Semakin mendekati waktu dimulainya pertandingan perebutan juara ketiga dan final turnamen akademi, semakin banyak pula tamu-tamu dan penonton yang berdatangan ke akademi.
Sebuah kereta kuda yang tampak mewah pun baru saja tiba di gerbang akademi ditemani oleh para prajurit yang sepertinya bertugas untuk mengawal kereta kuda itu. Kereta kuda itu pun berhenti san pintu kereta kuda itu pun terbuka. Lalu muncul seorang priayang sedang menggandeng seorang wanita cantik. Mereka berdua adalah Duke Darwin dan Duchess Harriet.
Mereka berdua kemudian berjalan untuk ke gerbang akademi untuk memasuki kawasan akademi dengan ditemani beberapa pengawal. Namun belum sempat mereka melewati gerbang akademi, datang lagi sebuah kereta kuda yang mewah dengan ditemani juga oleh beberapa pengawal yang mengiringi kereta kuda itu. Duke Darwin dan Duchess Harriet pun berhenti melangkah setelah melihat kereta kuda itu.
Kereta kuda itu pun berhenti dan pintu kereta kuda itu pun terbuka. Setelah pintu terbuka, muncul seorang pria sambil menggandeng tangan seorang wanita cantik dengan rambut panjang sepundak.
"Oya, rupanya anda sudah datang ya, tuan Darwin," ucap Duke Remy.
Ternyata yang ada di kereta kuda tersebut adalah Duke Remy dan wanita yang digandengnya adalah Duchess Arnett. Nama lengkapnya adalah Arnett Laterza San Quentine.
"Ternyata benar kalau anda yang datang, tuan Remy. Aku sudah menyadarinya sejak saat aku melihat kereta kuda milik anda. Kali ini anda juga mengajak nona Arnett ya. Halo, nona Arnett," ucap Duke Darwin.
"H-halo juga, tuan Darwin," ucap Duchess Arnett.
"Ngomong-ngomong, tuan Darwin, apakah baru anda saja yang datang ? Bagaimana dengan tuan James ?," tanya Duke Remy sambil berjalan mendekati Duke Darwin.
"Baru aku saja yang datang, aku juga tidak menemukan kereta kuda milik tuan James. Sepertinya dia sedang dalam perjalanan," ucap Duke Darwin.
"Begitu ya," ucap Duke Remy.
Disaat Duke Darwin dan Duke Remy sedang mengobrol. Duchess Harriet berjalan mendekati Duchess Arnett.
"Lama tidak berjumpa, nona Arnett. Bagaimana kabar anda ?," tanya Duchess Harriet.
"A-ah nona Harriet. Lama tidak berjumpa juga. Kabar saya baik, bagaimana dengan kabar anda ?," tanya Duchess Arnett.
"Kabar saya juga baik. Sepertinya sifat gugup anda masih ada ya meskipun tidak separah dulu," ucap Duchess Harriet.
"A-ahaha, maaf ya. Padahal saya sudah sering melakukan kunjungan dan bertemu dengan masyarakat di wilayah San Quentine. Tapi tetap saya sifat gugup saya belum hilang sepenuhnya," ucap Duchess Arnett.
"Tidak perlu minta maaf, nona Arnett. Lagipula sifat gugup anda itu sudah jadi ciri khas anda, saya tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya anda jika tidak gugup fufufu," ucap Duchess Harriet.
"T-tolong jangan menggodaku, nona Harriet," ucap Duchess Arnett.
Ketika mereka sedang asik mengobrol, datang kereta kuda mewah lainnya beserta prajurit yang mengawal kereta kuda itu.
Kereta kuda itu pun berhenti dan pintunya pun terbuka. Setelah pintu terbuka, muncul seorang pria paruh baya. Meskipun paruh baya, tubuhnya nampak seperti seorang prajurit yang sangat terlatih. Pria paruh baya itu juga menggandeng tangan seorang wanita yang memiliki panjang rambut seleher. Wanita itu juga memiliki poni yang panjang karena poni tersebut menutupi mata sebelah kirinya.
Mereka berdua adalah Duke James William San Angela dan Duchess Claret William San Angela.
"Baru juga kami membicarakan tentang anda, anda akhirnya sampai juga, tuan James," ucap Duke Remy.
"Selamat pagi, tuan James," ucap Duke Darwin.
"Selamat pagi, tuan Darwin dan tuan Remy," ucap Duke James.
Mereka bertiga pun mulai mengobrol. Lalu Duchess Claret mendatangi Duchess Harriet dan Duchess Arnett.
"Selamat pagi, nona Harriet dan nona Arnett. Kalian berdua tetap cantik seperti biasa," ucap Duchess Claret.
"C-cantik ??," ucap Duchess Arnett yang terkejut.
"Terima kasih atas pujiannya, nona Claret. Anda juga cantik seperti biasanya," ucap Duchess Harriet.
Ketiga Duchess itupun juga mulai mengobrol. Ketiga Duke dan ketiga Duchess yang saling mengobrol itu menarik perhatian tamu yang lainnya. Suasana di depan gerbang akademi pun perlahan mulai ramai dengan banyaknya orang yang ingin melihat ketiga Duke dan Duchess tersebut.
"Hmmm, sepertinya keberadaan kita disini menarik banyak orang. Lebih baik kita segera masuk ke kawasan akademi," ucap Duke Remy sambil melihat sekeliling.
"Anda benar," ucap Duke James.
"Kalian bertiga, ayo cepat masuk ke dalam akademi," ucap Duke Darwin memanggil ketiga Duchess yang sedang mengobrol.
Ketiga Duchess itu pun menghampiri ketiga Duke dan mereka pun mulai memasuki gerbang menuju kawasan akademi. Awalnya para prajurit Duke yang mengawal mereka ingin mengawal sampai ke dalam akademi juga, tapi ketiga Duke itu menolak dan memerintahkan prajurit mereka masing-masing untuk menunggu di gerbang akademi.
Setelah melewati gerbang akademi, mereka pun berjalan menuju gedung lobi akademi untuk masuk ke gedung tengah yang merupakan tempat diadakannya turnamen akademi.
"N-ngomong-ngomong, apa kalian berdua tahu kabar terbaru nona Arlet ?," tanya Duchess Arnett.
"Nona Arlet ya, saya tidak tahu kabar terbarunya tapi bukankah beliau masih tidak sadarkan diri ?," tanya Duchess Harriet.
"Tentu saja sampai sekarang pun beliau masih tidak sadarkan diri. Bukankah kalian sudah tahu kalau beliau terkena 'Frozen Sleep' karena efek penggunaan suatu teknik rahasia milik keluarga mereka ? Mustahil beliau bisa bangun dari tidurnya itu karena untuk menyembuhkan 'Frozen Sleep', dibutuhkan sihir api tingkat tinggi untuk mencairkan es yang menyelimuti jantung atau inti mananya. Sihir tingkat tinggi yang saya maksud adalah sihir Roh. Tentu tidak mudah, karena mencari 1 Roh untuk melakukan kontrak saja sangat sulit, apalagi harus mencari Roh yang mempunyai sihir elemen api. Dan lagi, belum tentu Roh yang ditemui mau melakukan kontrak. Selain sihir Roh, bisa juga menggunakan 'Magic Crystal' yang dibuat oleh Roh. Tapi masalahnya juga sama yaitu sulit untuk menemukan 'Magic Crystal' itu. Makanya saya yakin kalau sampai sekarang beliau masih tidak sadarkan diri karena sangat sulit untuk menyembuhkan beliau," ucap Duchess Claret.
"B-begitu ya, kasian sekali ya nona Arlet," ucap Duchess Arnett.
"Lebih baik sekarang kita tidak membicarakan apapun yang berkaitan dengan San Lucia. Kalian tahu sendiri kan kalau suami kita sedang bermusuhan dengan Duke San Lucia ? Lebih baik kita membahas hal-hal yang lain," ucap Duchess Claret.
Lalu mereka pun sampai di depan gedung lobi akademi. Sesampainya di dalam, mereka hendak melanjutkan langkah mereka untuk menuju gedung tengah tapi Duke Remy berhenti karena beliau melihat ada orang yang dikenalnya. Duke Remy pun melangkah ke tempat orang yang dikenalnya itu.
"Wah, wah, tidak kusangka saya akan bertemu dengan anda lagi, tuan Irwin. Dan lihat siapa ini, lama tidak berjumpa, tuan muda Asier, atau haruskah sekarang saya memanggil anda dengan panggilan 'komandan Asier' ?," tanya Duke Remy.
"Tuan Duke San Quentine," ucap komandan Asier.
Tuan Irwin hanya diam saja melihat Duke Remy.
Kemudian para Duke dan Duchess lainnya pun juga menghampiri Duke Remy.
"Apa yang anda lakukan disini, komandan Asier ? Bukankah anda seharusnya menjaga keamanan wilayah saya ?," tanya Duke James
"Saya mengambil libur dan datang kesini untuk menyaksikan pertandingan adik saya melawan sepupu saya. Lagipula sudah ada Sara yang menggantikan saya hari ini," ucap komandan Asier.
"Mengambil libur anda bilang ? Saya tidak tahu akan hal itu. Jika itu benar, sia-sia saja anda mengambil libur hanya untuk menonton pertandingan adik anda melawan sepupu anda. Lagipula itu hanya pertandingan perebutan juara ketiga. Lebih baik anda sekarang kembali ke San Angela dan menjaga keamanan wilayah saya lagi," ucap Duke James.
"Apa hak anda memerintah saya ? Memang saya ditugaskan sebagai komandan pasukan yang bertugas di wilayah anda, tapi yang berhak memerintah saya hanyalah komandan tertinggi dan para keluarga inti kerajaan. Anda tidak berhak memerintah saya meskipun anda adalah seorang Duke," ucap komandan Asier.
"Bocah kurang ajar. Sudah cukup formalitasnya, apa sekarang kau sudah menjadi sombong hanya karena sudah menjadi komandan pasukan ? Apa ini hasil didikan keluarga San Lucia terhadapmu ? Sepertinya keluarga San Lucia hanya berisi orang-orang yang tidak punya rasa hormat," tanya Duke James.
"Anda sendiri yang memulainya dan juga tolong berhenti untuk menjelek-jelekkan keluarga San Lucia," ucap komandan Asier.
"Jadi sekarang kau ya yang berani mengaturku. Sepertinya kau harus diberi pelajaran," ucap Duke James.
"Saya tidak takut meskipun anda adalah seorang Duke," ucap komandan Asier.
Lalu komandan Asier dan Duke James pun mengeluarkan aura yang sangat kuat. Kedua aura itu pun saling beradu dan membuat terkejut semua orang yang berada di akademi. Kebanyakan dari mereka yang merasakan aura itu merasa takut dan panik.
"A-anu, sayang, b-bukankah seharusnya kamu menghentikan mereka berdua ?," tanya Duchess Arnett.
"Sepertinya sudah terlambat untuk menghentikan mereka berdua," ucap Duke Remy.
Aura milik komandan Asier dan Duke James lama-kelamaan semakin kuat. Mereka berdua juga terlihat sudah bersiap untuk menyerang satu sama lain. Namun sebelum mereka melakukan itu, terdengar suara seorang wanita yang membuat mereka berhenti.
"Apa yang kalian berdua lakukan di tempat seperti ini ?," tanya Ratu Kayana.
Ternyata suara itu adalah suara Yang Mulia Ratu yang baru saja datang.
"Yang Mulia Ratu ?!?!," ucap semua orang yang berada di tempat itu.
Komandan Asier dan Duke James pun langsung berhenti mengeluarkan aura mereka. Mereka langsung menoleh ke arah Yang Mulia Ratu yang sedang dikawal oleh komandan Oliver dan beberapa prajurit lainnya. Di samping Yang Mulia Ratu juga ada seorang pria dewasa yang terlihat dari mukanya seperti mau memasuki usia paruh baya. Pria itu tampan dan tidak memiliki kumis atau janggut. Wajah pria itu seperti wajah Charles jika dia sudah berusia sekitar 30-40 tahun. Mereka yang melihat pria itu pun juga terkejut.
"Raja Albert ?!?!," ucap mereka.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasíaPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...