Chapter 78 : Keributan di Perpustakaan

9 2 0
                                    


"Darimana asalnya suara itu ?," ucap Leandra.
Aku dan Leandra pun mulai mencari asal suara lirih tersebut. Kami mencari di sekitar lantai perpustakaan paling bawah. Sampai akhirnya kami menemukan asal suara tersebut. Di sudut ruangan yang tertutupi oleh rak-rak buku, ada seorang murid laki-laki yang terbaring di lantai dan sedang dikerumuni oleh murid laki-laki lainnya. Murid-murid yang mengelilingi laki-laki itu berjumlah 4 orang.
"Sebuah pembullyan atau sebuah pemerasan ?," ucapku.
"Lebih baik kita mendekat sedikit lagi untuk mendengarkan apa yang sedang mereka bicarakan, Rid," ucap Leandra.
"Baiklah," ucapku.
Kami berdua pun perlahan mendekat untuk mengetahui apa yang sebenarnya dilakukan murid-murid itu.
"Tolonggg, jangan lakukan itu....," ucap laki-laki yang terbaring itu.
"Hahaha tidak peduli berapa kali pun kami meminta tolong, tidak akan ada yang mendengarnu," ucap salah satu murid yang mengerumuni laki-laki itu.
"Mana uangmu, rakyat jelata sepertimu tidak pantas memegang uang sebanyak itu," ucap salah satu murid yang lainnya.
"Tolong.....jangan lakukan itu......uang itu untuk.....keperluan sehari-hariku," ucap laki-laki yang terbaring itu.
"Lebih baik kau tidak usah banyak bac*t dan serahkan uang itu," ucap salah satu laki-laki lainnya yang kemudian langsung menendang laki-laki yang terbaring itu.
"Ughhhhh," laki-laki yang terbaring itu meringis kesakitan.
"Ternyata benar kalau itu adalah sebuah pemerasan," ucapku.
"Padahal akademi ini melarang tindakan seperti ini tapi masih ada saja yang melakukannya," ucap Leandra.
"Akademi memang melarang tindakan seperti itu dan pasti akan dihukum apabila ketahuan oleh akademi. Namun, jika tidak ketahuan maka hukuman dari akademi tidak akan pernah berlaku," ucapku.
Aku melihat lencana salah satu murid yang memeras murid laki-laki yang terbaring itu. Dan itu merupakan lencana emas yang berarti dia merupakan murid tahun ketiga. Sedangkan untuk yang lainnya aku tidak melihatnya karena posisi mereka membelakangiku sehingga aku tidak dapat melihat lencana murid yang lainnya.
"Aku akan menghentikan mereka," ucapku.
"Apa kamu serius Rid ? dilihat dari lencana salah satu dari mereka, mereka itu adalah murid tahun ketiga," ucap Leandra yang juga melihat lencana salah satu dari mereka.
"Tidak apa-apa. Saat mereka menyebut laki-laki yang terbaring itu sebagai rakyat jelata, aku menyadari kalau mereka kemungkinan adalah bangsawan. Sudah kejadian umum di kerajaan ini dimana para bangsawan kadang menindas rakyat jelata. Dan aku sudah muak melihat itu. Ketika melihat kejadian seperti ini di depanku, mana mungkin aku akan diam saja," ucapku.
Kemudian aku bergegas pergi menuju mereka.
"Hehehe sepertinya uang dari rakyat jelata ini lumayan banyak. Rakyat jelata tidak seharusnya memegang uang sebanyak ini," ucap salah satu murid yang sudah berhasil mengambil kantong uang milik laki-laki yang terbaring itu.
"Jangan kau adukan ini kepada siapapun atau kamu akan kami habisi, mengerti ?" ucap murid yang lainnya.
"Ughhhh," murid laki-laki yang terbaring itu masih meringis kesakitan.
Aku perlahan berjalan mendekati mereka dan mulai berbicara.
"Hooo kalau misalnya aku yang mengadukan tentang ini, kira-kira apa yang akan terjadi kepadaku ?," tanyaku kepada mereka.
Mereka berempat pun terkejut dengan kehadiranku yang tiba-tiba.
"Siapa anak ini ?,"
"Apa kamu mendengar percakapan kami ?," ucap murid-murid itu.
Setelah keempat murid-murid itu menatap ke arahku, aku pun mengetahui kalau keempat murid itu merupakan murid tahun ketiga karena mereka semua mengenakan lencana emas.
"Benar, aku mendengar ucapan kalian yang sedang memeras murid yang terbaring disana. Sesuai yang kutanyakan tadi, kalau aku mengadukan tentang ini kepada akademi, apa yang akan terjadi kepadaku ?," tanyaku.
"Kamu cukup bernyali juga ya, padahal kamu cuma murid tahun pertama," ucap salah satu murid yang mengetahui kalau aku murid tahun pertama dari lencana perungguku.
"Benar juga, dia mengenakan lencana perunggu,"
"Yang berarti dia adalah junior kita,"
"Lebih baik kau tidak usah sok keras sebagai junior disini," ucap murid-murid itu sambil mendekat ke arahku.
"Sudah cukup, Rid. Bukannya lebih baik kita tidak mencari masalah dengan mereka ? Mereka ber 4 itu murid tahun ketiga loh," ucap Leandra yang tiba-tiba menghampiriku.
"Tidak apa-apa Lea, lebih baik kamu saja yang pergi menjauh darisini," ucapku kepada Leandra.
"Telinga panjang itu, apa dia ras Elf ?," ucap salah satu murid itu.
"Sepertinya benar, dan dilihat dari lencananya itu sepertinya dia murid tahun pertama juga,"
"Apa yang ras elf lakukan di akademi ini ?,"
"Bisa-bisanya akademi ini mengizinkan budak untuk menjadi murid disini," ucap murid-murid yang lainnya.
Aku sedikit kesal mendengar omongan mereka.
"Hei junior, apa budak elf itu milikmu ? enak sekali ya bisa punya budak cantik sepertinya, tapi bukannya akademi ini tidak memperbolehkan untuk membawa budak ? atau kamu sampai rela untuk menjadikan budakmu sebagai murid agar kamu bisa berduaan dengannya di akademi ini ? Pasti kamu selalu dilayani oleh budak elfmu ini setiap malam," ucap salah satu murid tersebut.
Sementara itu, ketiga temannya yang lain hanya tertawa. Leandra hanya diam saja di belakangku tapi aku bisa tau kalau dia sedang merasa ketakutan karena dibilang seperti itu.
"Hei junior, bagaimana kalau kamu meminjamkan budak elfmu itu kepada kami dan kami berjanji akan melupakan tentang kamu yang melihat perbuatan kami tadi. Tenang saja, selama budak elfmu kami pinjam, kami akan merawatnya dengan ba-," ucap murid laki-laki itu.
Tapi aku keburu menendangnya sampai terpental menghantam rak buku di belakangnya sebelum dia sempat menyelesaikan perkataannya itu.
*DUMMM
Terdengar bunyi yang lumayan keras di perpustakaan itu ketika murid itu menghantam rak buku.
"Charlos!!! Kep*rat kau," ucap salah satu temannya.
"Heee jadi namanya Charlos ya, yah aku tidak peduli dengan namanya sih. Dia terlalu banyak bicara jadi aku menendangnya agar dia berhenti bicara. Beraninya dia menyebut temanku ini sebagai budak," ucapku.
"Tunggu apa lagi, ayo kita hajar dia," ucap salah satu dari ketiga murid itu.
Lalu mereka bertiga pun datang untuk menghajarku. Tapi aku dengan mudah menghindari pukulan atau tendangan yang mereka lancarkan kepadaku.
"Sepertinya mereka tahu sedang berada dimana mereka ini makanya mereka tidak memakai sihir di tempat ini," pikirku.
Selagi menghindari pukulan dan tendangan mereka, aku juga melayangkan pukulan dan tendangan kepada mereka satu persatu. Karena kehebohan ini, banyak murid di perpustakaan yang mendekat ke arah kami untuk melihat apa yang terjadi.
"S-si*lan, kepar*t itu beraninya dia menendangku sampai terpental seperti ini," ucap murid yang bernama Charlos itu.
"Aku akan membunuhmu," ucap Charlos sambil memegang pedang yang dia bawa.
Aku terus menghindari pukulan dan tendangan yang dilancarkan ketiga murid itu sambil menyerang balik mereka ketika ada kesempatan. Tiba-tiba, Charlos melesat dengan cepat ke arahku.
"Matilah!," ucap Charlos sambil mengayunkan pedangnya.
*DOR
Tiba-tiba terdengar suara tembakan dan saat itu juga pedang Charlos terlepas dari genggamannya. Charlos pun langsung berhenti ketika pedangnya terlepas dari genggamannya.
"Apa yang sedang kalian lakukan ? kalian membuat keributan di perpustakaan ini," ucap seorang perempuan.
"Dia....," ucapku.
"Nona Nadine," ucap Leandra.
Ternyata perempuan itu adalah Nadine Emerald, dia sedang berada di lantai teratas perpustakaan dan sambil memegang senapan tangannya yang mini.
"Dia menembak dengan senapan itu dari lantai atas dan berhasil mengenai pedang murid itu yang mengakibatkan pedangnya terlepas dari tangannya. Akurasinya sungguh luar biasa," pikirku.
Lalu senior Nadine langsung terjun dari lantai teratas ke lantai terbawah tempat kami berada.
"Apa yang terjadi disini ?," ucap senior Nadine.
"Elevrad ya, lebih baik kau tidak usah ikut campur dengan urusan kami. Kami cuma ada urusan dengan junior tahun pertama itu karena telah mengganggu urusan kami," ucap murid yang bernama Charlos itu.
"Begitu ya," ucap senior Nadine sambil melihat ke sekitar dan dia melihat murid laki-laki yang sedang terbaring kesakitan.
"Tapi ini adalah tugasku sebagai Elevrad untuk menegakkan peraturan di akademi ini," ucap senior Nadine.
"Sudah kubilang kalau jangan ikut campur bukan ? kau mungkin adalah anggota Elevrad, tapi kau itu cuma murid tahun kedua. Kau itu satu tingkat dibawah kami. Kalau kau bersikeras untuk ikut campur, kau juga akan aku hajar," ucap Charlos.
"Hmm begitu ya, aku akan dihajar kalau ikut campur. Tapi....," ucap senior Nadine.
Tiba-tiba dia bergerak dengan cepat dan langsung muncul di belakang Charlos. Senior Nadine langsung menodongkan senapan mininya itu ke kepala Charlos.
"Lebih baik kamu tidak berusaha melakukan itu atau kepalamu akan kubuat berlubang dengan senapan ini," ucap senior Nadine.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang