Chapter 134 : Sebuah Firasat

4 2 0
                                    

Keesokan paginya.
Sesuai yang Irene bilang, dia bangun lebih dulu dan menungguku untuk olahraga bersama.
"Ternyata ucapanmu kemarin itu beneran," ucapku.
"Apa kamu pikir aku hanya bercanda ? ayo lekas bangun Rid, kita olahraga keliling kota," ucap Irene.
Setelah itu, kami berdua pun keluar dari penginapan dan mulai berlari keliling kota, meskipun hanya di sekitaran penginapan saja.
-
Saat berlari bersama, kami kadang saling mengobrol untuk memecah sepinya suasana kota.
"Apabila kita melihat prajurit yang patroli, lebih baik kita bersembunyi dan menghindarinya. Aku tidak mau ditanyakan banyak hal oleh mereka," ucapku.
"Baiklah," ucap Irene.
"Kemarin aku bertemu dengan wanita yang mengenakan seragam prajurit yang sama dengan para prajurit yang berpatroli itu. Bedanya dia memakai jubah panjang dengan gambar seperti seekor burung merak di belakang jubahnya. Dia juga membawa pedang besar di belakang jubahnya," ucapku.
"Wanita yang mengenakan jubah panjang dengan gambar burung merak di belakang jubahnya ? Sepertinya kamu kemarin bertemu dengan seseorang yang penting, wanita itu adalah Komandan Pasukan 'Silver Peacock'," ucap Irene.
"Komandan Pasukan 'Silver Peacock' ?," ucapku terkejut.
"Ya, 'Silver Peacock' adalah nama pasukan dari kerajaan yang bertugas di San Minerva. Mereka bertugas untuk menjaga keamanan dan ketertiban di kerajaan San Fulgen khususnya di San Minerva yang menjadi tempat mereka bertugas. Setiap wilayah punya pasukan mereka sendiri termasuk San Estella yang merupakan Ibukota kerajaan. Pemimpin pasukan mereka disebut sebagai Komandan Pasukan dan mereka berada dibawah langsung Komandan Tertinggi Kerajaan,"
"Dilihat dari deskripsi yang kamu jelaskan tadi, wanita itu memakai jubah panjang yang membedakan dia dengan prajurit lainnya. Itu menandakan kalau dia adalah Komandan Pasukan dari 'Silver Peacock', karena biasanya Komandan Pasukan tiap pasukan mempunyai setelan yang berbeda untuk membedakannya dengan prajurit lainnya. Tidak hanya komandannya saja, anggota lain yang mempunyai jabatan tinggi di pasukan tersebut juga memakai setelan yang berbeda. Yah meskipun aku belum pernah bertemu secara langsung, tapi aku yakin yang kamu temui kemarin itu adalah Komandan Pasukan 'Silver Peacock'," ucap Irene.
"Begitu ya, sepertinya yang kutemui kemarin itu benar-benar Komandan Pasukan karena dari aura yang dipancarkannya saja sudah menandakan kalau dia itu sangat kuat," ucapku.
"Memangnya apa yang kamu lakukan sampai bisa bertemu dengannya ?," tanya Irene.
"Aku hanya berlari seperti ini sambil menghindari prajurit yang patroli. Tapi dia tiba-tiba muncul dari belakangku tanpa aku sadari dan mulai menanyakan tentang apa yang aku lakukan disini saat jam segini. Sepertinya dia mencurigaiku sebagai pelaku kejahatan yang sering terjadi di San Minerva saat malam hari," ucapku.
"Sepertinya begitu, kasus kejahatan yang sering terjadi di kota ini sepertinya sangat serius sampai Komandan Pasukan 'Silver Peacock' harus turun tangan," ucap Irene.
-
Siang harinya, kami pun kembali ke kediaman Duke untuk melaksanakan ujian hari kedua. Kami pun langsung berkumpul di tempat latihan kediaman Duke untuk memulai ujian.
