human yang sebelumnya hendak membunuhku ?," tanya Charles.
"Aku berhasil mengalahkannya," ucapku.
"Kamu benar-benar hebat ya, bahkan kamu sudah bisa mengalahkan petarung profesional," ucap Charles.
"Meski begitu, aku tidak sempat menanyakan banyak informasi kepadanya. Meskipun dia telah tumbang, setidaknya kita bisa mendapatkan informasi dengan menahannya dan menunggunya sadar. Tapi dia tiba-tiba menghilang bersama ketua kelompok penyerangan akademi ini yang sudah dikalahkan oleh nona Karina," ucapku.
"Tunggu sebentar, kenapa kamu tahu kalau nona Karina sudah mengalahkan ketua kelompok penyerangan akademi ini ? Bukannya nona Karina berada di depan gedung lobi akademi dan beliau juga menjaga Chloe, Caroline, Irene dan senior Gretta disana ? Sedangkan kamu bertarung dengan Demi-Human itu di hutan akademi," ucap Charles.
"Itu karena aku menghempaskan Demi-Human itu hingga ke depan gedung lobi akademi. Aku mengikuti Demi-Human itu sampai ke gedung lobi akademi untuk memastikan keadaannya. Setelah aku sampai disana ternyata dia telah tumbang dan disaat yang sama aku juga melihat nona Karina yang sedang bertarung dengan Demi-Human yang menjadi ketua kelompok penyerangan ini," ucapku.
"Benar-benar diluar dugaan. Tidak hanya mengalahkannya, kamu bahkan menghempaskan ya dari hutan akademi hingga ke gedung lobi akademi," ucap Charles.
"Iya, begitulah," ucapku.
"Ngomong-ngomong, soal menghilangnya Demi-Human yang kamu kalahkan, di tempat ini para manusia dan Demi-Human yang sudah dikalahkan juga ikut menghilang. Mereka semua menghilang setelah sebuah kabut tebal tiba-tiba muncul di tempat ini. Sepertinya kabut tebal itu diciptakan dari sihir yang dilakukan oleh perempuan Demi-Human yang menyerupai kucing yang tiba-tiba muncul di tempat ini. Memang Demi-Human itu hanyalah clone tapi dia sangat kuat sampai bisa melukai senior Vyn dan yang lainnya," ucap Charles.
"Jadi Peri itu juga datang kesini ya," ucapku.
"Peri ?," tanya Charles yang tampak bingung.
"Iya, Demi-Human yang menyerupai kucing yang dilawan senior Vyn dan yang lainnya itu sebenarnya adalah seorang Peri. Dia memakai sihir penyamaran yang mengubah dirinya menjadi seorang Demi-Human. Aku dan nona Karina mengetahuinya setelah dia juga muncul di depan gedung lobi akademi dalam wujud seorang Demi-Human. Lalu saat kami berdua hendak menyerangnya, tiba-tiba wujudnya berubah menjadi seorang wanita yang bertelinga runcing layaknya Elf dan juga mempunyai sayap yang berwarna terang. Dari ciri-cirinya itu, tidak salah lagi kalau dia adalah seorang Peri," ucapku.
"Kenapa ras yang jarang menampakkan wujudnya itu bisa berada disini dan menyerang akademi ini ?," tanya Charles yang terkejut.
"Entahlah, identitas mereka masih sangat misterius. Ke depannya kamu harus hati-hati, Charles. Apalagi kamu merupakan alasan mereka untuk menyerang akademi ini. Nona Karina sepertinya sedang mendiskusikan masalah ini dengan Yang Mulia Ratu karena aku juga memberitahu alasan para penyerang itu menyerang akademi ini kepada nona Karina. Sepertinya ke depannya akademi ini akan diawasi dan dijaga secara ketat," ucapku.
Lalu disaat kami sedang mengobrol, tiba-tiba datang seorang murid tahun keempat yang tidak aku kenal. Murid tahun keempat itu sebelumnya menarik perhatianku karena dia bersama dengan anggota Elevrad yang lain.
"Halo," ucap murid tahun keempat itu.
"Halo juga. Ada apa ya, senior ?," tanyaku.
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin menyapamu saja. Aku mulai tertarik kepadamu sejak kamu memenangkan turnamen akademi sebelumnya bahkan kamu memenangkannya disaat kamu masih menjadi murid tahun pertama. Pertandinganmu dengan Vyn di final sangat menakjubkan," ucap murid tahun keempat itu.
"Terima kasih atas pujiannya, senior.....," ucapku.
"Ah benar juga, aku lupa untuk memperkenalkan diri. Namaku adalah Marco Stabile. Seperti yang kamu lihat pada lencana yang aku pakai, aku merupakan murid tahun keempat akademi ini. Salam kenal," ucap senior Marco.
"Salam kenal juga, senior. Namaku Rid Archie," ucapku.
"Aku ingin sekali bertarung melawanmu tapi sepertinya tidak bisa dalam waktu dekat ini. Sebentar lagi aku akan lulus dan pertandingan harian pun juga sudah ditutup dan dibuka kembali pada tahun ajaran baru nanti setelah aku sudah lulus. Sepertinya aku baru bisa bertarung denganmu setelah kita berjumpa lagi suatu saat nanti," ucap senior Marco.
