Chapter 94 : Tingkat Kesulitan Ujian Pertama

7 2 0
                                    

Setelah ujian hari pertama, kami pun memutuskan untuk langsung pulang ke asrama.
"Kalau siang ini cuacanya sejuk dan adem, pasti enak untuk pergi jalan-jalan terlebih dahulu. Tapi siang ini cuacanya sangat panas jadi lebih baik kita pulang saja ke asrama," ucap Noa sebelum kami memutuskan untuk pulang.
Setelah sampai asrama, aku pun langsung ke kamar asramaku.
"Sepertinya Irene belum datang ya, ya sudah lah," ucapku.
Aku pun memutuskan untuk membaca buku teknik yang kupunya, siapa tau ada teknik yang berguna untuk bisa kugunakan di ujian keesokan harinya. Lalu sekitar 10-20 menit ku membaca buku, datanglah Irene ke asramaku.
"Aku kira kamu jalan-jalan dulu bersama yang lainnya, Rid," ucap Irene.
"Tidak, Noa bilang cuaca siang ini sangat panas jadinya mau langsung pulang saja. Mungkin mereka juga ingin memulihkan diri dan bersiap untuk ujian hari kedua besok. Kamu sendiri habis darimana, Irene ?," tanyaku.
"Aku habis membeli bahan-bahan makanan untuk makan siang," ucap Irene.
"Kamu membeli bahan-bahannya dengan uangmu sendiri ?," tanyaku.
"Iya," ucap Irene.
"Kenapa kamu tidak bilang kalau mau membeli bahan makanan ? kan bisa aku sendiri yang beli. Kamu sudah membuatkanku makanan, masa kamu juga yang membeli bahan makanannya," ucapku.
"Tidak apa-apa, lagipula aku tidak tau uang yang kuperoleh dari akademi mau kupakai buat apa," ucap Irene.
"Tetap saja, pokoknya kedepannya aku saja yang membeli bahan makanan. Kamu tinggal kasih tau saja mau beli bahan makanan apa saja," ucapku.
"Baiklah," ucap Irene.
Lalu kami pun bersiap untuk membuat makan siang. Meski Irene yang memasaknya tapi aku tetap menyiapkan hal-hal yang dibutuhkan untuk memasak. Aku tidak enak jika Irene mengerjakannya sendiri meskipun dia sendiri yang menawarkan untuk membuatkanku makanan. Setelah makan siang siap, pintu asramaku pun diketuk seseorang.
"Nona, kami berdua datang untuk numpang makan," ucap seseorang yang sepertinya adalah suara Lily.
Lily memang selalu blak-blakan, beda dengan Leandra yang sedikit kalem. Mereka tau kalau saat makan siang begini biasanya Irene ada di asramaku jadinya mereka langsung mengetuk pintu asramaku.
"Biar aku saja yang buka," ucap Irene.
Irene pun berjalan menuju pintu dan membukakan pintu tersebut. Lalu beberapa saat kemudian, kedua tamu itu pun masuk.
"Loh ada Rid juga, kirain kamu jalan-jalan dengan teman-temanmu, Rid," ucap Lily.
"Tidak, kami memutuskan langsung pulang setelah ujian selesai," ucapku.
"Kalau begitu maaf ya karena mengganggu kencan kalian," ucap Lily.
"Tidak apa-apa, santai saja," ucapku.
Lalu kami berempat pun mulai makan siang.
-
Setelah makan siang.
"Menurut tuan Alan, ujian hari kedua besok akan lebih sulit daripada ujian hari ini, menurutmu apa yang membuatnya lebih sulit, Rid ?," tanya Leandra.
"Hmmm mungkin dari perbedaan pergerakan boneka itu atau dari jumlahnya yang akan bertambah besok," ucapku.
"Begitu ya, sepertinya kita harus latihan, Lily, kita juga harus menyelesaikan ujian ini," ucap Leandra.
"Kenapa kita tidak meminta Rid untuk melatih kita saja ? sama seperti Rid yang melatih nona," ucap Lily.
"Hmm aku ? aku tidak keberatan sih apabila melatih kalian," ucapku.
"Tapi kan kita tidak punya sesuatu untuk diberikan padamu, Rid. Nona saja menawarkan untuk membuatkanmu masakan sebagai imbalan atas kamu yang melatihnya" ucap Leandra.
