Malam harinya di asramaku.
Aku dan Irene baru saja menyelesaikan makan malam bersama.
"Rid, kenapa tadi kamu dipanggil oleh kepala akademi ? apa yang kamu bicarakan dengan kepala akademi ? Maaf kalau aku rasanya seperti ingin tau tentang masalahmu," ucap Irene.
"Tidak apa-apa kok, aku dipanggil oleh kepala akademi karena beliau bilang beliau ingin lihat seperti apa aku ini. Mungkin beliau tertarik denganku karena kamu sendiri tau kan aku seperti apa selama ini," ucapku berbohong.
"Begitu ya, aku kira ada suatu hal yang terjadi," ucap Irene.
"Tidak ada kok," ucapku.
"Ngomong-ngomong, tadi sore aku merasakan tekanan aura yang sangat kuat, murid-murid lainnya pun juga merasakannya. Apa kamu tidak apa-apa Rid ?," tanya Irene.
"Maksudnya ?," tanyaku.
"Kamu sedang berbicara dengan kepala akademi kan saat itu terjadi ? dan dari yang kutahu, tekanan aura itu disebabkan oleh Kepala Akademi yang sedang sangat marah karena suatu hal. Aku yang berada jauh darinya saja merasakan tekanan yang kuat, apalagi kamu yang berada di dekatnya, makanya aku tanya apakah kamu tidak apa-apa ?," tanya Irene.
"Ah tidak apa-apa kok, tapi kamu benar, tekanannya itu kuat sekali," ucapku.
"Kok bisa nona Karina bikin alasan tidak masuk akal seperti ini ? aku meninggalkannya ketika dia sedang pusing memikirkan alasan tentang tekanan aura yang Yang Mulia Ratu buat dan inilah alasan yang dia buat," pikirku.
"Begitu ya. Ngomong-ngomong, karena sudah jam segini, aku mau pamit untuk kembali ke kamarku dulu, Rid," ucap Irene.
"Baiklah," ucapku.
Aku pun mengantarkan Irene ke depan pintu asramaku. Irene pun membuka pintu dan bersiap keluar dari asramaku.
"Selamat malam, Rid," ucap Irene.
"Selamat malam juga, Irene," ucapku.
Lalu Irene keluar dari asramaku dan menutup pintunya dari luar.
"Maafkan aku karena telah berbohong, Irene. Saat kamu mengajukan tawaran agar aku menjadi pasanganmu, sepertinya kamu tidak memikirkan tentang ada kemungkinan kalau aku akan diburu apabila menjadi pasanganmu. Jika aku menceritakan tentang ini sekarang, dia pasti akan merasa bersalah karena tidak memikirkan tentang ini dan akhirnya akan mengakhiri hubungan ini. Jadi lebih baik aku tidak menceritakan tentang hal ini kepadanya. Jika dugaan senior Nadine dan Yang Mulia Ratu benar, sepertinya ada seseorang yang ingin menjalankan rencana jahat dan menjadikan Irene sebagai kuncinya. Tentu saja aku yang merupakan pasangannya saat ini merupakan penghalang bagi mereka. Kapan kira-kira mereka akan datang menghampiriku ? Aku sangat menantikannya karena situasi ini bisa membuatku mendapatkan banyak pengalaman untuk merubah dunia ini nantinya," ucapku.
-
Sementara itu di waktu yang sama, di suatu tempat yang sedang diguyur hujan salju.
Terlihat seorang pria yang sedang duduk di tumpukan salju yang memenuhi tempat itu. Tiba-tiba saku celana pria itu mengeluarkan cahaya. Dia pun langsung mengecek saku celananya dan mengambil sesuatu yang mengeluarkan cahaya tersebut. Ternyata sesuatu yang diambil pria itu adalah sebuah kristal komunikasi. Lalu dia pun memegang kristal itu dan mulai berbicara.
"Halo, ada apa ayah ?," ucap pria itu.
"Halo, Asier. Akhirnya aku bisa menghubungimu, kemana saja kamu selama ini ?," ucap orang dibalik kristal komunikasi itu.
Orang dibalik kristal komunikasi itu adalah Duke San Lucia, Duke Louis. Sedangkan, pria yang dihubungi oleh Duke Louis adalah anak pertamanya, yaitu Asier Emerald San Lucia....
"Maaf ayah, sebelumnya aku sedang dalam tugas penjelajahan dan lupa untuk membawa kristal komunikasi untuk menghubungimu. Baru kemarin aku pulang dari misi ini," ucap Asier.
....Atau dia lebih dikenal sebagai Komandan Asier, Komandan Pasukan Prajurit "Frost Wolf", pasukan yang menangani pengawasan dan pertahanan di bagian barat kerajaan San Fulgen. Wilayah San Angela termasuk dalam wilayah penanganannya.
"Begitu ya, aku kira kamu tidak apa-apa. Tapi aku seperti mendengar suara hujan salju di tempatmu saat ini, apakah kamu sedang berada di San Lucia ?," tanya Duke Louis.
"Tidak, aku sedang berada di wilayah penjagaanku di San Angela," ucap Asier.
"Begitu ya, jangan terlalu berlebihan, Asier," ucap Duke Louis.
"Baik. Ngomong-ngomong, ada masalah apa sampai ayah menghubungiku malam-malam begini ? Sebelumnya kamu juga berusaha menghubungiku saat aku sedang menjalankan tugas," ucap Asier.
"Ah iya, aku cuma ingin memberitahumu kalau aku mendapatkan kabar dari Nadine di akademi. Nadine bilang kalau sekarang Irene telah mempunyai pasangan di akademi itu," ucap Duke Louis.
"Benarkah ?," tanya Asier.
"Iya itu benar, sepertinya kamu tidak percaya tentang ini," ucap Duke Louis.
"Ya mau bagaimana lagi, yang sedang kita bicarakan itu adalah Irene. Jadi aku sedikit terkejut ketika mendengar dia mempunyai pasangan. Tapi karena Irene sekarang sudah mempunyai pasangan, bukankah itu berarti Irene tidak perlu lagi mengikuti acara itu ?," tanya Asier.
"Ya, harusnya begitu. Tapi entah kenapa, Raja Albert memilih untuk tidak membatalkan acara itu meskipun dia tau kalau Irene saat ini mempunyai pasangan. Padahal acara itu saat ini hanya memiliki 1 peserta yaitu Amelia dari keluarga San Quentine," ucap Duke Louis.
"Sepertinya kecurigaan kita terhadap acara itu belum bisa hilang ya, ayah ?," tanya Asier.
"Ya kamu benar, maka dari itu aku tetap memintamu mewaspadai pergerakan aneh yang terjadi di wilayah San Angela, mungkin Duke San Angela melakukan sesuatu yang mencurigakan di wilayahnya sendiri," ucap Duke Louis.
"Kamu tidak perlu khawatir, ayah. Tanpa kamu suruh, aku selalu siaga melakukan pengawasan di wilayah komandoku sendiri. Tapi bagaimana dengan wilayah lain ?," tanya Asier.
"Tenang saja, untuk wilayah lain aku sudah menempatkan mata-mata di tiap pasukan yang menjaga wilayah-wilayah itu bahkan aku sudah menempatkan beberapa di kediaman ketiga Duke tersebut," ucap Duke Louis.
"Kamu ternyata sudah bersiap-siap ya, ayah," ucap Asier.
"Tentu saja, siapa tau mereka merencanakan sesuatu yang rahasia dan acara itu merupakan tujuan rencana mereka. Daripada itu, apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang 'benda itu' ?," tanya Duke Louis.
"Sayangnya belum, ayah," ucap Asier.
"Begitu ya, ya sudah tidak apa-apa. Kalau begitu, aku sudahi du-," ucap Duke Louis.
Belum sempat Duke Louis menyelesaikan pembicaraannya, tiba-tiba terdengar suara orang yang berteriak.
"BRENGS*K, BERANINYA KAU MEMB*NUH SEMUA ANAK BUAHKU!!!," ucap seorang pria.
Pria itu berlari di antara tumpukan salju dan berniat untuk menyerang Asier dari belakang. Namun Asier dengan santai tetap memegang kristal komunikasi dengan 1 tangannya, sedangkan 1 tangannya dia bentuk seperti pose orang yang sedang menunjuk. Mulanya dia menunjuk ke depan namun dia langsung mengubah arah menunjuknya ke atas. Setelah itu, sebuah duri besar yang terbuat dari es muncul dari bawah pria itu lalu menusuk tubuhnya sampai tembus. Duri itu menjulang ke atas dan tubuh pria itu tersangkut di duri tersebut. Dar*h pun menyelimuti ujung duri yang besar itu. Suasana pun menjadi hening.
"Apa yang terjadi, Asier ? apakah kamu baru saja diserang oleh seseorang ?," tanya Duke Louis.
"Hanya sebuah gangguan kecil saja, ayah," ucap Asier.
"Begitu ya. Aku tidak tahu kalau kamu sedang dalam tugas, maafkan aku karena telah mengganggumu. Kalau begitu sudahi dulu obrolan kita ini, nanti aku akan menghubungimu lagi," ucap Duke Louis.
"Baik, ayah," ucap Asier.
Lalu kristal komunikasi itu pun berhenti bersinar. Asier yang semula duduk pun mulai bangun dan menatap pria yang tertusuk duri tersebut. Pria itu masih bergerak dan berusaha melepaskan diri dari duri tersebut meskipun tubuhnya sudah bersimbah dar*h karena lubang besar pada tubuhnya, mulutnya pun juga mengeluarkan dar*h.
"Rupanya kamu masih hidup, aku akan mempercepat kem*tianmu itu karena aku tidak suka menyiks* orang lain," ucap Asier.
Dia mengarahkan tangannya ke depan, dia mengarahkan tangan sambil mengepalkan tangannya. Lalu dia membuka kepalan tangan itu. Dan tiba-tiba, tubuh pria itu ditusuk oleh banyak duri-duri kecil yang berasal dari duri besar yang menusuknya. Membuat tubuh pria itu dipenuhi oleh banyak lubang akibat duri-duri kecil tersebut. Pria itu pun langsung t*was.
Tak lama setelah itu, datang seorang perempuan ke tempat itu.
"Ternyata kamu ada disini, komandan," ucap perempuan itu.
"Sara ya ? Aku tidak menyangka kamu bisa menemukanku," ucap Asier.
Perempuan yang menemui Asier bernama Sara Veldavana, Wakil Komandan Pasukan "Frost Wolf".
"Karena salju di tempat ini sangat mencolok. Saat ini bukan musim dingin dan lagi ini bukan di San Lucia, mana mungkin ada salju di tempat ini. Aku tau kalau salju ini berasal dari kekuatanmu. Jadi, siapa pria yang tew*s dengan mengenaskan tersebut ?," tanya Sara sambil melihat pria yang masih tersangkut di duri besar tersebut.
"Ketua dari kelompok yang aku serang ini," ucap Asier.
"Ketua ? lalu dimana anak buahnya ?," tanya Sara.
"Lihatlah sekelilingmu dengan teliti," ucap Asier.
Sara pun mulai melihat ke sekitarnya, agak sulit untuk melihat dengan jelas karena hujan salju ini mengurangi pandangan. Namun akhirnya dia bisa melihatnya, ada banyak orang yang m*ti karena membeku. Mereka semua m*ti terjebak di dalam es.
"Begitu, jadi kamu menghabisi mereka semua ya. Aku tidak menyangka kalau kamu sendiri yang datang kesini padahal kamu punya anak buah yang bisa kamu suruh. Yah terserah lah, jadi apakah kelompok ini ada hubungannya dengan 'organisasi itu' ?," tanya Sara.
"Tidak ada, mereka hanyalah sekelompok bandit biasa. Aku tidak mendapatkan info apapun tentang 'organisasi itu' dari mereka," ucap Asier.
"Begitu ya. Ya sudah kalau begitu mari kita kembali ke markas, komandan. Banyak anak buahmu yang sedang mencarimu. Tinggalkan saja mayat mereka disini, nanti juga dimakan oleh hewan buas disekitar sini," ucap Sara.
"Baiklah," ucap Asier.
Lalu mereka berdua pun berjalan kembali ke markas mereka. Di sepanjang jalan, Asier terlihat sedang memikirkan sesuatu.
"Jadi Irene sudah mempunyai pasangan ya ? Aku penasaran siapa orang yang menjadi pasangannya ini," pikir Asier.
-Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Peace Hunter
FantasiPerhatian kepada semua pembaca : Sebelum membaca novel saya ini, saya ingin menginformasikan kalau novel saya ini alurnya agak lambat, jadi mungkin ada beberapa pembaca yang kurang suka dengan novel saya ini. Meski begitu, saya berterima kasih kepad...