"Aku merasa tersanjung apabila senior yang merupakan murid tahun keempat ingin sekali melawanku. Jika memang kita bertemu lagi suatu saat nanti, aku tidak keberatan apabila senior mau melawanku," ucapku.
"Baiklah. Itu saja yang ingin aku sampaikan, kalau begitu aku pergi dulu. Mungkin agak telat untuk mengatakan ini tapi aku minta karena mengganggu pembicaraan di antara kalian berdua. Kalau begitu sampai jumpa, Rid, pangeran Charles," ucap senior Marco.
Senior Marco pun pergi meninggalkan kami berdua.
"Sepertinya 'pangeran pedang' tertarik kepadamu, Rid," ucap Charles.
"'Pangeran pedang' ?," tanyaku.
"Iya. Senior Marco merupakan putra dari komandan tertinggi kerajaan, Oliver Stabile. Komandan Oliver dikenal sebagai 'Raja Pedang' di kerajaan ini karena kemampuannya dalam berpedang. Maka dari itu, putranya pun juga mendapatkan julukan sebagai 'pangeran pedang'. Tapi julukan itu bukanlah suatu yang berlebihan karena senior Marco juga memiliki keterampilan berpedang yang sangat bagus," ucap Charles.
"Jadi senior itu merupakan putra dari komandan Oliver. Pantas saja dia juga memiliki nama 'Stabile' pada namanya. Aku tebak dia memiliki hubungan dengan komandan Oliver dan ternyata dia merupakan putra dari komandan Oliver,"
"Jadi senior itu kuat ya dan juga dia memiliki julukan 'pangeran pedang', tetapi kenapa dia tidak mengikuti turnamen akademi ? Aku tidak melihat dia berpartisipasi di turnamen itu," ucapku.
"Dari yang aku tahu, senior Marco sudah pernah menjuarai turnamen ini saat dia berada di tahun kedua. Dia tidak mengikuti turnamen di tahun ketiga dan bahkan di tahun keempat ini mungkin karena dia sudah tidak tertarik lagi untuk mengikuti turnamen yang dia sudah menangkan," ucap Charles.
"Yah itu masuk akal. Lagipula sifat orang itu berbeda-beda. Ada yang masih mau mengikuti turnamen meskipun sudah pernah memenangkannya, dan ada yang tidak mau mengikutinya lagi," ucapku.
Saat aku dan Charles sedang mengobrol, diskusi antara nona Karina, Ratu Kayana dan yang lainnya pun telah selesai. Setelah itu, Duke San Quentine, Duke San Angela dan Duke San Minerva beserta para Duchess yang mendampingi mereka terlihat sedang menghampiri anak mereka masing-masing yang kebetulan berada di sekitar tempat ini. Duke San Lucia terlihat pergi ke arah gedung penginapan lagi bersama para prajuritnya. Sementara itu, Ratu Kayana, Raja Albert dan nona Karina terlihat menghampiriku dan Charles. Aku tidak melihat komandan Oliver di antara mereka dan ternyata komandan Oliver menghampiri senior Marco.
"Rid Archie, aku sudah mendengar dari kepala akademi kalau kamu telah menyelamatkan Charles dari Demi-Human yang ingin membunuhnya. Aku ingin berterima kasih atas tindakanmu itu. Aku berniat untuk memberimu hadiah atas hal ini, apa ada sesuatu yang kamu inginkan ?," tanya Ratu Kayana.
"Tidak perlu, Yang Mulia Ratu. Saya murni membantu Charles karena dia merupakan teman saya. Saya tidak mengharapkan hadiah apapun," ucapku.
"Tapi, kontribusimu kali ini patut untuk diberi hadiah. Tidak hanya menyelamatkan Charles yang merupakan anakku, kamu bahkan juga berhasil mendapatkan informasi tentang tujuan utama mereka dalam menyerang akademi ini. Selain itu, kamu juga membantu kepala akademi dalam menjaga Chloe, Caroline, Irene dan Gretta yang sedang dilindungi oleh pohon yang dibuat oleh kepala akademi. Kamu bahkan sampai bertarung lagi dengan seorang Demi-Human yang berniat membunuh Chloe dan Caroline ketika mereka berdua sedang ada di dalam pohon itu. Dengan kontribusi sebanyak ini dalam melawan para penyerang itu, tidak mungkin aku tidak memberimu hadiah. Katakan saja apa maumu, aku pasti akan mengabulkannya apabila aku sanggup," ucap Ratu Kayana.
Aku pun terdiam dan memikirkan sesuatu.
"Aku mungkin bisa meminta Yang Mulia Ratu agar menerimaku langsung sebagai prajurit kerajaan San Fulgen tapi aku sudah memutuskan akan menjadi prajurit Duke San Lucia setelah lulus nanti. Aku penasaran dengan Naga Es yang tinggal di pegunungan Orokho jadi aku akan ikut dengan ekspedisi yang bertujuan untuk membunuh Naga itu nantinya. Oleh karena itu, peluang untuk mengikuti ekspedisi itu akan lebih besar apabila aku bergabung dengan prajurit Duke San Lucia daripada bergabung dengan prajurit kerajaan. Lagipula, Irene bilang meskipun aku menjadi prajurit Duke, aku masih bisa diajukan sebagai komandan pasukan prajurit kerajaan," pikirku.
Lalu setelah terdiam dan berpikir, aku pun mulai berbicara.
"Maaf, Yang Mulia Ratu. Saya masih belum tahu tentang apa yang saya inginkan sebagai hadiahnya karena jujur ini merupakan pertama kalinya saya akan mendapatkan hadiah seperti ini. Namun jika Yang Mulia Ratu tetap ingin memberi saya hadiah, mungkin hadiah uang sudah cukup bagi saya," ucapku.
"Uang ya. Ya kamu benar juga, lagipula saat ini kami adalah murid akademi apalagi murid tahun pertama. Tentu uang lebih berguna untukmu agar bisa bertahan hidup di akademi ini. Meskipun akademi sudah memberimu uang saku setiap bulannya, pasti masih terasa kurang kan ?," tanya Ratu Kayana.
"Tidak, malahan uang saku tiap bulanku tidak pernah dihabiskan dan juga aku masih memiliki uang dari menjuarai turnamen akademi. Jadi bisa dibilang aku cukup berhemat ketika tinggal di akademi ini," pikirku.
"Hmmm melihat dari kontribusimu tadi, sebagai hadiahnya bagaimana jika aku memberimu 10 juta Larx ?," tanya Ratu Kayana.
Aku yang mendengar tentang itu pun terkejut.
"10 juta Larx ?!?! 100 kali lipat dari uang saku yang akademi ini berikan setiap bulannya ? Bukannya itu terlalu banyak, Yang Mulia Ratu ?," tanyaku.
"Tidak, tidak, melihat dari kontribusimu, jumlah ini memang pas untuk diberikan kepadamu. Apalagi kamu menyelamatkan Charles, Chloe dan Caroline dari bahaya. Iyakan, sayang ?," tanya Ratu Kayana ke Raja Albert.
"Itu benar, memang kami belum menyiapkan hadiah uangnya tapi tolong diterima saja terlebih dahulu," ucap Raja Albert.
Aku pun terdiam.
"Jika aku menolaknya, ini akan menjadi perdebatan yang panjang. Dan juga, apabila aku menolaknya, aku jadi merasa tidak enak. Lebih baik aku terima saja," pikirku.
"Baiklah, kalau begitu saya terima hadiahnya, Yang Mulia Ratu," ucapku.
"Baiklah, aku akan langsung menyiapkan uangnya. Mungkin besok baru bisa aku antarkan ke kamu," ucap Ratu Kayana.
"Mau diantar kapanpun itu tidak masalah, Yang Mulia Ratu," ucapku.
Lalu disaat kami sedang asik mengobrol, tiba-tiba beberapa prajurit dari arah gedung penginapan berlari ke tempat ini. Kemudian mereka memberitahu kalau Chloe, Caroline, Irene dan senior Gretta sudah sadarkan diri. Mendengar itu, kami pun langsung bergegas menuju gedung lobi akademi.
-
Di gedung lobi akademi.
Begitu kami sampai, Ratu Kayana langsung memeluk Chloe dan Caroline yang sedang duduk. Raja Albert dan Charles pun juga ikut menghampiri mereka. Senior Gretta terlihat sedang dihampiri oleh beberapa anggota Elevrad seperti senior Alisha dan senior Vyn. Sementara itu, Duke San Lucia terlihat sedang mengobrol dengan Irene yang juga sedang duduk setelah terbaring cukup lama. Ada juga Leandra dan Lily yang berada di dekat Irene. Sementara itu, aku hanya memperhatikan mereka dari kejauhan.
"Kenapa kamu tidak ikut berkumpul disana, Rid ?," tanya senior Nadine yang tiba-tiba datang menghampiriku.
'Berkumpul disana' yang dimaksud senior Nadine adalah berkumpul dengan Irene, Leandra, Lily dan Duke San Lucia.
"Mungkin aku adalah pacarnya saat ini tetapi aku masihlah orang asing di kehidupannya. Lagipula belum ada satu tahun semenjak aku berpacaran dengan Irene, dan mereka yang saat ini berkumpul di sekitar Irene merupakan orang-orang terdekatnya. Jadi aku memutuskan untuk tidak ikut berkumpul disana," ucapku.
"Hmmm begitu ya," ucap senior Nadine.
Lalu senior Nadine pun berjalan meninggalkanku lalu pergi menuju tempat Irene yang baru sadarkan diri. Setelah itu, aku pun memutuskan untuk pergi menghampiri Noa dan yang lainnya yang juga berada di depan gedung lobi akademi.
Tidak lama kemudian, senior Nadine datang lagi menghampiriku yang sedang mengobrol bersama Noa dan yang lainnya.
"Rid, tuan Duke San Lucia ingin berbicara denganmu," ucap senior Nadine.
"Duke San Lucia ingin berbicara denganku ?," tanyaku.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasyPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...