Chapter 88 : Kunjungan Pertama

7 2 0
                                    

Arena di sekitar tempat putri Amelia menghantam dinding pun mengeluarkan asap. Di tengah kepulan asap tersebut, tidak jelas bagaimana nasib putri Amelia karena dia tidak keluar dari asap sejak tadi. Setelah beberapa saat, asapnya pun menghilang. Kondisi putri Amelia pun terlihat jelas, dia tidak sadarkan diri karena menghantam dinding arena disertai ada bongkahan es yang menempel pada tubuhnya setelah terkena teknik keluarga San Lucia yang aku gunakan. Melihat keadaan putri Amelia yang seperti itu, pengawas Elgin pun langsung mengumumkan hasilnya.
"Pertandingan harian antara Rid Archie vs Amelia Laterza San Quentine, pemenangnya adalah..... Rid Archie," ucap pengawas Elgin.
Murid-murid yang awalnya mendukungku pun bersorak.
"Rid!!!!,"
"Gila, dia bahkan bisa menang melawan murid tahun kedua dan lawannya itu bukan murid tahun kedua biasa, melainkan putri dari Duke,"
"Apalagi dia juga bisa memakai sihir es sama seperti putri es,"
"Dan lagi dia juga bisa menggunakan San Lucia Art, bukankah itu hanya bisa digunakan oleh keluarga San Lucia ? apakah putri es sendiri yang mengajarinya teknik itu ? Apa itu berarti Rid sudah resmi akan menjadi bagian keluarga San Lucia juga ?," ucap murid-murid yang saling mengobrol tentang pertandinganku.
Sementara itu di tempat Charles dan yang lainnya.
"Si Rid itu, sepertinya masih banyak kekuatannya yang belum ditunjukkan kepada kita. Dia bisa sihir air, api dan sekarang bisa sihir es, selanjutnya sihir apa yang akan dia tunjukkan ?," tanya Noa.
"Itulah yang membuat tuan Rid hebat," ucap Kotaro.
"Hei, Kotaro, bukannya Rid sudah bilang agar tidak memanggilnya 'tuan' lagi," ucap Noa.
"Owh iya, maaf aku lupa," ucap Kotaro.
Charles dan Chloe hanya tersenyum saja melihat obrolan Noa dan Kotaro, sedangkan Enzo hanya diam melihat ke arena pertandingan.
Di tempat Irene, Leandra dan Lily.
"Aku tidak menyangka kalau Rid bisa mengalahkan putri Amelia tapi aku lebih terkejut ketika Rid bisa menggunakan San Lucia Art. Apa kamu yang mengajarinya teknik itu, nona ?," tanya Leandra.
"Tidak, aku bahkan juga terkejut ketika tau dia bisa menggunakan teknik itu. Aku setiap pagi memang sering latihan tanding dengannya tapi aku tidak mengajarkan satupun teknik kepadanya," ucap Irene.
"Tapi aku memang sering menggunakan teknik itu setiap latih tanding dengannya, jangan bilang kalau Rid bisa meniru teknik orang yang dia lawan hanya dengan melihatnya ?," pikir Irene.
-
Kembali ke arena.
Aku hanya diam saja melihat ke arah putri Amelia yang tidak sadarkan diri. Namun tiba-tiba ada beberapa orang yang turun ke arena dan berusaha menyerangku. Tapi aku menghindari serangan orang itu.
"Kalian, kan....," ucapku.
Mereka yang berusaha menyerangku adalah anak buah putri Amelia, dan ada juga Sherida & Riise diantara beberapa orang yang menyerangku. Sementara itu, dua orang lainnya pergi ke tempat putri Amelia yang tidak sadarkan diri. Murid-murid yang menonton pun terkejut dan bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi.
"Hei kalian, apa yang kalian lakukan tiba-tiba menyerang murid yang habis melakukan pertandingan," ucap pengawas Elgin yang berusaha menghentikan anak buah putri Amelia dengan kata-katanya.
Namun kata-kata itu tidak cukup untuk menghentikan anak buah putri Amelia. Mereka pun kembali menyerangku. Aku pun menghindari serangan mereka semua. Sampai akhirnya terdengar suara seseorang yang membuat mereka semua yang menyerangku terdiam.
"Kalian semua, hentikan," ucap putri Amelia.
Ternyata putri Amelia sudah tersadar dan memerintahkan anak buahnya untuk berhenti menyerangku. Putri Amelia pun berusaha untuk bangun meskipun kesusahan untuk bangun. Anak buahnya yang berada disampingnya berusaha membantunya tapi putri Amelia memberikan sebuah gestur tangan yang menandakan agar anak buahnya itu tidak perlu membantunya.
~Rose Magic, Healing Rose~
Putri Amelia mengaktifkan sihirnya dan tiba-tiba muncul bunga-bunga mawar berwarna putih di sekelilingnya. Bunga-bunga mawar itu menghadap ke arah putri Amelia dan mengeluarkan cahaya terang kearahnya. Ketika cahaya dari bunga itu menghilang, putri Amelia pun sembuh total tanpa adanya luka yang dialaminya bahkan luka bakar dan luka tebasan es pada tubuhnya pun juga menghilang.
"Bahkan sihir mawarnya itu ada juga yang bisa menyembuhkan luka ? Kenapa dia tidak menggunakan sihir itu ketika pertandingan berlangsung tadi ?," pikirku.
Lalu putri Amelia pun mulai bangun dan berjalan ke arahku.
"Aku tidak memerintahkan kalian untuk turun ke arena ini kan ? kenapa kalian melakukannya ?," tanya putri Amelia kepada para anak buahnya.
Anak buahnya pun hanya terdiam mendengar perkataan putri Amelia.
"Kalian sudah dengar kan apa yang pengawas itu bilang ? pemenang dari pertandingan ini sudah diumumkan dan pemenangnya adalah Rid. Kalian yang tiba-tiba langsung menyerang orang yang mengalahkanku membuatku seolah tidak menerima kekalahan ini. Kalian semua membuatku malu!," ucap putri Amelia yang marah.
Anak buahnya pun tetap hanya terdiam mendengar perkataan putri Amelia. Putri Amelia terus berjalan melewati para anak buahnya dan kini berdiri di hadapanku.
"Aku kalah, Rid dan sesuai janji aku akan menuruti perkataanmu tentang aku yang harus mengikuti permintaan putri Irene," ucap putri Amelia.
"Baiklah kalau begitu," ucapku.
"Kalau begitu, aku permisi," ucap putri Amelia.
Putri Amelia pun berjalan pergi meninggalkan arena dan diikuti oleh para anak buahnya.
"Diluar dugaan dia bersikap seperti itu, aku kira dia akan marah padaku," pikirku.
Lalu aku pun juga berjalan meninggalkan arena untuk kembali ke area penonton. Sementara itu, putri Amelia memilih langsung meninggalkan arena dan pergi keluar dari gedung tahun pertama.
"Ini memalukan karena aku bisa kalah dari Rid Archie namun aku tidak boleh mempermalukan diriku lagi dihadapan banyak orang seperti itu. Aku hanya pura-pura mengakui kekalahanku tapi selanjutnya aku akan balas dendam padamu, Rid!," pikir putri Amelia
-
Setelah pertandingan itu, murid-murid yang menonton pun mulai bubar begitupun dengan para anggota Elevrad.
"Aku tidak menyangka kalau Amelia akan kalah, pantas saja kamu ingin sekali bertanding dengan Rid, ketua," ucap senior Gretta.
"Aku bilang juga apa, tapi aku tidak menyangka kalau dia bisa menggunakan sihir es," ucap senior Vyn.
"Jika Rid menggunakan sihir es ketika melawanmu dulu, kamu tidak akan bisa membuat ciptaan-ciptaan airmu itu karena akan langsung dibekukan oleh Rid," ucap senior Gretta.
"Ya kamu benar, tapi sihir yang ku punya bukan sihir air saja, aku bisa membuat ciptaan dari sihir lainnya," ucap senior Vyn.
"Murid bernama Rid itu membuatku tertarik, kenapa dia tidak kita rekrut saja ke Elevrad ?," tanya senior Florian.
"Ketua sudah pernah mengundangnya waktu itu, aku pun juga pernah mengundangnya saat kami bertemu di perpustakaan. Tapi dia bilang dia belum tertarik untuk bergabung dengan Elevrad. Ya apa boleh buat kan, kira tidak boleh memaksanya," ucap senior Gretta.
"Begitu ya, sayang sekali," ucap senior Florian.
"Tapi aku tidak menyangka kalau wakil ketua tertarik juga padanya," ucap senior Gretta.
"Hei wakil ketua, Rid itu mangsaku. Aku akan membiarkanmu bersenang senang dengannya ketika aku sudah lulus nanti," ucap senior Vyn yang mendengar perkataan senior Florian.
"Jadi kamu akan mengikuti turnamen lagi di tahun ajaran ini, ketua ?," tanya senior Florian.
"Iya, dan aku juga menantang Rid di turnamen ini. Jadi aku akan bersenang-senang dengannya di turnamen ini," ucap senior Vyn.
"Kalau begitu aku tidak akan ikut turnamen," ucap senior Florian.
"Kenapa, wakil ketua ?," senior Vyn.
"Karena aku tidak akan menang apabila mengikuti turnamen yang kamu ikuti juga," ucap senior Florian.
-
Setelah pertandinganku melawan putri Amelia, aku menonton pertandingan harian teman-temanku setelah itu kami pergi membeli makan seperti biasa. Dan sekarang di malam hari, aku hanya bersantai sambil membaca buku di dalam asramaku. Namun tiba-tiba ada yang mengetuk pintu asramaku. Aku pun menaruh bukuku lalu pergi ke pintu untuk melihat siapa yang mengetuk pintu. Dari auranya ini adalah orang yang kukenal dan orang yang tidak kusangka akan mengunjungiku terlebih dahulu. Aku pun segera membuka pintu dan benar saja ternyata yang mengetuk pintu asramaku adalah Irene.
"Selamat malam, Rid," ucap Irene.
"Selamat malam, Irene, ada perlu apa ?," tanyaku.
"Sebelum itu, boleh aku masuk ke dalam ?," tanya Irene.
"Ada perlu apa Irene sampai ingin masuk ke asrama ku ?," pikirku.
"Boleh, silahkan masuk," ucapku sambil menawarkannya masuk ke dalam asramaku.
Irene pun masuk ke dalam asramaku.
"Ini pertama kalinya aku berkunjung ke dalam asramamu, Rid," ucap Irene.
"Kalau dipikir-pikir benar juga, aku yang sering berkunjung ke asramamu," ucapku.
Lalu aku menawarkan Irene untuk duduk di ruang tengah yang juga ruang makan. Irene pun duduk dan kami pun mulai mengobrol.
"Pertandinganmu tadi melawan putri Amelia sangat hebat. Aku tidak menyangka kalau kamu dapat mengalahkan putri Amelia. Tapi yang lebih mengejutkanku, aku tidak menyangka kalau kamu juga bisa menggunakan sihir es dan melihat sihir esmu itu sepertinya sihir esmu lebih kuat dari milikku," ucap Irene.
"Yah sebenarnya aku tidak ingin menggunakan sihir itu, tapi tidak ada pilihan lain. Jadi ada perlu apa, Irene ?," tanyaku.
"Aku punya permintaan, aku ingin kamu mengajariku sihir es agar sihir es milikku menjadi lebih kuat dari yang sekarang," ucap Irene.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang