"Duke San Lucia ? Kamu ingin memberikan informasi tentang hubunganku ke Duke San Lucia ?," tanyaku.
"Iya, lagipula tuan Duke San Lucia adalah ayah dari Irene. Wajar kalau harus memberitahu beliau kalau Irene sedang berkencan dengan seseorang disini," ucap senior Nadine.
"Yah benar juga tapi aku kira Irene akan memberitahu ayahnya sendiri tentang ini," ucapku.
"Dia pasti akan memberitahu beliau tapi ketika dia sudah lulus dari akademi, karena dia tidak mempunyai kristal komunikasi, jadinya dia tidak bisa langsung memberitahu beliau. Hanya aku yang punya kristal itu jadinya aku yang harus menghubungi tuan Duke. Seharusnya aku menghampirimu dan Irene saat hari pertama rumor tentang hubunganmu dan Irene menyebar di akademi karena informasi ini sangat-sangat penting dan harus segera diberitahukan kepada tuan Duke. Tapi aku baru bisa menghampirimu sekarang karena sebelumnya aku sedang banyak tugas," ucap senior Nadine.
"Begitu ya tapi tunggu, aku baru tau kalau akademi ini memperbolehkan muridnya berkomunikasi dengan orang dari luar akademi dengan menggunakan kristal komunikasi," ucapku.
"Tidak ada peraturan yang membahas tentang kristal komunikasi untuk para murid. Jadi ya entah itu dilarang atau tidaknya akupun juga tidak tau. Tapi kebanyakan murid bangsawan dan orang 'berada' di akademi ini pasti menggunakan kristal itu untuk berkomunikasi dengan keluarga mereka karena hanya merekalah yang sanggup untuk membeli kristal komunikasi. Aku yakin pangeran Charles dan putri Chloe juga memilikinya tapi tidak pernah ditunjukan saja padamu," ucap senior Nadine.
"Yah mungkin kamu ada benarnya, senior," ucapku.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi dulu untuk memberitahukan informasi ini kepada tuan Duke," ucap senior Nadine.
"Tapi sebelum itu izinkan aku memberikan satu saran, Rid," ucap senior Nadine.
Aku terdiam menunggu saran yang ingin dia bilang.
"Karena kamu sekarang sudah resmi menjadi pasangan dari Irene, aku sarankan kamu lebih berhati-hati kedepannya. Irene itu adalah putri dari Duke, jadi pasti ada yang mengincarnya juga untuk dijadikan pasangan. Kebanyakan dari mereka yang mengincar Irene adalah orang-orang yang tamak dan haus akan kekuasaan, mereka mengincar Irene agar bisa mendapatkan kekuasaan dari tuan Duke. Tapi sejak Irene ditunjuk sebagai peserta untuk suatu acara yang diselenggarakan Raja Albert, orang-orang tamak yang mengincar Irene pun menghilang karena mereka tidak mau disangka menggagalkan acara sang Raja apabila tetap mengincar Irene," ucap senior Nadine.
"Senior Nadine pasti membicarakan ~Matchmaking Battle~, tapi dengan dia yang tidak memberitahu nama dari acara sang Raja ini sepertinya dia belum tau kalau aku sebenarnya sudah mengetahui tentang acara ini dari Irene," pikirku
"Tunggu sebentar, karena sekarang aku dan Irene menjadi pasangan, apa itu berarti aku menggagalkan acara sang Raja ?," tanyaku.
"Dari yang kudengar, Irene sendiri kan yang menembakmu untuk menjadi pasangannya ? Kalau begitu, Irene sendirilah yang berniat menggagalkan acara sang Raja. Lagipula sejak awal tuan Duke sendiri tidak berniat untuk membiarkan putrinya mengikuti acara itu karena acara itu adalah acara perjodohan. Beliau membebaskan putrinya untuk memilih sendiri pasangannya. Namun, meskipun Irene duluan yang menembakmu ada kemungkinan kalau kamu juga dicap sebagai pengacau di acara sang Raja karena kamu menerima ajakan dari Irene. Belum lagi, ada kemungkinan kalau kamu diincar juga oleh orang-orang tamak yang ingin merebut Irene darimu. Kamu akan diincar oleh banyak orang yang berbahaya, mulai sekarang kamu harus waspada dan hati-hati. Mereka mungkin menjadikan murid-murid, staf ataupun pengajar disini sebagai mata-mata mereka," ucap senior Nadine.
"Senior Nadine memang benar, dengan aku yang sekarang menjadi pasangan Irene, ada kemungkinan aku akan diincar oleh orang-orang yang ingin memanfaatkan Irene. Kedepannya sepertinya akan berat untukku tapi...," pikirku.
"Terima kasih, senior Nadine. Aku akan mulai berhati-hati dari sekarang," ucapku.
".....Aku sudah tidak bisa mundur dari pilihan yang ku tentukan sendiri," pikirku lagi.
"Lalu aku ingin membicarakan satu hal lagi," ucap senior Nadine.
"Satu hal lagi ?," tanyaku.
"Entah memang hubungan kalian ini benar atau palsu meskipun kalian berdua bilang padaku kalau kalian benar-benar berkencan, apapun itu aku tidak peduli. Tapi aku berterima kasih kalau dirimu lah yang menjadi pasangan Irene saat ini. Kamu membuat Irene terhindar dari perjodohan politik yang akan dilakukan sang Raja, yah meskipun kamu bisa terkena masalah karena ini. Dan lagi kamu juga melindungi dan menangani Irene dengan baik setelah bertanding dengan putri Amelia. Untuk itu, aku ingin mengucapkan terima kasih," ucap senior Nadine.
Senior Nadine pun membungkuk ke arahku.
"Ada apa ini tiba-tiba ? hentikan itu, senior, kamu tidak seharusnya membungkuk ke arahku," ucapku.
"Ini hanya ungkapan terima kasihku saja. Aku ini adalah anak satu-satunya jadi aku tidak punya saudara kandung tapi Irene yang merupakan adik sepupuku sudah kuanggap sebagai adikku sendiri," ucap senior Nadine.
"Begitu ya, aku terima ungkapan terima kasihmu itu senior jadi berhentilah membungkuk seperti itu," ucapku.
Senior Nadine pun berhenti membungkuk.
"Maaf, sepertinya aku terlalu terbawa suasana," ucap senior Nadine.
"Tidak apa-apa, senior. Melihatmu barusan seperti melihat sisi dirimu yang lain. Meskipun kamu selalu memasang ekspresi datar, tapi sifatmu lucu juga," ucapku.
"Hmmm kamu sudah punya Irene jadi kamu tidak boleh menggodaku seperti itu," ucap senior Nadine.
"Maaf, maaf. Ngomong-ngomong, bolehkah aku menanyakan satu hal ?," tanyaku.
"Tanya saja," ucap senior Nadine.
"Kamu bilang kalau yang mengincar Irene untuk dijadikan pasangan biasanya adalah orang-orang tamak yang haus akan kekuasaan kan ? tapi apakah kamu tidak menganggapku seperti itu ?," tanyaku.
"Tidak sama sekali, lagipula yang memulai hubungan diantara kalian berdua itu adalah Irene sendiri. Jadi itu adalah keputusan Irene sendiri yang ingin kamu menjadi pasangannya. Apapun keputusan Irene aku yakin dia sudah memilih keputusan yang baik. Dan lagi, aku juga merasa kalau kamu bukan orang seperti itu," ucap senior Nadine.
"Begitu ya, terima kasih atas penilaianmu kepadaku, senior Nadine," ucapku.
"Tidak apa-apa, kalau begitu aku mau permisi dulu. Padahal aku ingin segera memberitahukan tuan Duke tentang informasi ini tapi malah jadi kelamaan ngobrol denganmu,' ucap senior Nadine.
Senior Nadine kembali menjentikkan jarinya dan kali ini suara sunyi yang kurasakan pun menghilang. Kubah tidak terlihat yang menutupiku dan senior Nadine sudah hilang.
"Sampai jumpa, Rid," udah senior Nadine.
"Sampai jumpa juga," ucapku.
Senior Nadine pun pergi meninggalkan perpustakaan. Aku pun lanjut membaca di perpustakaan dan setelah beberapa saat membaca buku, akupun pergi meninggalkan perpustakaan juga.
Aku memutuskan kembali ke asramaku dan ketika aku sampai di lantai 5 tempat asramaku berada. Aku melihat Irene menunggu di depan pintu asramaku. Irene hanya melamun saat di depan asramaku namun langsung tersadar ketika menyadari aku yang mau mendekatinya.
"Siang, Rid," ucap Irene menyapaku.
"Siang juga, Irene. Ada perlu apa kamu ada di depan pintu asramaku ? Maaf ya kalau aku daritadi tidak di asrama, aku habis dari perpustakaan," ucapku.
"Begitu ya, tidak apa-apa. Aku ingin memberikanmu makan siang," ucap Irene.
Irene pun memberikan makan siang.
"Terima kasih, Irene. Maaf karena merepotkanmu apalagi sampai harus membuatmu menunggu begini," ucapku.
"Tidak apa-apa, lagipula ini adalah kesepakatan kita. Tapi kalau kamu merasa tidak enak karena membuatku menunggu untuk mengantarkanmu makanan, biarkan aku memasak di asramamu setiap hari," ucap Irene.
Aku terdiam dan terkejut mendengar ucapan Irene.
"Dengan begitu aku akan lebih mudah memberikanmu makanan karena aku langsung memasaknya di asramamu. Berikan kunci asramamu kepadaku, Rid," ucap Irene.
"Hah ?!?!," ucapku yang terkejut.
-
Malam harinya, di asrama senior Nadine. Senior Nadine tengah mengobrol dengan seseorang lewat kristal komunikasi.
"Jadi Irene sudah berkencan dengan seseorang di akademi ?," tanya orang dibalik kristal itu.
"Itu benar, tuan Duke," ucap senior Nadine.
Rupanya senior Nadine tengah berbicara dengan Duke San Lucia, Louis Emerald San Lucia.
"Nadine, sudah kubilang kan tidak usah seformal itu ketika berbicara denganku. Meskipun aku seorang Duke, aku tetaplah pamanmu," ucap tuan Louis.
"Tapi saya merasa tidak enak apabila tidak mengobrol dengan anda secara formal," ucap senior Nadine.
"Ya sudah, aku tidak akan memaksamu. Hmmm Rid Archie ya, sepertinya aku pernah mendengar nama yang berkaitan dengan Archie ini tapi aku sudah lupa dimana. Tapi pasangan Irene ini hanyalah rakyat biasa ya ?," tanya tuan Louis.
"Benar tuan, tapi bisa dipastikan meskipun dia hanyalah rakyat biasa tapi kekuatannya melebihi bangsawan. Bahkan dia pernah mengalahkan pangeran Charles dan putri Amelia di pertandingan harian," ucap senior Nadine.
"Benarkah ? dia pastinya sangatlah kuat jika bisa mengalahkan mereka berdua dalam duel. Aku tidak peduli apakah pasangan yang dipilih Irene dari kalangan rakyat biasa atau tidak. Apapun pilihan Irene, aku akan mendukungnya. Karena Irene sekarang sudah memiliki pasangan, dengan begini Irene akan terbebas dari acara konyol itu," ucap tuan Louis.
"Anda benar, tuan," ucap senior Nadine.
"Meskipun acara itu dibuat atas inisiatif sang Raja sendiri namun aku merasa acara itu adalah jebakan untuk menjebak keluarga kita. Untunglah sekarang Irene tidak jadi mengikuti acara itu. Namun ada kemungkinan pasangan Irene yang sekarang akan menjadi incaran. Apabila ada masalah yang menimpanya, aku memintamu untuk membantunya, Nadine," ucap tuan Louis.
"Siap, tuan," ucap senior Nadine.
"Kalau begitu sampai disini dulu obrolan kita ini. Aku harus memberitahu Asier tentang ini. Dia pasti senang ketika mengetahui adik tercintanya akhirnya mempunyai pasangan," ucap tuan Louis.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasíaPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...