"Aku tidak mengharapkan imbalan apapun, lagipula sejak awal ketika Irene meminta aku untuk melatih dia, aku tidak meminta imbalan. Irene sendiri yang menawarkan imbalan tersebut, mau aku tolak tapi dia tetap bersikeras," ucapku.
Irene hanya diam saja mendengarkan obrolan kami.
"Kalau begitu tolong latih kami berdua sama seperti kamu yang melatih nona," ucap Leandra.
"Baiklah tapi aku tidak tahu apakah metode melatihku akan cocok untuk kalian atau tidak. Bukannya aku bermaksud mendiskriminasi, tapi kita ini kan berbeda ras, bisa saja ada kemungkinan kalau cara melatihku tidak cocok untuk kalian dan mungkin ras kalian itu mempunyai metode latihan yang berbeda," ucapku.
"Kamu ada benarnya sih, tapi tidak ada salahnya untuk mencoba dulu kan ?," tanya Leandra.
"Itu benar, sepertinya aku tidak akan keberatan dengan metode latihanmu itu," ucap Lily.
"Baiklah, kalau begitu besok aku tunggu kalian jam 4.30 pagi di tempat latihan tahun pertama," ucapku.
"Apakah harus sepagi itu, Rid ?," tanya Lily.
"Aku juga melatih Irene jam segitu, karena jam segitu masih sepi karena aku tidak mau dilihat banyak orang ketika sedang melatih kalian. Nanti mereka yang melihatku sedang melatih kalian, malah minta dilatih juga," ucapku.
"Baiklah, aku akan usahakan bangun jam segitu besok pagi," ucap Lily.
Lalu keesokan paginya, Leandra dan Lily juga datang ke tempat latihan tahun pertama untuk latihan. Saat kubilang kalau latihannya adalah jam 4.30 pagi, Lily nampak enggan untuk melakukannya jam segitu. Tapi pada akhirnya dia tetap datang ke tempat latihan ini, walaupun dia terlihat sangat mengantuk sekali.
-
Lalu ujian untuk hari kedua pun juga dimulai dan lagi-lagi aku mendapatkan giliran pertama.
~Wood Creation Magic, Fighting Wooden Puppet~
Tuan Alan dan keempat staff lainnya pun mengeluarkan boneka-boneka kayu tersebut. Kali ini mereka mengeluarkan lebih banyak boneka kayu dari yang kemarin. Setelah ku hitung, ada 40 boneka kayu yang ada di hadapanku dan mereka juga memegang senjata yang berbeda sama seperti kemarin.
"Kemarin ada 20 boneka kayu dan sekarang bertambah menjadi 40 ya. Untuk pergerakan boneka tersebut apakah akan berbeda dengan kemarin juga ?," pikirku.
"Ujian hari kedua, dimulai!!!," ucap tuan Alan.
Boneka-boneka kayu itu pun langsung maju menyerangku. Boneka yang memakai panah pun juga menyerangku dengan panahnya tetapi aku berhasil menghindari panah mereka.
"Pergerakan mereka sedikit lebih cepat dari sebelumnya, boneka pemanah saja sudah lebih dulu menyerangku dengan panahnya," pikirku.
Lalu aku melancarkan tebasan api ke tempat boneka-boneka itu berkumpul.
~Flame Sword Art, Great Flame Slash~
Boneka-boneka yang terkena tebasan itu pun terbakar dan hancur, namun tidak semua boneka-boneka itu hancur karena boneka-boneka itu menyebar dan tidak berkumpul di satu titik. Tapi itu tidak menjadi masalah buatku karena aku tetap melancarkan tebasan apiku lagi ke arah mereka, meskipun tidak bisa menghancurkan mereka semua dalam satu serangan. Dan akhirnya mereka semua pun hancur.
"Kerja bagus, Rid. Seperti ujian hari kedua ini bukanlah masalah berarti bagimu. Kalau begitu selanjutnya, silahkan maju Irene," ucap tuan Alan.
-
Lalu kami semua pun juga berhasil menyelesaikan ujian hari kedua ini. Aku, Irene dan lainnya dapat dengan mudah menyelesaikan ujian kedua ini meskipun tidak ada dari kita yang berhasil mengalahkan semua musuh itu dalam satu serangan karena di ujian hari kedua ini, boneka-boneka itu menyebar ke segala arah. Murid-murid yang lainnya pun juga berhasil menyelesaikannya walaupun ada beberapa dari mereka yang hampir gagal. Mereka kini sangat lelah sekali dan ada juga beberapa yang terluka.
"Selamat karena kalian semua telah berhasil melalui ujian di hari kedua ini. Aku tidak menyangka kalau kalian semua bisa menyelesaikan ujian kedua ini, aku kira ada beberapa dari kalian yang akan gagal. Kalian sangat luar biasa. Kalau begitu sampai jumpa besok untuk ujian hari ketiga. Persiapkan diri kalian sebaik mungkin karena ujian hari ketiga besok lebih sulit daripada ujian hari ini," ucap tuan Alan.
Lagi-lagi tuan Alan mengatakan sesuatu yang membuat murid-murid resah dan gelisah.
-
Keesokan harinya, ujian hari ketiga pun dimulai. Dan lagi-lagi aku mendapatkan giliran pertama untuk menjadi contoh bagi murid-murid lainnya.
"Sepertinya ujian hari terakhir besok pun aku juga mendapatkan giliran pertama. Ya ini gara-gara aku yang mendapatkan peringkat 1 di ujian masuk dan sekarang aku peringkat 1 murid yang mengoleksi poin terbanyak. Mau giliran berapapun, aku tidak masalah," pikirku.
Kali ini di hadapanku ada 60 boneka kayu, lebih banyak dari hari-hari sebelumnya. Dan lagi keberadaan mereka juga menyebar jadi sepertinya sulit untuk mengalahkan mereka sekaligus menggunakan 1 serangan, walaupun bisa jika aku menggunakan sihir area tapi aku tidak mau menggunakan teknik itu saat ini. Lalu boneka-boneka itu pun mulai menyerangku. Aku pun menyerang mereka satu persatu. Aku menyerang dengan ~Great Flame Slash~ ke arah mereka yang berkerumun. Dan akhirnya aku pun berhasil menyelesaikan ujian hari ketiga.
"Bahkan kamu berhasil menyelesaikan ujian hari ketiga ini, selamat Rid. Kamu boleh lanjut untuk mengerjakan ujian hari terakhir besok. Selanjutnya...," ucap tuan Alan.
Dan akhirnya ujian hari ketiga pun selesai. Aku, Irene dan teman-temanku berhasil menyelesaikan ujian ketiga ini, murid yang lainnya pun juga berhasil. Namun ada beberapa dari mereka yang gagal di ujian ketiga ini dan tidak bisa lanjut ke ujian terakhir besok. Mereka gagal menghancurkan 60 boneka itu dalam waktu 2 menit. Mereka yang gagal pun hanya bisa bersedih dan tertunduk lesuh. Sementara itu, dari murid-murid yang berhasil itu, ada beberapa dari mereka yang sangat lelah dan lemas. Sepertinya mereka kehabisan mana setelah mengalahkan 60 boneka kayu itu. Aku dan yang lainnya pun berinisiatif untuk membantu mereka yang sudah sangat lemas.
"Aku ucapkan selamat bagi kalian yang berhasil menyelesaikan ujian hari ketiga dan bagi kalian yang tidak bisa menyelesaikannya dimohon untuk tidak patah semangat. Masih ada tiga ujian lagi yang bisa kalian ikuti kedepannya. Silahkan kalian langsung pulang dan beristirahat hari ini untuk ujian hari terakhir besok. Kalau begitu, sampai ketemu besok," ucap tuan Alan.
Kami pun membantu teman-teman sekelas kami dan membawanya ke ruang perawatan di lantai 2 gedung tengah.
-
Keesokan harinya, ujian hari terakhir pun tengah berlangsung.
"Sepertinya kali ini kamu tidak menahan diri ya, Rid. Bahkan dengan boneka kayu yang lebih banyak dari ujian hari sebelumnya, kamu tetap bisa menghancurkan mereka semua dengan 1 serangan," ucap tuan Alan yang terkejut melihat banyaknya boneka kayu yang hancur terbakar.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang