Keesokan paginya di tempat latihan tahun pertama.
Walaupun hari ini libur, aku tetap melatih Irene, Leandra dan Lily.
"Kita istirahat dulu sebentar," ucapku.
Mereka bertiga pun menuruti. Karena sedang istirahat, aku pun memutuskan mengobrol dengan yang lainnya.
"Bagaimana kesanmu ketika mengikuti perayaan kemarin, Irene ?," tanyaku.
"Tidak ada kesan khusus tapi aku rasa mengikuti acara seperti itu sesekali juga tidak buruk. Sudah lama aku tidak berkumpul seperti itu," ucap Irene.
"Benar juga, bahkan nona juga sudah jarang ikut acara perkumpulan bangsawan," ucap Leandra.
"Iya," ucap Irene.
"Kenapa kamu jarang mengikuti perkumpulan bangsawan ?," tanyaku.
"........," Irene terdiam sebentar.
"Aku akan menceritakannya, mungkin ceritanya lumayan lama," ucap Irene.
"Tidak apa-apa, aku akan mendengarkan," ucapku.
Lalu Irene pun mulai bercerita.
-
"Jadi begitu ya, terima kasih karena telah menceritakanku tentang hal ini Irene, bahkan kamu juga menceritakan alasan dirimu dipanggil putri es," ucapku.
"Tidak masalah, lagipula kamu ini adalah pasanganku," ucap Irene.
"Tapi sekarang kamu dapat perlahan-lahan lepas dari julukan 'putri es' mu ini, kamu bahkan sekarang bisa berteman dengan Chloe dan semalem saja kamu bisa mengikuti perayaan bersama yang lainnya," ucapku.
"Aku memang sudah berjanji untuk berteman dengan Chloe kalau berhasil membatalkan keikutsertaanku di ~matchmaking battle~. Lagipula alasanku menjauhi Chloe dan pangeran adalah untuk menghindari rumor kalau aku mendekati keluarga kerajaan agar bisa menang dalam ~Matchmaking Battle~. Karena sekarang aku sudah memiliki pasangan, aku bisa berteman dengan Chloe tanpa peduli soal rumor itu lagi. Dan alasan kenapa aku memutuskan ikut perayaan itu...mungkin karena di perayaan itu tidak ada orang yang berusaha memanfaatkanku seperti di perkumpulan bangsawan. Jadi aku merasa tenang jika menghadiri perayaan itu," ucap Irene.
"Aku senang jika kamu memiliki kesan yang baik terhadap teman-temanku," ucapku.
"Ya teman-temanmu memang baik, Rid. Bahkan tidak ada dari mereka yang mempermasalahkan ras kita berdua yang berbeda," ucap Lily.
"Itu benar," ucap Leandra.
"Kalian akan selalu terbuka apabila mau ikut bermain atau ngumpul bersama kami lagi," ucapku.
Sementara itu Irene nampak melamun setelah berbicara tadi.
"Ada apa Irene ?," tanyaku.
"Aku hanya kepikiran dengan perkataanmu tadi yang bilang kalau aku perlahan-lahan lepas dari julukan 'putri es' ku. Apa sekarang aku terlihat berbeda dari saat pertama kali datang ke akademi ?," tanya Irene.
"Kalau dari ekspresi dan kata-katamu sepertinya tidak ada yang berubah. Tapi dari sikap kamu yang mengajak Chloe berteman dan kamu yang berani datang ke perayaan, bukankah itu menandakan kalau kamu sedikit berubah ?," tanyaku.
"Begitu ya, tapi aku tidak mau kesan 'putri es' pada diriku ini hilang," ucap Irene.
"Kenapa ?," tanyaku.
"Karena julukan 'putri es' lah yang membuat orang lain menjauhiku. Menurut rumor yang kudengar dari orang-orang, 'putri es' itu memiliki ekspresi dan sifat yang dingin. 'Putri Es' juga tidak mau akrab dengan orang lain. Dengan rumor inilah jadinya aku tidak didekati oleh orang lain lagi karena percuma mereka mendekatiku, aku juga tidak akan menanggapi mereka," ucap Irene.
"Apa benar begitu ? Apa benar julukan 'putri es' yang membuatmu tidak lagi didekati orang lain ?," tanyaku.
"Apa maksudmu, Rid ?," tanya Irene.
"Saat kamu hadir di perkumpulan bangsawan, mungkin mereka tidak mendekatimu. Tapi apa mereka tidak mencoba mendekatimu lewat cari lain ? seperti mengirim surat langsung ke kediamanmu atau lewat keluargamu," ucapku.
"Hmmm kalau kupikir-pikir, dulu aku sering mendapatkan banyak surat tentang pertunangan dari banyak bangsawan lainnya. Tapi tiba-tiba, tidak ada lagi yang mengirimku surat itu lagi," ucap Irene.
"Apa saat surat-surat itu tidak lagi dikirim ke kediamanmu, kamu sudah ditunjuk sebagai peserta ~matchmaking battle~ ?," tanyaku.
"Iya......tunggu, jangan bilang-," ucap Irene.
"Itu benar, julukan 'putri es' tidak membuatmu dijauhi oleh orang-orang yang ingin mendekatimu karena mereka bisa memilih cara lain untuk mendekatimu. Alasan mereka tidak lagi mengirim surat kepadamu adalah karena kamu sudah resmi menjadi peserta dari acara yang diadakan oleh sang Raja. Meskipun menurutmu hanya keluarga para Duke saja yang tau tentang hal ini tapi entah kenapa mungkin ada seseorang dari keluarga para Duke yang membocorkan tentang ini sehingga membuat bangsawan-bangsawan yang berada di tingkat bawahnya juga mengetahui tentang acara itu. Mereka tidak mungkin mengirimmu sebuah surat untuk lamaran lagi begitu tau kamu adalah calon pasangan Charles. Mereka takut akan dikira menganggu acara yang diadakan sang Raja. Mereka tidak peduli mau sikapmu itu seperti dulu atau menjadi dingin. Mereka akan tetap mendapatkanmu bagaimana caranya dan menjadi bagian dari keluarga San Lucia," ucapku.
"Bagaimana kamu tau soal ini, Rid ?," tanya Irene.
"Aku hanya menebak-nebak saja, tapi bukankah ini masuk akal menurutmu ?," tanyaku.
"Ya, kamu benar. B*doh sekali aku baru menyadari hal sederhana seperti ini," ucap Irene.
"Tapi sekarang aku sudah menjadi pasanganmu, kamu tidak perlu khawatir lagi tentang itu. Kamu juga bebas mau kembali ke dirimu yang lama atau tetap mempertahankan julukan 'putri es'mu ini. Tapi jika kamu tetap ingin mempertahankan julukan 'putri es'mu itu, setidaknya tidak akan ada yang mencari gara-gara denganmu di akademi ini jika kamu mempertahankan julukan 'putri es'," ucapku.
"Begitu ya, memang sejauh ini tidak ada murid lain yang mendekatiku untuk memanfaatkanku dan biasanya mereka memilih menghindariku. Namun ada sesuatu yang membuatku bertanya-tanya tentang itu ?," tanya Irene.
"Apa itu ?," tanyaku.
"Kenapa kamu nampak biasa saja terhadapku, Rid ? bahkan saat awal kita bertemu. Kamu bahkan beberapa kali mencoba mengobrol denganku disaat murid-murid yang lain lebih memilih untuk menghindariku," ucap Irene.
"Hmmm entahlah, awalnya aku tidak tahu alasan mereka menghindarimu karena apa. Aku berpikir apakah mereka takut kepadamu ? Tapi aku tidak tahu apa yang harus ditakuti dari dirimu. Padahal kamu hanya seorang wanita biasa. Jadinya aku juga memperlakukanmu sama dengan yang lain. Kamu sendiri juga kenapa membalas obrolanku waktu itu, padahal kamu selalu mengabaikan orang-orang yang ingin mendekati atau mengobrol denganmu," ucapku.
"Itu karena aku merasa kalau kamu bukan orang yang ingin mengobrol denganku untuk kepentingan tersembunyi," ucap Irene.
"Begitu ya," ucapku.
Lalu kami berdua pun terdiam. Suasana pun menjadi hening.
"Hei, Rid. Menurutmu apakah aku harus melepas julukan 'putri es' ku lalu kembali ke diriku yang lama atau aku harus mempertahankan julukan 'putri es' ku ini ?," tanya Irene.
"Kenapa kamu meminta pendapatku ? Senyamanmu saja mau kayak bagaimana," ucapku.
"Sudah jawab saja," ucap Irene seperti memaksa.
"Hmmm aku tidak tahu kamu seperti apa sebelum mendapatkan julukan 'putri es' namun kalau kamu meminta pendapatku, aku lebih ingin kamu mempertahankan julukan 'putri es'mu itu. Jika ditanya alasannya ya karena julukanmu itu sudah sangat melekat padamu apalagi menurutku, ekspresi dinginmu yang membuatmu mendapatkan julukan 'putri es' itu mempunyai daya tarik sendiri. Aku menyukainya," ucapku.
Irene terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku.
"Begitu ya, kamu lebih menyukai diriku saat menjadi 'putri es'. Kamu benar-benar pria yang aneh," ucap Irene.
Namun setelah mengatakan itu, Irene nampak tersenyum.
"Ngomong-ngomong sudah berapa lama kita mengobrol seperti ini ? ayo kita lanjutkan latihan kita," ucap Irene.
"Benar juga," ucapku.
"Hei, Rid. Kamu bilang kamu belum pernah melihat diriku sebelum aku seperti ini kan ?," tanya Irene.
"Iya," ucapku.
"Lain kali, aku akan menunjukkannya padamu. Diriku yang dulu," ucap Irene.
"Aku memang belum melihatnya tapi bukan berarti aku ingin melihatnya," ucapku.
Sementara itu, Leandra dan Lily mengamati kami berdua.
"Hei Lea, entah kenapa melihat mereka berdua kok rasanya seperti melihat pasangan beneran ya, bukan pasangan pura-pura," ucap Lily.
"Sudahlah, biarkan saja," ucap Leandra.
-
Siang harinya, di ruangan kepala akademi.
Kepala akademi terlihat sedang mengobrol dengan seseorang.
"Bagaimana dengan ujian pertamamu ?," tanya nona Karina.
"Sangat mudah, bahkan aku tidak merasa itu adalah ujian," ucap orang itu.
"Kamu sombong sekali ya, ketua," ucap nona Karina.
"Panggil aku Vyn saja, nona Karina," ucap orang itu.
Ternyata yang sedang mengobrol dengan nona Karina adalah ketua Elevrad, Vyn Laterza.
"Jadi ada perlu apa kamu mengajakku mengobrol berdua di hari libur ini ? Bukan hanya kalian saja para murid yang ingin menikmati hari libur, aku pun sebagai kepala akademi juga ingin menikmati hari libur," ucap nona Karina.
"Maaf karena mengganggu waktumu, nona Karina. Tapi apa yang mau kubicarakan ini adalah hal yang penting. Ini berkaitan dengan ideku untuk tema turnamen dan festival mendatang," ucap senior Vyn.
"Tentang tema untuk turnamen dan festival mendatang ya ? Baikah, katakan padaku ide apa yang kamu punya. Aku harap ide yang akan kamu sampaikan itu menarik. Jika tidak, aku akan langsung pulang dan menikmati hari liburku," ucap nona Karina.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasiaPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...