Chapter 103 : Tempat Latihan Khusus

5 1 0
                                    


Beberapa hari kemudian, hari libur pun tiba.
Hari Sabtu ini aku tidak ada kegiatan bersama dengan yang lainnya. Biasanya kalau tidak ada kegiatan dengan yang lain, aku memutuskan membaca buku di perpustakaan. Tapi kali ini aku ingin melihat tempat latihan di gedung tengah, karena tempat itu merupakan tempat yang belum pernah aku kunjungi di akademi ini. Bukan hanya tempat latihan itu saja, lantai tiga ke atas di gedung tengah belum pernah aku kunjungi satu kalipun.
Lalu aku tiba di lantai 1 gedung tengah yang merupakan kantin, lalu naik tangga ke lantai 2 yang merupakan ruang perawatan bagi murid yang terluka atau kehabisan mana saat bertanding. Aku pernah ke lantai ini meskipun jarang, yaitu saat mengantarkan Irene yang terluka setelah melawan putri Amelia dan ketika mengantarkan teman-teman sekelasku ada yang kehabisan mana setelah melakukan ujian pertama. Bisa dibilang, perawatan di lantai ini merupakan yang terbaik di akademi ini. Murid yang terluka dan kehabisan mana bisa pulih hanya dalam beberapa menit saja. Meskipun aku tidak pernah merasakan perawatan langsung di lantai ini karena aku jarang sekali terluka di pertandingan harian dan kalau misalnya aku terluka pun, aku bisa menyembuhkan diriku sendiri.
Lalu aku naik ke lantai 3 gedung tengah, di lantai itu terdapat arena latihan yang sangat luas, lebih luas dari tempat latihan tahun pertama. Mungkin karena ukuran gedung tengah yang lebih luas juga dari gedung tahun pertama makanya tempat latihannya pun luas. Lagipula tempat latihan ini merupakan tempat latihan gabungan antara semua murid dari tahun pertama sampai keempat.
"Jadi begini ya tempat latihan gabungan itu. Banyak sekali dari mereka yang latihan disini. Dan sepertinya ini tempat latihan khusus sihir dengan tongkat sihir ataupun tanpa senjata," ucapku.
Tidak ada orang yang aku kenal yang berlatih di lantai ini jadi sepertinya aku akan lanjut untuk melihat ke atas.
Dan sampailah aku di lantai 4. Dilihat dari mereka yang berlatih di lantai ini, sepertinya ini tempat latihan khusus untuk Martial Arts biasa ataupun Magic Martial Arts.
"Hmmm itu kan.......Noa dan Lillian. Jadi mereka berdua selalu berlatih berdua ya saat libur begini," ucapku.
Aku melihat Noa yang sedang latih tanding dengan Lillian hanya dengan pukulan dan tendangan saja. Aku memperhatikan mereka cukup lama sampai akhirnya Noa pun sadar dan melihat ke arahku. Noa terlihat memanggil Lillian dan menunjuk ke arahku, lalu Lillian pun juga melihat ke arahku. Mereka berdua pun melambaikan tangan ketika melihatku. Lalu aku pun membalas juga lambaian tangan mereka. Lalu aku pun melanjutkan kembali untuk melihat lantai selanjutnya dan memberikan kode jari telunjuk ke atas kepada Noa yang berarti aku ingin ke atas. Dan Noa membalas dengan gestur jempol yang berarti oke. Tapi entah dia paham arti sebenarnya dari kode yang kutunjukkan atau tidak.
Lalu aku sampai di lantai 5, lantai ini merupakan tempat latihan khusus untuk senjata jarak dekat seperti pedang, rapier, pedang besar dan tombak. Meskipun tombak bisa dikategorikan sebagai senjata jarak menengah.
"Di tempat latihan ini lebih banyak murid yang latihan ketimbang di tempat latihan Martial Arts. Ya meskipun tidak sebanyak di tempat latihan sihir," ucapku.
Aku pun memperhatikan murid-murid yang datang di tempat latihan ini. Aku mencari murid-murid yang mungkin aku kenal sampai akhirnya aku menemukannya.
"Kotaro ya, jadi dia juga suka latihan di tempat ini. Yah itu bagus daripada saat libur tidak melakukan apa-apa," ucapku.
Kotaro fokus berlatih sampai tidak menyadari sekelilingnya dan akupun lanjut untuk pergi ke lantai selanjutnya.
Dan tibalah aku di lantai 6, lantai ini merupakan tempat latihan khusus untuk senjata jarak jauh seperti busur panah ataupun senapan. Ketika aku melihat ke tempat latihan itu, aku melihat ada satu orang yang mencolok diantara murid-murid lainnya. Ya itu karena senjata yang dipakainya berbeda. Dia satu-satunya yang memakai senapan di tempat latihan ini, sedangkan yang lainnya memakai busur panah. Dia sedang menembakkan sejumlah boneka kayu dari jarak yang lumayan jauh dengan senapannya. Dia menembak sebuah boneka kayu yang berada di tengah-tengah boneka kayu lainnya. Dan setelah boneka kayu itu tertembak, boneka kayu itu langsung meledak dan ledakan itu mengenai boneka-boneka kayu yang ada di sekitarnya.
"Tembakan yang bisa meledak ya, itu sama seperti ketika dia menghancurkan kepala naga milik senior Vyn," ucapku.
Entah dia menyadari kalau sedang dilihat atau hanya kebetulan saja, setelah menembakkan boneka kayu itu, senior Nadine melihat ke arahku. Setelah itu, dia pun langsung menghampiriku.
"Siang, Rid. Tumben sekali kamu datang kesini, sepertinya ini pertama kalinya aku melihatmu disini," ucap senior Nadine.
"Siang juga, senior. Ya kamu benar, ini pertama kalinya aku datang kesini. Aku hanya sedang melihat-lihat saja," ucapku.
"Begitu ya," ucap senior Nadine.
"Dibanding tempat latihan lainnya, di tempat latihan ini tidak banyak yang berlatih ya ?," tanyaku.
"Ya itu karena pengguna senjata jarak jauh di akademi ini sangat sedikit dibanding pengguna senjata lainnya. Jadi wajar kalau tempat latihan ini sedikit sepi. Tapi ada juga pengguna senjata lain yang datang ke tempat ini untuk berlatih menggunakan senjata jarak jauh," ucap senior Nadine.
"Begitu ya," ucapku.
"Apa kamu tertarik untuk menggunakan senjata jarak jauh, Rid ?," tanya senior Nadine.
"Aku sudah pernah mencobanya saat sebelum aku masuk ke akademi, tapi aku sepertinya tidak cocok memakai senjata jarak jauh," ucapku.
"Begitu ya. Ngomong-ngomong, apakah kamu datang ke tempat ini hanya untuk melihat-melihat saja ?," tanya senior Nadine.
"Iya, memangnya ada apa senior ?," tanyaku.
"Bagaimana kalau kita latihan tanding ?," tanya senior Nadine.
"Melawanmu ? di tempat ini ?," tanyaku kembali.
"Iya," ucap senior Nadine.
"Sayangnya aku tidak membawa pedangku kali ini karena tujuanku memang hanya untuk melihat-lihat saja, tapi kalaupun aku membawa pedangku, apakah boleh melakukan latihan tanding di tempat ini ? aku kan memakai pedang dan tempat ini merupakan tempat latihan untuk senjata jarak jauh," ucapku.
"Benar juga, aku sampai lupa tentang itu. Sepertinya aku terlalu bersemangat ingin menantangmu sampai lupa hal itu. Kalau begitu lain kali saja," ucap senior Nadine.
"Kenapa kamu ingin latih tanding denganku, senior ?," tanyaku.
"Aku penasaran saja dengan seberapa kuatmu jika aku melawanmu langsung. Apalagi kamu bisa mengalahkan putri Amelia dalam pertandingan," ucap senior Nadine.
"Apa kamu pernah melawan putri Amelia sebelumnya ?," tanyaku.
"Pernah tapi hanya 2 kali saja. Pertandinganku yang pertama dengannya terjadi di pertandingan harian dan yang kedua terjadi di turnamen akademi beberapa bulan yang lalu," ucap senior Nadine.
"Lalu siapa yang menang antara kamu dan putri Amelia, senior ?," tanyaku.
"Aku memenangkan kedua pertandingan itu," ucap senior Nadine.
"Benarkah ?," ucapku terkejut.
"Aku tidak menyangka kalau senior Nadine bisa mengalahkan putri Amelia padahal putri Amelia itu kuat dan lagi dia mengalahkan putri Amelia dua kali ? Apa dia mengalahkannya hanya dengan senapannya itu ? Tapi ini menjadi masuk akal karena putri Amelia sempat berhenti untuk mengganggu Irene ketika senior Nadine datang, sepertinya putri Amelia takut dengan senior Nadine karena berhasil mengalahkannya dua kali," pikirku.
"Iya. Dan karena kita sama-sama berhasil mengalahkan putri Amelia, itulah yang membuatku menjadi penasaran siapa yang akan menang apabila kita berdua bertanding," ucap senior Nadine.
"Kalau begitu, kenapa kamu tidak menantangku saja di pertandingan harian daripada menantang untuk latih tanding ?," tanyaku.
"Aku tidak mau gegabah, karena ada kemungkinan aku bisa kalah ketika melawanmu. Jika aku kalah, aku akan kehilangan 400 poin," ucap senior Nadine.
"Ya, kamu ada benarnya. Tapi aku tidak menyangka kalau kamu bisa mengalahkan putri Amelia. Apa itu berarti kamu adalah murid perempuan terkuat di tahun kedua ?," ucapku.
"Ya anggap saja begitu, tapi jika dibandingkan dengan angkatan lain, aku masih lemah dibandingkan dengan nona Gretta dan nona Alisha," ucap senior Nadine.
"Alisha ?," tanyaku bingung.
"Ah sepertinya kamu belum pernah bertemu dengannya ya. Alisha Lesher, dia adalah bendahara di Elevrad saat ini. Dia adalah murid perempuan terkuat di akademi, nona Gretta saja tidak pernah mengalahkannya. Itu dia orangnya yang memakai busur panah," ucap senior Nadine sambil menunjuk seseorang di tempat latihan itu.
Orang yang ditunjuk oleh senior Nadine sedang menarik busur panahnya dan jauh di depan pandangannya terdapat banyak sekali boneka kayu. Jika aku hitung mungkin sekitar 20 sampai 30 an boneka.
"Jadi murid perempuan terkuat di akademi ini seorang pengguna busur panah ya, aku tidak menyangkanya," ucapku.
"Perhatikan apa yang akan nona Alisha lakukan," ucap senior Nadine.
Nona Alisha pun melepaskan anak panah dari busur panahnya itu. Awalnya yang dia lepaskan itu hanyalah satu anak panah, tapi tiba-tiba anak panah itu bertambah banyak dan masing-masing anak panah itu menghantam setiap boneka kayu itu sampai hancur. Semua boneka kayu itu pun hancur tidak bersisa. Aku sedikit terkejut ketika melihat itu.
"Dia bisa menembakkan banyak anak panah hanya dengan 1 tarikan busur panah ?," tanyaku.
"Benar, dan bukan hanya itu. Setiap anak panahnya itu memiliki kekuatan penghancur yang luar biasa. Kamu tau kan kalau nona Gretta memiliki kekuatan untuk membuat Clone ?," tanya senior Nadine.
"Iya, aku melihatnya ketika aku melawan senior Vyn," ucapku.
"1 anak panah milik nona Alisha mampu untuk menghancurkan 1 clone milik nona Gretta sampai hancur tidak bersisa," ucap senior Nadine.
Sementara itu.
Setelah menghancurkan semua boneka kayu itu, nona Alisha melihat ke arah Rid dan senior Nadine yang sedang mengobrol.
"Hmmmm ? Aku merasa seperti sedang dibicarakan oleh mereka berdua," ucap nona Alisha.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang