Chapter 127 : Surat Untuk Putri Amelia

7 1 0
                                    


Keesokan harinya, di sore hari.
Senior Vyn, senior Gretta dan senior Alisha pun sampai ke gerbang akademi.
"Tidak ada yang lebih menyenangkan dari kembalikan ke rumah sendiri," ucap senior Gretta.
"Tapi akademi ini kan bukan rumahmu atau kamu kedepannya akan tinggal di akademi ini secara terus menerus ?," tanya senior Alisha.
"Itu hanya ungkapan saja, Alisha," ucap senior Gretta.
Senior Vyn tampak sedang merapikan barang bawaannya untuk dibawa kembali ke akademi. Setelah sudah merapikan barang bawaannya, dia pun masuk ke akademi.
"Barang bawaanmu banyak juga, tuan Vyn. Apakah kamu butuh bantuan untuk membawa barang-barang itu ?," tanya salah satu penjaga.
"Tidak perlu, aku bisa membawanya sendiri. Daripada itu, kenapa saat ini banyak penjaga yang berada di luar akademi ? apa ada sesuatu ?," tanya senior Vyn.
Penjaga itu menengok ke arah teman-temannya seperti meminta bantuan kepada temannya untuk menjawab pertanyaan itu. Teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya.
"Tidak ada sesuatu yang terjadi, tuan. Mungkin penjaga-penjaga itu hanya sedang ngumpul disini saja. Aku saja tidak kenal mereka," ucap penjaga itu.
"Begitu ya. Kalau begitu aku masuk ke akademi dulu ya," ucap senior Vyn.
"Silahkan, tuan," ucap penjaga itu.
Senior Vyn pun masuk ke wilayah akademi dan berjalan menuju asramanya. Selanjutnya giliran senior Gretta dan senior Alisha yang masuk ke wilayah akademi.
"Ketua sepertinya buru-buru sekali, bahkan dia tidak menunggu kita," ucap senior Gretta.
"Mungkin dia ingin langsung istirahat sesampainya di asrama makanya dia buru-buru. Aku perhatikan saat kita berangkat dan saat kita pulang, ketua tidak pernah terlihat tidur saat di kereta kuda. Padahal jarak akademi menuju kota San Quentine lumayan jauh," ucap senior Alisha.
"Begitu ya, itu wajar kalau ketua ingin cepat-cepat ke asrama dan beristirahat. Aku juga ingin cepat-cepat kembali ke asramaku dan beristirahat," ucap senior Gretta.
"Bukannya tadi kamu sudah tidur terus selama di kereta kuda ?," tanya senior Alisha.
"Mumpung kita masih diberi waktu luang makanya aku ingin puas-puasin tidur. Ketika besok kita kembali bekerja di Elevrad, pasti kita sudah tidak punya waktu luang lagi. Apalagi Turnamen dan Festival sudah semakin dekat," ucap senior Gretta.
-
Malam harinya.
Senior Vyn tengah berada di taman akademi dan terlihat seperti sedang menunggu seseorang.
"Padahal kamu baru saja kembali setelah perjalanan panjang, kenapa kamu tiba-tiba memintaku untuk bertemu malam-malam begini ? Apa kamu mau memberikanku oleh-oleh ?," ucap seorang perempuan.
"Akhirnya kamu datang juga, Amelia," ucap senior Vyn.
Ternyata senior Vyn sejak tadi sedang menunggu putri Amelia.
"Ada perlu apa ?," ucap putri Amelia.
"Nih, oleh-oleh untukmu," ucap senior Vyn sambil menyodorkan sebuah surat kepada putri Amelia.
"Sebuah surat ? siapa yang mengirimnya ?," tanya putri Amelia sambil menerima surat itu.
"Ayahmu yang memintaku untuk memberikannya kepadamu," ucap senior Vyn.
"Surat dari ayahanda ? apa isinya ?," tanya putri Amelia lagi
"Aku tidak tahu, ayahmu hanya menyuruhku untuk memberikannya padamu," ucap senior Vyn.
"Begitu ya," ucap putri Amelia.
Putri Amelia pun membuka surat itu lalu membacanya.
"Hmmm jadi begitu ya," ucap putri Amelia sambil membaca surat itu lalu kemudian melipat surat itu.
"Sudah kamu baca semua ?," tanya senior Vyn.
"Sudah. Apa kamu tidak ingin tahu isi surat itu ?," tanya putri Amelia.
"Jika surat itu hanya ditunjukan untukmu berarti surat itu bersifat pribadi. Aku tidak tertarik untuk mengetahui hal pribadi seseorang," ucap senior Vyn.
"Bagaimana jika isi surat ini berkaitan dengan suatu rencana ?," tanya putri Amelia.
"Aku tetap tidak tertarik. Aku sudah berbincang banyak dengan ayahmu dan membahas rencana kedepannya juga. Jika surat yang kamu terima itu berkaitan dengan rencana itu, pasti isi surat itu juga sama dengan yang ayahmu bahas denganku,"
"Atau bisa saja rencana yang tertera pada surat itu berbeda dengan yang ayahmu bahas denganku. Jika memang begitu, berarti kamu harus melakukan sesuatu sesuai dengan yang ayahmu tulis di surat itu. Sedangkan aku akan melakukan sesuatu sesuai dengan rencana yang aku dan ayahmu bahas saat di kediamannya. Kita tidak perlu untuk saling mengetahui rencana masing-masing," ucap senior Vyn.
"Begitu ya," ucap putri Amelia.
"Daripada itu, sepertinya ada hal yang mencurigakan yang terjadi di akademi ini. Tadi saat aku baru sampai di akademi, aku melihat banyak sekali prajurit di tembok bagian luar akademi. Padahal sebelumnya tidak sebanyak itu. Apa kamu tahu sesuatu ?," tanya senior Vyn.
"Tidak, aku tidak tau akan hal itu. Malahan aku baru tau jika terjadi hal yang mencurigakan saat kamu bilang begitu," ucap putri Amelia.
"Begitu ya, sepertinya itu hanya firasatku saja," ucap senior Vyn.
"Coba nanti kamu tanya Florian, mungkin dia tahu sesuatu," ucap putri Amelia.
"Baiklah," ucap senior Vyn.
Lalu putri Amelia terlihat diam seperti mengharapkan sesuatu.
"Ada apa, Amelia ?," tanya senior Vyn.
"Apa cuma sebuah surat saja yang kamu berikan kepadaku ? kamu tidak memberikanku oleh-oleh khas San Quentine ?," tanya putri Amelia.
"Kenapa kamu malah mengharapkan oleh-oleh dari tempatmu berasal ?," ucap senior Vyn.
"Justru aku mengharapkan oleh-oleh dari tempatku berasal karena aku sudah lama tidak keluar dari akademi ini. Aku kangen produk-produk dari tempatku berasal," ucap putri Amelia.
"Padahal kamu bisa minta saja ke ayahmu. Ayahmu pasti juga akan mengirimnya ke akademi," ucap senior Vyn.
"Haaahhh ya sudah kalau kamu tidak mau memberikanku oleh-oleh. Aku pergi dulu," ucap putri Amelia.
"Aku tidak enak memberikanmu sekarang jadi besok aku akan memberikannya di ruangan Elevrad. Aku akan memberikan ke yang lainnya juga," ucap senior Vyn.
Tapi putri Amelia terus berjalan kembali ke asramanya meskipun senior Vyn sudah berbicara seperti itu.
"Sepertinya dia ngambek," ucap senior Vyn.
-
Keesokan harinya, di ruangan Elevrad.
"Apa ini, senior Vyn ?," tanyaku.
Anggota Elevrad yang lainnya pun juga tampak heran dengan bungkusan yang senior Vyn berikan.
"Itu oleh-oleh dariku. Karena aku pergi beberapa hari ke San Quentine, rasanya tidak enak kalau tidak memberikan kalian oleh-oleh," ucap senior Vyn.
"Padahal kalau tidak diberikan oleh-oleh juga tidak apa-apa, jadi merepotkan, senior," ucap Charles.
"Tidak apa-apa, santai saja," ucap senior Vyn.
Setelah itu, senior Gretta dan senior Alisha pun datang ke ruangan Elevrad.
"Ketua sudah memberikan oleh-oleh kepada yang lain ya ? kalau begitu, ini adalah oleh-oleh dariku," ucap senior Gretta sambil membagikan bungkusan juga.
"Yang ini dariku," ucap senior Alisha yang juga membagikan bungkusan.
"Terima kasih, senior Gretta, senior Alisha," ucapku.
"Sama-sama," ucap senior Gretta.
"Iya, sama-sama," ucap senior Alisha.
Anggota yang lainnya pun juga mengucapkan terima kasih kepada mereka.
-
Malam harinya, di gerbang akademi.
Sebuah kereta kuda berhenti di depan gerbang akademi. Kereta kuda itu merupakan kereta kuda yang ditumpangi oleh nona Karina. Dia baru saja pulang dari urusannya di San Lucia. Nona Karina pun keluar dari kereta kuda itu.
"Selamat datang kembali, nona," ucap para penjaga yang menjaga gerbang akademi.
"Iya, bagaimana dengan prajurit itu ? apa sudah dimakamkan dengan layak ?," tanya nona Karina.
"Sudah, nona," ucap salah satu penjaga.
"Apa tidak ada dari kalian yang tau apa yang terjadi dengannya ?," tanya nona Karina.
"Tidak, nona. Saat salah satu penjaga pergi ke tempat dia berpatroli, penjaga itu menemukannya sudah terkapar di jalanan dengan mulut yang mengeluarkan banyak darah. Dia tidak tahu apa penyebabnya. Kami juga tidak menemukan adanya hal yang mencurigakan baik itu di dalam akademi maupun di luar sekitar akademi," ucap salah satu prajurit itu.
"Apakah insiden itu hanya terjadi di malam itu saja ? Bagaimana dengan tadi malam ?," tanya nona Karina.
"Tadi malam tidak ada insiden apa-apa, nona. Isiden itu hanya terjadi di malam itu saja," ucap prajurit itu.
"Begitu ya. Kalau begitu aku mau masuk ke akademi terlebih dahulu. Kalian terus perkuat pengamanan di luar akademi. Jangan sampai ada murid-murid yang tau tentang ini, aku tidak mau membuat mereka tidak nyaman karena ada insiden di luar akademi," ucap nona Karina.
"Siap, nona. Silahkan masuk, nona," ucap prajurit itu.
Nona Karina pun memasuki wilayah akademi untuk kembali ke tempat dia tinggal. Saat nona Karina tengah berjalan, dia terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Sudah jelas kalau penjaga yang tewas itu diserang oleh seseorang, tapi jika tidak ada hal yang aneh di akademi dan tidak adanya informasi tentang penyusup yang sampai kepadaku, sepertinya itu hanya penyerangan biasa,"
"Atau dia sebenarnya ingin menyusup masuk ke dalam akademi, tapi setelah menyadari adanya sihir deteksi di atas tembok akademi, dia jadi mengurungkan niatnya untuk menyusup ke dalam. Sepertinya orang itu memiliki indra yang bagus jika bisa menyadari sihir deteksi itu,"
"Insiden ini terjadi saat aku sedang tidak berada di akademi. Sebelumnya aku juga diserang oleh sekawanan bandit. Insiden di luar akademi dan aku yang diserang sekawanan bandit terjadi di hari yang sama. Apakah ini hanya kebetulan ?,"
"Karena insiden yang terjadi, aku harus mempercepat urusanku di San Lucia. Sudah berapa lama ya terakhir kali terjadi insiden di akademi ini, aku tidak menyangka akan terjadi insiden lagi,"
"Sepertinya dugaan kakak benar, orang-orang itu sudah mulai bergerak," pikir nona Karina.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang