Chapter 125 : Wajah Yang Sama

5 2 0
                                    

Beberapa hari kemudian, tepatnya pada hari Senin. Pembelajaran di akademi pun dimulai kembali setelah libur karena pelaksanaan ujian ketiga.
Sementara itu, setelah selesai jam pelajaran, aku mendapatkan tugas patroli dari senior Florian. Kali ini aku dipasangkan dengan seorang yang tidak kuduga.
"Kenapa aku harus berpatroli denganmu pada patroli kali ini ?," tanya putri Amelia.
Orang yang tidak kuduga untuk berpatroli denganku adalah putri Amelia.
"Aku juga tidak tau kalau harus berpatroli denganmu, putri Amelia. Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya tentang sesuatu, belakangan ini kamu tidak terlihat bersama dengan para anak buahmu, apakah terjadi sesuatu antara kamu dan mereka ?," tanyaku.
".....Aku tidak ada masalah dengan mereka. Mungkin kamu akhir-akhir ini melihatku saat aku sedang sendiri saja makanya kamu berpikir seperti itu. Tapi aku kadang masih berkumpul bersama mereka," ucap putri Amelia.
"Begitu ya, sepertinya aku sudah berprasangka buruk kepadamu. Maafkan aku, putri Amelia," ucapku.
"......Bagaimana hubunganmu dengan putri Irene ?," tanya putri Amelia.
"Hubunganku dengan Irene ? Baik-baik saja kok, kami tidak sedang berantem atau terlibat dalam masalah," ucapku.
"Hmmm begitu ya," ucap putri Amelia.
-
Sementara itu, Irene dan senior Nadine tengah mengerjakan beberapa dokumen di salah satu ruangan Elevrad di lantai 7.
"Irene, aku ingin bertanya sesuatu," ucap senior Nadine.
"Bertanya tentang apa ?," tanya Irene.
"Apakah kamu sudah memikirkan tentang hubunganmu dengan Rid kedepannya ?,"
"Yang aku maksud itu, apa kamu kedepannya akan melanjutkan hubunganmu dengan Rid ke tahap selanjutnya seperti pernikahan ? Atau kamu belum ada pikiran sampai situ ?," tanya senior Nadine.
"Aku belum kepikiran sampai situ, lagian aku dan Rid juga belum lama berkencan, satu tahun saja belum ada. Bisa saja kan saat di tengah jalan hubungan kita berakhir ?," tanya Irene kembali.
"Ya kamu benar juga. Tapi aku berharap hubunganmu dengan Rid akan bertahan lama," ucap senior Nadine.
"Aku juga berpikir seperti itu. Ngomong-ngomong, kenapa kamu bertanya seperti itu ?," tanya Irene.
"Tidak apa-apa, aku kira karna kamu sudah memiliki pasangan, kamu ada rencana untuk menikah cepat, setelah lulus dari akademi ini misalnya," ucap senior Nadine.
"Aku tidak ada rencana untuk menikah cepat meskipun aku sudah memiliki pasangan sendiri. Makanya aku tidak mau mengikuti acara 'itu' karena pasti aku akan disuruh untuk menikah cepat," ucap Irene.
"Begitu ya, padahal kebanyakan bangsawan itu menikah di usia muda, bahkan saat umur mereka sama sepertimu yang sekarang, mereka sudah bertunangan," ucap senior Nadine.
"Berarti aku tidak termasuk ke dalam 'kebanyakan bangsawan' itu. Memangnya kamu sendiri juga mau menikah cepat, Nadine ?," tanya Irene.
"Tidak sih," ucap senior Nadine.
"Berarti kita berdua juga sama," ucap Irene
-
Sementara itu, Charles dan Chloe sedang berada di ruangan kepala akademi.
"Aku kira ada apa pangeran dan putri datang ke ruanganku, ternyata untuk mengantarkan dokumen ini ya," ucap nona Karina.
"Itu benar, kepala akademi," ucap Charles.
"Ah aku baru ingat kalau Vyn sedang ada urusan di kediaman Duke San Quentine, pantas saja dia tidak datang langsung untuk mengantarkan dokumen ini. Apa Florian yang menggantikannya sedang sibuk sampai tidak bisa mengantar dokumen ini sendiri ?," tanya nona Karina.
"Iya, tadi dia sedang mengerjakan banyak dokumen yang ditinggalkan oleh senior Vyn. Jadinya dia tidak bisa mengantarkan dokumen ini secara langsung dan mengutus kami untuk mengantarkan dokumen ini," ucap Charles.
"Begitu ya, terima kasih karena telah mengantarkan dokumen ini," ucap nona Karina.
"Tidak masalah, kepala akademi," ucap Charles.
"Panggilan 'kepala akademi' itu terlalu formal, mulai sekarang pangeran dan putri bisa memanggilku dengan 'nona Karina' saja supaya lebih santai. Lagipula semua anggota Elevrad saat menemuiku memanggilku dengan 'nona Karina'," ucap nona Karina.
"Begitu ya, tapi aku tidak tau apakah aku bisa langsung terbiasa memanggil anda seperti itu," ucap Charles.
"Lama kelamaan nanti kamu juga akan terbiasa," ucap nona Karina.
"Baiklah kepa- maksudku nona Karina," ucap Charles.
"Bagus seperti itu. Ngomong-ngomong, kenapa daritadi kamu hanya diam saja, putri Chloe ?," tanya nona Karina.
Chloe sejak tadi memang hanya diam saja, Charles dan nona Karina pun melihat ke arah Chloe.
"Ah ti-tidak, tidak apa-apa kok," ucap Chloe.
"Kamu sepertinya ada sesuatu yang ingin ditanyakan. Tanyakan saja jika memang ada hal yang membuatmu penasaran," ucap nona Karina.
"Sebenarnya ada sih, bukan hal yang membuatku penasaran tapi lebih kepada ada sesuatu yang membuatku kepikiran saja," ucap Chloe.
"Sesuatu apa itu kalau ku boleh tau," ucap nona Karina.
"Tapi aku ingin minta maaf terlebih dahulu apabila sesuatu yang kupikirkan ini akan mengganggu kep- maksudnya nona Karina nantinya," ucap Chloe.
"Sepertinya ini adalah sesuatu yang serius ya. Baiklah, aku akan terima permintaan maafmu terlebih dahulu," ucap nona Karina.
"Begini, aku memang sudah sering melihat nona Karina. Aku menyadari kalau wajah nona Karina sangatlah cantik," ucap Chloe.
"Terima kasih atas pujiannya. Jika hanya itu yang kamu katakan harusnya kamu tidak perlu minta maaf sebelumnya," ucap nona Karina.
"Aku belum selesai, nona. ..... Nona Karina memanglah cantik tapi entah kenapa saat aku melihat wajah anda, aku terbayang wajah Ibundaku," ucap Chloe.
"Apa maksudnya Chloe ? Kenapa kamu terbayang wajah Ibunda saat melihat wajah nona Karina ?," tanya Charles.
"Yah itu karena.....aku merasa kalau wajah nona Karina mirip dengan wajah Ibunda. Apakah kamu tidak memperhatikannya, kak ?," tanya Chloe.
Charles lalu memperhatikan dengan jelas wajah nona Karina. Dan beberapa saat kemudian, akhirnya dia menyadari juga kalau wajah nona Karina mirip dengan Ibundanya.
"Kamu benar, Chloe. Wajah nona Karina mirip dengan wajah Ibunda," ucap Charles.
"Begitu ya, hal yang kamu pikirkan terus sampai daritadi diam adalah wajahku yang mirip dengan Yang Mulia Ratu. Sebelum kamu menyadari hal itu, sebelumya sudah banyak orang yang juga menyadari kalau wajahku mirip dengan Yang Mulia Ratu. Tapi itu hanyalah kebetulan saja. Aku tidak memiliki hubungan keluarga dengan Yang Mulia Ratu," ucap nona Karina.
"Anda benar, nona. Ibunda sudah tidak punya saudara lagi karena adiknya sudah meninggal. Anda yang mempunyai wajah yang sama dengan beliau tentu saja hanyalah kebetulan. Maafkan aku karena mengganggu anda dengan yang aku pikirkan tadi," ucap Chloe.
"Tidak apa-apa kok, putri Chloe. Kamu tidak perlu minta maaf. Daripada itu, apakah dokumen yang mau diberikan padaku sudah tidak ada lagi ? Soalnya besok aku akan pergi ke San Lucia untuk menemui Duke San Lucia. Aku ada urusan yang harus aku bahas dengan beliau jadi besok dan beberapa hari ke depan aku tidak akan berada di akademi. Takutnya ada beberapa dokumen yang penting yang harus aku periksa disaat aku tidak berada di akademi," ucap nona Karina.
"Hanya itu saja, nona. Tapi nanti aku akan bertanya ke senior Florian lagi apakah ada dokumen lagi untuk nona Karina. Jika ada, akan aku bawakan lagi dokumennya nanti," ucap Charles.
"Baiklah, jika kamu tidak datang lagi nanti, itu artinya sudah tidak ada dokumen lagi untukku ya," ucap nona Karina.
"Iya, nona," ucap Charles.
"Aku ucapkan terima kasih kembali karena telah mengantarkan dokumen ini, kalian berdua boleh pergi. Tolong sampaikan kepada anggota Elevrad yang lain juga kalau aku besok akan pergi ke San Lucia selama beberapa hari," ucap nona Karina.
"Baik, nona. Kalau begitu kami permisi dulu," ucap Charles.
Lalu Charles dan Chloe pun meninggalkan ruangan kepala akademi.
"Chloe itu, matanya tajam juga karena bisa mengetahui kalau aku memiliki wajah yang sama dengan kakak," ucap nona Karina
-
Keesokan paginya, di gerbang akademi.
Nona Karina bersiap untuk pergi menuju San Lucia dengan menggunakan kereta kuda dan dikawal oleh 2 prajurit.
"Apakah kalian berdua yang akan mengawalku kali ini ?," tanya nona Karina.
"Iya, nona," ucap kedua prajurit itu.
"Baiklah, ayo segera lekas berangkat. Aku sedang buru-buru," ucap nona Karina.
"Siap!," ucap kedua prajurit itu lagi.
Nona Karina pun menaiki kereta kuda itu dan kereta kuda itu pun muka berjalan meninggalkan gerbang akademi dan selanjutnya meninggalkan gerbang ibukota San Estella untuk menuju kota San Lucia. Awalnya perjalanan mereka lancar tapi saat di tengah perjalanan, mereka dihadang oleh gerombolan orang.
"Berhenti!, serahkan uang dan barang-barang milik kalian!," ucap salah satu orang dalam gerombolan tersebut.
Ternyata gerombolan yang menghadang kereta kuda yang ditumpangi nona Karina adalah gerombolan bandit. Jumlah mereka lumayan banyak. Mereka membawa 2 kereta kuda yang lumayan besar dan ada beberapa bandit yang menaiki kuda yang sepertinya untuk mengejar target mereka yang mau kabur.
"Kenapa ada bandit di jalan utama ke kota San Lucia ? Apa yang dilakukan 'Strom Leopard' dengan membiarkan bandit berkeliaran begini," ucap prajurit 1.
"Sepertinya kita berdua harus melawan mereka, jumlah mereka lumayan banyak, mungkin sekitar 50 orang," ucap prajurit 2.
"Kalian berdua jaga kereta kudanya saja, aku yang akan membereskan mereka semua," ucap nona Karina yang mau beranjak keluar.
"Tunggu, nona," ucap kedua prajurit itu.
Lalu nona Karina keluar dari kereta kuda yang ditumpanginya. Gerombolan bandit itu terkejut melihat seorang wanita cantik keluar dari kereta kuda itu.
"Wah, dia cantik sekali,"
"Tangkap dia hidup-hidup, kita bisa bersenang-senang dengannya nanti,"
"Kita juga bisa menjualnya apabila kita sudah bosan dengannya," ucap bandit-bandit itu.
"Kalian mau bersenang-senang denganku ya ? sepertinya terdengar menyenangkan, aku akan menemani kalian," ucap nona Karina.
Tiba-tiba, di sekeliling nona Karina mulai tumbuh tumbuhan dan pohon-pohon dari dalam tanah. Bandit-bandit itu pun terkejut melihat tumbuhan dan pohon-pohon mulai tumbuh dari tanah disekitar mereka.
"Tadinya aku berpikir seperti itu tapi maaf ya, aku sedang buru-buru jadi aku tidak bisa menemani kalian," ucap nona Karina.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang