Sementara itu, tahun angkatan lain pun juga sudah menyelesaikan ujian kedua ini.
~Murid Tahun Keempat~
"Aku memang berhasil mengalahkanmu di ujian kedua ini, tapi aku merasa tidak puas karena aku bisa mengalahkanmu dengan bantuan ketua yang menjadi pasanganku. Lain kali, mari kita bertarung lagi, Alisha," ucap senior Gretta.
"Baiklah, aku terima tantanganmu," ucap senior Alisha.
"Kenapa mereka berdua selalu bersemangat sekali ketika mau duel ?," pikir senior Vyn.
~Murid Tahun Ketiga~
"Tuan muda Florian, lagi-lagi memenangkan semua pertandingannya juga. Saat masih tahun pertama dan tahun kedua, dia juga berhasil memenangkan semua pertandingan di ujian kedua,"
"Kamu benar, tidak peduli tuan muda Florian dipasangkan dengan siapa, dia dapat selalu menang," ucap kedua murid yang saling mengobrol.
Sementara itu, seorang murid berlencana emas pun menghampiri senior Florian.
"Tuan muda Florian, terima kasih karena telah membantuku di ujian kedua ini. Aku bahkan tidak melakukan apa-apa di ujian ini," ucap murid itu.
"Tidak apa-apa, apa kamu terluka di pertandingan barusan ?," tanya senior Florian.
"Tidak ada, tuan muda Florian. Ini semua berkat tuan muda Florian yang selalu melindungiku bahkan sejak pertandingan hari pertama," ucap murid itu.
"Baguslah kalau begitu," ucap senior Florian
~Murid Tahun Kedua~
"Tch, lagi-lagi aku kalah melawan Nadine. Bagaimana bisa dia sekuat ini ?," tanya putri Amelia.
"Kamu kalah karena pasanganmu kali ini lemah, nona," ucap salah satu anak buahnya yang satu kelas dengannya.
"Pasanganku tidak ada hubungannya karena aku ingin menang melawan Nadine dengan kekuatanku sendiri," ucap putri Amelia.
-
Sementara itu, kami yang sebelumnya pergi ke ruang perawatan pun kembali ke tempat latihan. Ketika melihat Irene yang telah kembali bersamaku, Leandra dan Lily pun langsung menuju ke arah kami.
"Nona sudah sembuh ?," tanya Leandra.
"Apakah masih ada yang sakit ?," tanya Lily.
"Aku sudah tidak apa-apa karena aku sudah dirawat oleh petugas. Kalian tidak perlu sekhawatir itu," ucap Irene.
"Padahal mereka tau kalau aku bisa menggunakan sihir pemulihan. Apa mereka tidak kepikiran ya kalau aku menggunakan sihir pemulihanku kepada Irene ? Apa karena mereka sudah panik duluan mengetahui Irene pingsan dan tidak kepikiran seperti itu. Ini salahku karena tidak memberitahu tentang ini sebelumnya. Lain kali aku akan memberi tahu mereka dulu deh kalau aku sudah menyembuhkan Irene biar mereka tidak khawatir," pikirku.
Julie juga menghampiri kami.
"Syukurlah kalian berdua sudah tidak apa-apa," ucap Julie.
"Sepertinya tidak ada yang peduli denganku, bahkan tidak ada yang menghampiriku padahal aku juga terluka di pertandingan ini," ucap Noa.
"Kamu mau dipedulikan, Noa ? Kalau begitu, nanti aku kasih tau Lillian kalau kamu terluka di pertandingan ini agar kamu dipedulikan olehnya," ucap Charles.
"Tidak perlu kalau itu, nanti dia malah khawatir berlebihan," ucap Noa.
"Sepertinya kalian semua sudah kembali ya, kalau begitu mari berkumpul karena aku akan menutup ujian kedua ini," ucap tuan Alan.
Kami semua pun berkumpul sesuai dengan perintah tuan Alan.
"Pertama-tama, selamat bagi kalian karena berhasil menyelesaikan ujian kedua ini. Dan selamat juga kepada pasangan Ray & Leandra dan pasangan Rid & Julie karena berhasil menyelesaikan ujian ini dengan sempurna dengan 4 kemenangan beruntun," ucap tuan Alan.
Murid-murid yang lain pun bertepuk tangan kepada kami.
"Mungkin ada beberapa dari kalian yang gagal di ujian ini tapi seperti yang kubilang, jika kalian gagal di suatu ujian, kalian bisa mencobanya lagi di ujian lainnya. Masih ada dua ujian tersisa di sisa tahun ajaran ini. Ujian selanjutnya yaitu ujian ketiga akan dilaksanakan di akhir Maret, yang berarti 3 bulan lagi dari sekarang. Kalian bisa mempersiapkan diri sampai ujian itu tiba. Walaupun ujian itu penting, tapi pertandingan harian yang kalian lakukan setiap hari saat hari pembelajaran juga penting,"
"Setelah ini, kalian boleh langsung pulang ke asrama atau tetap berada di tempat latihan ini untuk berlatih. Aku ingatkan lagi kalau besok pembelajaran akademi akan diliburkan dan kalian akan masuk kembali saat hari seninnya. Dengan ini, aku nyatakan ujian kedua di tahun ajaran ini telah resmi berakhir," ucap tuan Alan.
Kami semua pun bertepuk tangan lalu tuan Alan pun pergi meninggalkan tempat latihan.
-
"Ayo kita adakan perayaan lagi sebagai tanda selesainya ujian kedua ini," ucap Noa.
"Seperti biasa, kamu sangat antusias jika membicarakan tentang ini," ucapku
"Mau melakukan dimana ?," tanya Charles.
"Bagaimana kalau di asramaku lagi ?," tanya Chloe.
"Itu bagus, kalau begitu di asrama Chloe saja," ucap Noa.
"Apa kamu mau ikut, Irene ? Leandra dan Lily juga mau ikut ?," tanyaku.
"Kalau aku terserah nona saja. Kalau nona ikut, maka aku juga ikur," ucap Leandra.
"Aku juga," ucap Lily.
"Baiklah, aku akan ikut," ucap Irene.
"Bagaimana denganmu, Julie. Apakah kamu mau ikut juga ?," tanyaku.
"Eh aku ? apakah tidak apa-apa mengundangku ?," tanya Julie.
"Tidak apa-apa kok, lagipula yang lain juga sepertinya juga tidak keberatan," ucapku.
"Baiklah, kalau yang lain tidak keberatan maka aku juga ikut," ucap Julie.
Kami semua pun memutuskan untuk ikut perayaan tersebut. Tetapi, lagi-lagi Enzo tidak bisa ikut acara ini. Charles dan Chloe juga sempat mengundang pasangannya di ujian ini namun mereka tidak bisa ikut. Setelah itu, kami meninggalkan tempat latihan. Saat sampai di lantai 1 dimana ruang kelas berada, Noa memutuskan berpisah dengan kami untuk menjemput Lillian terlebih dahulu. Karena Lillian belum terlihat di kelasnya, Noa memutuskan menunggu di depan kelasnya dan akan menyusul nanti jika sudah bertemu dengan Lillian. Lalu kami pun sampai di area pertokoan dan membeli apa saja yang kami butuhkan. Setelah itu, kami pun pergi ke asrama Chloe. Pesta perayaan pun dimulai.
-
Setelah perayaan selesai, aku pun kembali ke asramaku. Irene juga memutuskan mampir ke asramaku.
"Apa tubuhmu benar-benar tidak apa-apa, Rid ?," tanya Irene.
"Kan aku sudah bilang tadi kalau tubuhku tidak apa-apa," ucapku.
"Aku tidak percaya, cepat buka bajumu biar aku bisa memastikannya sendiri," ucap Irene sambil memaksa membuka bajuku.
"Berhenti, apa yang kamu lakukan ?," ucapku sambil mencegahnya.
Namun Irene akhirnya berhasil membuka bajuku dan melihat tubuhku.
"Kamu benar, tubuhmu nampak tidak terjadi apa-apa. Bahkan bekas luka tebasan pun tidak ada," ucap Irene.
"Kan sudah aku bilang. Kamu itu tidak percaya sekali padaku," ucapku.
"Kamu itu kan suka menyembunyikan sesuatu jadi wajar saja jika aku mau mengeceknya sendiri. Aku menyadari kalau serangan yang kulakukan sebelumnya itu sangat berbahaya bahkan membuatmu terluka lumayan parah. Tapi anehnya, bekas lukanya pun tidak ada di tubuhmu. Apa itu semua karena sihir penyembuhanmu itu ?," tanya Irene.
"Ya kamu benar, itu semua berkat sihir penyembuhanku," ucapku.
"Aku tidak menduga kalau kamu akan menjawab jujur," ucap Irene.
"Tidak ada gunanya juga untuk berbohong ketika kamu sudah tau kalau aku bisa sihir penyembuhan," ucapku.
"Besok pagi, tolong ajari aku sihir penyembuhanmu ini. Sepertinya akan berguna bagiku apabila aku bisa sihir penyembuhan sepertimu," ucap Irene.
"Baiklah, aku akan mengajarimu besok jadi bisakah kamu turunkan tanganmu itu dan berhenti mengangkat bajuku ?," ucapku.
Irene sejak tadi masih mengangkat bajuku dengan tangannya ketika kami mengobrol.
"Ah maafkan aku, tapi kamu punya tubuh yang bagus juga ya, Rid," ucap Irene.
"Berhenti melihat tubuhku. Bagaimana bisa seorang putri Duke berbicara seperti itu," ucapku.
Irene pun kemudian menurunkan bajuku.
"Ngomong-ngomong, soal teknik rahasia keluargamu tadi, ~7 Tebasan Pembunuh Naga Es~, darimana asal muasal teknik itu ? apa keluargamu dulu adalah seorang pemburu Naga ?," tanyaku.
"Ya, bisa dibilang seperti itu. Kamu sendiri juga punya kan teknik yang berhubungan dengan Naga ?," tanya Irene.
"Ya, kamu benar. Teknik itu aku pelajari dari buku peninggalan kedua orang tuaku, sedangkan aku sendiri tidak tau orang tuaku seperti apa. Yah kalau mereka punya teknik seperti itu, anggap saja mereka juga seorang pemburu Naga," ucapku.
"Begitu ya, kalau begitu biar kuceritakan tentang asal usul teknik rahasia keluargaku tadi,"
"Apa kamu tau tentang Naga es yang tinggal di pegunungan di sebelah utara San Lucia ?," tanya Irene.
"Aku pernah mendengar tentang ini dari nona Karina, seekor naga es yang tinggal di pegunungan Orokho yang berada di utara San Lucia," pikirku.
"Aku memang pernah dengar soal itu, tapi itu hanyalah rumor kan ?," tanyaku.
"Tidak, itu bukanlah rumor. Itu adalah kenyataan," ucap Irene.
Aku sedikit terkejut setelah mendengar perkataan Irene karena ternyata ada Naga yang tinggal di dekat kerajaan San Fulgen.
"Dahulu, kakekku dan kakek buyutku memburu naga-naga es yang tinggal disana karena para naga es tersebut sering kali mengacau dan merusak daerah sekitarnya. Teknik inilah yang digunakan mereka untuk membunuh naga-naga es tersebut. Itulah kenapa teknik itu dinamakan demikian,"
"Tapi tidak semua naga es tersebut berhasil dibasmi oleh kakek dan kakek buyutku, karena masih tersisa seekor naga es lagi diantara mereka yaitu pimpinan naga es tersebut. Tapi berapa kalipun dicari, pimpinan naga es tersebut tidak pernah ditemukan. Namun yang pasti, naga tersebut masih berdiam diri di pegunungan itu karena pegunungan itu sampai sekarang masih diselimuti salju dan cuaca dingin yang ekstrim. Dahulu, pegunungan tersebut bukanlah pegunungan es seperti sekarang. Alasan pegunungan tersebut menjadi pegunungan es karena kekuatan yang dikeluarkan oleh pimpinan naga es tersebut menjadikan pegunungan tersebut menjadi pegunungan es. Dan pegunungan es tersebut juga berefek pada iklim wilayah San Lucia yang juga menjadi dingin hingga saat ini,"
"Sepertinya aku belum pernah menceritakan soal impianku ya. Mengalahkan naga es itu adalah impianku. Suatu hari nanti, aku akan mencari dan membunuh naga es itu dan mengembalikan iklim di wilayah San Lucia menjadi normal seperti sebelumnya," ucap Irene.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasiaPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...