Keesokan harinya, kami pun mulai belajar di akademi kembali setelah libur selama 3 hari.
"Aku ingin liburnya diperpanjang, aku sudah sangat nyaman dengan hari libur," ucap Noa yang mengeluh.
Dia baru sampai di kelas namun langsung mengeluh.
"Apa libur di 3 hari kemarin membuatmu mendapatkan kenangan indah dengan Lillian, Noa ? Kamu 3 hari kemarin itu ngedate dengan Lillian terus kan ?," tanyaku.
"Ngedate ? owh jadi begitu ya, pantas saja selama 3 hari kemarin tidak ada ajakan untuk bermain bersama. Jadi selama 3 hari kemarin kamu fokus ngedate. Tidak apa-apa, aku memahami perasaan anak muda," ucap Charles.
"Tidak, aku ngedate dengan dia cuma satu hari saja. Ya maaf deh kalau libur kemarin aku tidak membuat rencana untuk main bersama soalnya saat kemarin aku sedang fokus untuk latihan," ucap Noa.
"Owh begitu ya, ternyata kamu latihan saat libur," ucap Charles.
"Aku kira kamu malas-malasan saat libur makanya kamu ingin hari liburnya diperpanjang, ternyata kamu malah rajin latihan saat libur. Kamu tidak perlu berkata seperti tadi, lagian saat belajar di akademi kan kita juga latihan," ucapku.
"Iy- iya juga ya, hahaha," ucap Noa.
Aku melihat ke arah Noa yang sepertinya dia tengah menyembunyikan sesuatu.
"Ngomong-ngomong, kamu latihan dimana Noa ?," tanya Charles.
"Aku latihan di gedung tengah, kalian tidak lupa kan kalau dulu tuan Alan pernah bilang kalau di gedung tengah ada tempat latihan yang berbeda-beda jenisnya salah satunya adalah tempat latihan khusus martial Arts. Nah aku berlatih di tempat itu untuk meningkatkan martial Arts ku, apalagi di tempat latihan itu aku bisa berlatih dengan Lillia-," ucap Noa yang langsung menyadari kalau dia salah bicara.
"Nah kan ternyata benar kamu itu kencan selama 3 hari saat libur," ucapku.
"Tidak, tidak. Sesuai yang kubilang tadi, aku hanya kencan dengannya selama 1 hari. Hari libur lainnya aku hanya latihan bareng dan tidak kencan," ucap Noa.
"Apa bedanya ? pantas saja kalau kamu ingin hari libur di perpanjang supaya kamu bisa berlatih dengan Lillian lagi. Karena kamu tidak sekelas dengannya jadinya tidak bisa berlatih dengannya menggunakan tempat latihan tahun pertama karena beda kelas beda tempat latihan. Jadinya kamu memakai tempat latihan di gedung tengah," ucapku.
"Itu benar, aku inginnya seperti kamu yang bisa berlatih terus dengan Irene setiap hari," ucap Noa.
"Padahal kamu juga bisa latihan di gedung tengah saat tidak libur. Jika kamu melakukan itu, itungannya kamu juga berlatih dengannya setiap hari," ucapku.
"Ya kamu memang benar tapi aku merasa mager apabila latihan saat hari masuk seperti ini. Aku lebih enak di hari libur," ucap Noa.
"Ya terserah kamu saja. Ngomong-ngomong, tadi kamu bilang kamu berlatih dengan Lillian juga di tempat latihan martial Arts, apa Lillian juga bisa martial Arts ?," tanyaku.
"Tidak, tapi Lillian ingin mempelajari itu makanya aku sekalian melatihnya," ucap Noa.
"Begitu ya. Tempat latihan di gedung tengah ya ? aku belum pernah melihat-lihat kesana," ucapku.
"Aku juga belum pernah, Rid. Apa kamu ada niatan mau melihat-lihat kesana ?," tanya Charles.
"Ada sih, tapi nanti saja lah aku melihat-lihatnya," ucapku.
Setelah itu tuan Alan pun masuk ke kelas.
"Selamat pagi, semuanya. Bagaimana liburan 3 hari kalian ?," tanya tuan Alan.
Murid-murid pun memberi jawaban yang berbeda-beda.
"Ujian pertama sudah usai, ada murid yang berhasil menyelesaikan ujian tersebut dan ada juga murid yang gagal. Tapi ujian pertama itu sudah lewat, kalian yang gagal jangan terlalu fokus dengan ujian itu, sebaiknya kalian menatap ujian selanjutnya. Kurang lebih 3 bulan lagi, ujian kedua akan dimulai," ucap tuan Alan.
"Tuan Alan, seperti apa ujian kedua nanti ?," tanya seorang murid.
"Ujian kedua tidak sama dengan ujian pertama. Yah pokoknya kalian terus berlatih saja meningkatkan kekuatan kalian karena ujian kedua itu adalah pertempuran antar murid," ucap tuan Alan.
"Pertempuran antar murid ? apa sama seperti pertandingan harian ?," tanya murid lainnya.
"Detailnya aku tidak bisa jelaskan hari ini, aku akan menjelaskannya ketika ujian kedua sudah dekat. Jika dibilang seperti pertandingan harian itu bisa iya dan bisa tidak. Yah pokoknya kalian tidak perlu memikirkan seperti apa ujian kedua itu. Kalian fokus saja untuk meningkatkan kekuatan kalian. Nah kalau begitu, mari kita mulai pelajaran hari ini," ucap tuan Alan.
-
Jam pun terus berlalu dan sampai akhirnya pelajaran hari ini pun selesai.
"Kita akhiri dulu pelajaran hari ini, kalau begitu sampai ketemu besok," ucap tuan Alan.
Namun ketika tuan Alan selesai mengatakan itu, tiba-tiba muncul sinar terang dari dalam saku pakaiannya. Tuan Alan pun langsung mengambil sesuatu dari dalam sakunya.
"Itu kristal komunikasi," pikirku.
Lalu tuan Alan pun mulai melakukan pembicaraan dengan seseorang lewat kristal tersebut.
"Baiklah, akan saya sampaikan," ucap tuan Alan.
Cahaya dari kristal itu pun redup dan tuan Alan menaruhnya kembali ke saku pakaiannya.
"Rid, kepala akademi ingin bertemu denganmu. Kamu diminta untuk pergi ke ruangan kepala akademi. Silahkan ikuti aku," ucap tuan Alan.
Murid-murid yang mendengar itu pun terkejut.
"Kepala akademi ? kenapa kepala akademi ingin bertemu denganmu, Rid ?," tanya Noa yang juga terkejut.
"Aku juga tidak tahu," ucapku.
"Untuk apa nona Karina memintaku bertemu dengannya ?," pikirku.
"Ya sudah kalau begitu kamu langsung pergi saja ke ruangan kepala akademi, Rid. Nanti kami tunggu di arena lantai 2 seperti biasa," ucap Charles.
"Baiklah, kalau begitu aku pergi duluan ya," ucapku.
Aku pun pergi lebih dulu meninggalkan kelas. Aku pun mengikuti tuan Alan menuju gedung staf dan pengajar.
"Ngomong-ngomong, Rid. Ada masalah apa sampai kamu dipanggil oleh kepala akademi ?," tanya tuan Alan.
"Aku sendiri juga tidak tahu, apa tuan Alan tidak diberi tahu tadi ketika dihubungi oleh kepala akademi ?," tanyaku.
"Tidak, beliau bilang untuk membawa kamu saja tapi tidak dijelaskan alasannya apa," ucap tuan Alan.
"Begitu ya," ucapku.
Lalu sampai akhirnya kami pun masuk ke gedung staf dan pengajar. Di lantai 1 gedung itu terlihat seperti lobi untuk menerima tamu dan ada beberapa ruangan yang aku tidak tahu itu ruangan apa.
"Ruangan kepala akademi ada di lantai 5, kita naik tangga sampai kesana," ucap tuan Alan.
Aku pun naik ke lantai 2 dan lalu sampai di lantai 4. Setiap lantai terdapat ruangan seperti di lantai 1 yang sepertinya itu adalah ruangan untuk staf dan pengajar. Ruangan itu tertutup jadi tidak bisa dilihat dari luar ruangan. Dan sampai akhirnya kami pun sampai di lantai 5. Saat kami sampai di lantai 5, terdapat lorong yang disamping lorong itu terdapat banyak pintu dan di ujung lorong itu juga terdapat sebuah pintu.
"Ruang kepala akademi ada di ujung lorong ini," ucap tuan Alan.
Lalu kami pun berjalan menuju ujung lorong itu. Namun ketika kami sedang berjalan, tiba-tiba ada seorang pria paruh baya yang keluar dari ruangan yang terletak di samping lorong. Aku tau pria itu, beliau adalah wakil kepala akademi, Frederick Zielman.
"Hmmm, Alan toh, apa kamu ada perlu dengan kepala akademi ? terlebih kamu membawa seorang murid hari ini," ucap tuan Frederick.
"Ah iya, tuan Frederick. Kepala akademi meminta saya untuk membawa murid ini ke hadapannya," ucap tuan Alan.
"Hmmm kamu ini Rid Archie ya ?," tanya tuan Frederick.
"Iya, tuan. Bagaimana tuan bisa kenal dengan saya padahal kita tidak pernah mengobrol sebelumnya," ucapku.
"Aku selalu memperhatikan murid-murid berbakat di akademi ini. Jadi mana mungkin aku tidak tahu," ucap tuan Frederick.
"Begitu ya, suatu kehormatan bisa dikenal dan diingat oleh anda, tuan," ucapku sambil menunduk.
"Hahaha sudah sudah, kalau begitu kalian lanjut saja untuk bertemu dengan kepala akademi. Aku juga ingin keluar sebentar," ucap tuan Frederick.
"Baik, tuan," ucap tuan Alan.
Tuan Frederick pun pergi menuju tangga dan kami pun melanjutkan jalan menuju ruangan kepala akademi. Dan akhirnya kami pun sampai di depan pintu ruangan kepala akademi.
*Tok *Tok *Tok
Tuan Alan mengetuk pintu ruangan terlebih dahulu.
"Iya ?," ucap nona Karina dari dalam.
"Ini saya Alan, nona. Saya membawa Rid Archie," ucap tuan Alan.
"Suruh dia masuk," ucap nona Karina.
"Baik," ucap tuan Alan.
Tuan Alan pun membukakan pintu dan mempersilahkan saya masuk. Aku pun masuk ke dalam ruangan itu dan terlihat nona Karina sedang duduk di meja kerjanya.
"Kamu boleh pergi, Alan. Terima kasih karena telah membawanya," ucap nona Karina.
"Sama-sama, nona," ucap tuan Alan.
Tuan Alan pun menutup pintunya lalu pergi.
"Maaf menanyakan ini, tapi ada perlu apa ya nona Karina denganku ? Tidak, tunggu sebentar.....nona Karina ?...," ucapku.
Aku baru menyadari sesuatu ketika masuk ke ruangan ini. Orang yang sedang duduk dihadapanku memang terlihat seperti nona Karina. Namun auranya sangat berbeda dengan nona Karina yang aku kenal.
".....anda siapa ?," tanyaku.
'Nona Karina' pun tersenyum.
"Siapa sangka ternyata ada orang yang mengenali penyamaranku ini," ucap 'nona Karina'.
Wujud 'nona Karina' pun berubah menjadi sesosok wanita yang berambut pirang keemasan. Warna rambutnya sama seperti warna rambut Charles dan Chloe.
"Sesuai perkataan Karina, kamu itu adalah orang yang menarik padahal kamu hanyalah seorang murid disini," ucap wanita itu.
Wajah wanita itu mirip Chloe, bisa dibilang itu adalah Chloe versi dewasa.
"Ini adalah pertemuan pertama kita. Perkenalkan namaku adalah Kayana Estella San Fulgen, Ratu dari kerajaan ini," ucap wanita itu.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasiaPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...