"Di ujian hari kedua ini, kalian akan tetap melakukan ujian dengan para prajurit yang dipilih untuk melawan kalian. Tapi ujian di hari kedua ini berbeda dengan ujian hari pertama. Jika saat ujian hari pertama kalian diharuskan untuk memberikan luka kepada prajurit yang kalian lawan, di ujian kedua kali ini kalian harus menghindari serangan yang dilakukan oleh prajurit yang menjadi lawan kalian,"
"Kalian bebas untuk menghindari serangan ataupun menahan serangan dengan senjata dan sihir kalian. Tetapi kalian tidak boleh melakukan serangan kepada prajurit yang menjadi lawan kalian,"
"Waktu yang diberikan untuk ujian hari kedua ini sama seperti saat hari pertama yaitu 1 menit. Kalian akan dianggap berhasil menyelesaikan ujian hari kedua apabila berhasil menghindari ataupun menahan serangan prajurit tanpa mengalami luka sedikitpun. Sebaliknya, kalian akan langsung gagal jika mengalami luka akibat serangan yang dilakukan oleh prajurit selama satu menit itu,"
"Apa kalian paham ?," tanya tuan Alan.
Banyak dari murid-murid yang gelisah begitu tau ujian hari kedua adalah hal seperti ini. Mereka gelisah karena sepertinya mereka tidak ahli dalam menghindar ataupun bertahan dari serangan. Meskipun begitu, semua murid paham dengan penjelasan tuan Alan.
"Paham tuan," ucap para murid.
"Apa ada dari kalian yang mau bertanya ?," tanya tuan Alan lagi.
"Tidak ada, tuan," ucap para murid.
"Baiklah, kalau begitu mari kita mulai ujian keduanya,"
"Sama seperti saat ujian pertama, 5 kelas akan melaksanakan ujian sekaligus dan dimulai dari peringkat 1 dari masing-masing kelas, silahkan maju," ucap tuan Alan.
Aku dan yang lainnya pun maju ke tengah tempat latihan untuk melakukan ujian hari kedua.
"Para prajurit sekalian juga silahkan maju," ucap tuan Alan.
Prajurit yang dipilih untuk melawan kami pun juga maju ke tengah tempat latihan. Aku terkejut karena prajurit yang menjadi lawanku kemarin akan menjadi lawanku lagi di ujian kali ini.
"Kita bertemu lagi ya," ucap prajurit itu.
"Suatu kehormatan, tuan," ucapku sambil membungkuk.
"Kemarin aku kalah oleh seranganmu, tapi kali ini kamu yang akan kalah oleh seranganku," ucap prajurit itu.
"Aku menantikannya, tuan," ucapku.
"Apa dari pihak murid sudah siap ?," tanya tuan Alan.
"Siap," ucap kami para murid.
"Apa dari pihak prajurit sudah siap ?," tanya tuan Alan.
"Siap," ucap para prajurit.
"Kalau begitu, ujian dimulai!," ucap tuan Alan.
-
Setelah tuan Alan memulai ujiannya, prajurit yang menjadi lawanku langsung mengubah pedangnya menjadi pedang api. Setelah itu dia dengan cepat langsung menyerangku dengan pedang apinya itu dari jarak dekat. Tapi aku langsung menahan serangan itu dengan pedangku dan menyebabkan pedang kami saling beradu. Saat pedang kami beradu, prajurit itu terlihat sedang meningkatkan kekuatannya untuk menghempaskanku dalam adu pedang ini, namun aku tetap bisa menahannya.
"Kamu kuat juga ya, bahkan kamu tidak bergerak sedikitpun," ucap prajurit itu.
Aku diam saja mendengar ucapannya itu. Karena dia tidak bisa menghempaskanku dalam adu pedang itu, dia pun menarik kembali pedangnya dan lanjut menyerangku. Tapi lagi-lagi aku berhasil menahan serangannya itu. Meskipun berhasil ditahan, dia terus menyerangku dengan tebasan beruntun dari jarak dekat. Aku pun berhasil menahan semua serangan itu dengan pedangku.
Sementara itu, murid-murid dari kelas lain yang melakukan ujian bersamaku satu persatu mulai terkena serangan prajurit yang mereka lawan dan menyebabkan mereka gagal dalam ujian kedua ini.
Hanya tersisa aku saja yang masih bertahan.
Prajurit itu terus menyerangku dengan tebasan beruntun. Aku tetap berhasil menahan serangan itu namun aku menyadari ada keanehan pada serangan itu. Serangan beruntun itu lama kelamaan menjadi lebih kuat. Lalu tiba-tiba prajurit itu berhenti melakukan serangan beruntun dan memilih melakukan satu serangan yang kuat kearahku.
"Rasakan ini ~Flame Explosion Slash~," ucap prajurit itu.
Dia mengarahkan tebasan itu ke arahku namun aku berhasil menahan serangan itu. Tetapi saat pedang api itu menyentuh pedangku, terjadi ledakan yang cukup besar yang membuatku terhempas beberapa meter ke belakang.
"Hehe, sepertinya aku menang kali ini," ucap prajurit itu.
Dia beranggapan seperti itu karena berhasil menghempaskanku ke belakang dengan serangannya.
"Waktu berakhir, Rid berhasil menyelesaikan ujian kedua ini karena berhasil bertahan tanpa mengalami luka sedikitpun selama 1 menit," ucap tuan Alan.
"Apa?!?!," ucap prajurit itu yang terkejut.
Dia baru menyadari karena dia tidak menemukan satupun luka pada tubuhku setelah melancarkan serangannya yang barusan. Tidak hanya dia, para murid dan prajurit lainnya juga terkejut melihatku berhasil.
Meskipun aku berhasil menyelesaikan ujian kali ini, masih ada hal yang mengganjal dalam pikiranku.
"Tebasan beruntun yang sebelumnya dan tebasan ledakan yang barusan, sekilas aku merasakan hawa membunuh dari prajurit itu ketika dia melancarkan serangan itu. Apa mungkin itu hanya firasatku saja ?," pikirku.
-
Sekitar satu jam kemudian, ujian hari kedua pun telah selesai dilaksanakan. Teman-temanku yang lain berhasil menyelesaikan ujian ini dengan mudah, terutama Irene, Lily, Leandra dan Julie yang beberapa waktu lalu sudah sering aku latih untuk menghindari serangan.
Untuk ujian hari kedua ini, lumayan banyak murid yang gagal dalam menyelesaikan ujian ini. Jumlah mereka yang gagal lebih banyak daripada saat ujian hari pertama. Sepertinya alasan kenapa banyak yang gagal karena kebanyakan mereka tidak pernah melatih cara untuk menghindar dan bertahan dari serangan, mereka lebih sering melatih teknik serangan mereka.
Lalu setelah melakukan ujian hari kedua, kami pun pamit untuk meninggalkan kediaman Duke dan kembali ke penginapan. Tuan Alan tidak ikut kembali bersama kita karena beliau bilang ingin survei lokasi untuk ujian hari terakhir besok. Sepertinya ujian besok merupakan ujian yang sulit karena poin yang didapatkan sangat besar.
Setelah sampai di penginapan, kami pun seperti biasa memilih untuk berkeliling kota sampai menjelang malam.
-
Malam harinya, di pinggiran kota San Minerva.
Terlihat perempuan Demi-Human Jaguar baru saja menghabisi sejumlah orang.
"Mereka tiba-tiba datang menyerangku tanpa alasan, sepertinya mereka ini yang sering melakukan kejahatan di kota ini,"
"Menghabisi mereka membuatku kehilangan banyak waktu, aku harus segera pergi untuk menghabisi 'target," ucap perempuan itu.
Perempuan itu langsung bergegas pergi meninggalkan lokasi. Namun saat hendak pergi, terdengar suara wanita yang mencegahnya untuk pergi.
"Tunggu sebentar, ada urusan apa kamu sampai buru-buru begitu ?," tanya seorang wanita.
Wanita itu adalah wanita yang ditemui Rid kemarin pagi. Wanita yang mengenakan jubah panjang bergambar burung merak di belakangnya dan sambil membawa sebuah pedang besar di belakang jubah itu.
"Sejak kapan dia ada disini ? Aku tidak menyadari keberadaannya," ucap perempuan Demi-Human itu.
"Aku ada pertanyaan untukmu. Melihatmu menghabisi orang-orang itu di malam hari ini, apakah kamu adalah pelaku kejahatan yang selalu beraksi di kota ini ?," tanya wanita berjubah panjang itu.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang