Chapter 41 : Dua Pangeran

7 2 0
                                    

"Rid Archie,..... ada yang ingin kubicarakan denganmu," ucap putri Irene.
"Ada yang mau dibicarakan denganku ? apa itu ?," tanyaku.
Ketika putri Irene hendak melanjutkan pembicaraannya, terdengar suara pintu yang mau dibuka dari belakangku.
"......Tidak jadi. Silahkan lanjutkan kegiatanmu," ucap putri Irene.
Setelah itu, putri Irene bergegas masuk ke dalam kamarnya.
"Pagi, Rid. Apa yang kamu lakukan disini pagi-pagi begini ?," ucap Charles.
Ternyata yang membuka pintu di belakangku adalah Charles. Dia baru keluar dari kamarnya. Dia mengenakan pakaian casual yang mungkin membuat orang tidak menyadari jika dia adalah pangeran di kerajaan ini.
"Tadi aku juga sekilas melihat putri Irene masuk ke dalam kamarnya. Apa ada yang kamu bicarakan dengan dia ?," lanjut Charles.
"Tidak ada, saat aku keluar dari kamarku kebetulan ada putri Irene di depan kamarnya. Jadi aku memutuskan menyapanya. Tadi kamu menanyakan apa yang ku lakukan pagi-pagi begini kan ? aku berencana untuk jalan-jalan pagi sambil melihat-lihat, kalau kamu sendiri ?," ucapku.
"Aku juga berencana untuk jalan-jalan pagi, sekalian olahraga kecil. Saat aku masih tinggal di istana, aku rutin untuk melakukan ini. Olahraga sangat bagus untuk meningkatkan kapasitas mana," ucap Charles.
"Kamu benar, kalau begitu bagaimana kalau kita jalan pagi bareng saja ?," ucapku.
"Ide bagus," ucap Charles.
"Sepertinya kali ini tidak perlu mengajak Noa dan Chloe dulu, sepertinya mereka masih tertidur di kamarnya," ucapku.
"Kamu benar, aku juga tidak mau membangunkan Chloe. Takutnya dia masih istirahat. Kalau begitu yuk kita pergi," ucap Charles.
Aku sejenak menatap pintu kamar putri Irene.
"Dia sepertinya mau membicarakan sesuatu padaku tapi tidak jadi karena ada Charles yang datang. Kira-kira apa yang ingin dia bicarakan padaku," pikirku.
Setelah itu kami pun segera turun ke bawah dan berjalan menuju luar komplek asrama. Karena asrama kami berada di bangunan yang paling belakang, jadi jika ingin keluar komplek asrama pasti melewati bangunan di depannya. Di setiap asrama yang kami lewati, kami melihat murid yang sedang berbicara dengan murid yang lainnya atau yang sedang melakukan latihan ringan. Ketika kami hendak melewati gerbang asrama, terdapat 5 murid perempuan yang sedang berkumpul di gerbang asrama. Murid tersebut nampak terkejut melihat kehadiran kami atau mungkin karena melihat kehadiran Charles.
"Ah pangeran, selamat pagi," ucap salah satu murid tersebut.
"Selamat pagi, pangeran," ucap murid yang lainnya.
"Selamat pagi, juga," ucap Charles.
"Pagi-pagi begini, pangeran mau kemana ?," tanya salah satu murid tersebut.
"Aku hanya pergi jalan-jalan pagi saja. Aku bosan hanya di asrama. Selain itu, tolong jangan panggil aku dengan pangeran di akademi ini. Walaupun di luar sana status kita berbeda, tapi disini status kita sama yaitu sebagai murid," ucap Charles.
"E-eh tapi aku jadi tidak enak kalau memanggil pangeran hanya dengan nama," ucap salah satu murid tersebut.
"Aku juga tidak enak," ucap murid yang lainnya.
"Ya sudah itu terserah kalian, aku tidak akan memaksanya," ucap Charles.
"Baiklah," ucap mereka.
"Rid juga, selamat pagi,"
"Selamat pagi, Rid," ucap mereka.
"Selamat pagi juga," ucapku.
Di luar dugaan, mereka juga mengucapkan selamat pagi kepadaku.
"Sepertinya kamu menjadi terkenal, Rid," ledek Charles.
"Walaupun aku menjadi terkenal, itu tidak bisa dibandingkan denganmu," ucapku.
"Memang benar, kalau akhir-akhir ini Rid menjadi populer bahkan di kalangan perempuan. Banyak yang membicarakan kamu setelah kamu mengalahkan Javier dan bahkan berhasil mendapatkan poin sempurna di setiap ujian," ucap salah satu murid tersebut.
"Begitu ya, aku baru tahu akan hal itu," ucapku.
"Dan lagi, banyak murid perempuan lain yang menganggap kalau kamu itu tampan bahkan lebih tampan dari pangeran. Setelah diperhatikan, sepertinya perkataan mereka benar," ucap murid yang lainnya.
Mereka semua pun mulai memperhatikanku.
"Kamu benar, e-eh maaf pangeran bukan berarti kami disini membandingkan tampang kamu dengan Rid," ucap salah satu murid tersebut
"Hahahaha tidak apa-apa, santai saja," ucap Charles.
"Selain tampan, ada yang bilang juga kalau kamu itu mirip seorang pangeran. Pangeran dari negeri lain mungkin ? Tapi jika ada yang bilang kalau kamu itu mirip seorang pangeran, ku pikir itu tidak salah. Setelah melihat kalian jalan berdua tadi, entah kenapa nuansanya seperti melihat dua pangeran sedang berjalan," ucap salah satu murid tersebut.
"Aku seorang pangeran ? mana mungkin, aku bahkan bukan seorang bangsawan. Aku hanyalah seorang rakyat biasa. Tapi jika kalian menganggap aku begitu ya terserah kalian saja," ucapku.
"Ya lagipula itu cuma pendapat orang-orang saja. Ah maaf ya dengan obrolan kami barusan jadi menahan kalian untuk jalan-jalan pagi," ucap salah satu murid tersebut.
"Tidak apa-apa kok," ucap Charles.
"Benar, tidak apa-apa. Lagipula kita sesama murid akademi ini, wajar kalau harus berkomunikasi dan berbincang walaupun hanya perbincangan kecil," ucapku.
"B-baiklah kalau begitu. Rid dan Pangeran silahkan lanjutkan saja jalan paginya," ucap salah satu murid tersebut.
"Baiklah, kami permisi dulu," ucap Charles.
Kami pun segera pergi keluar komplek asrama. Kami berniat untuk pergi ke air mancur di depan lobi akademi.
"Aku tidak menyangka kalau banyak yang membicarakan diriku tanpa sepengetahuanku," ucapku.
"Bukankah itu hal yang wajar ? mereka sedang membicarakan orang yang mendapatkan peringkat 1 di ujian masuk akademi. Justru tidak wajar jika mereka tidak membicarakannya. Tapi justru aku senang, setidaknya bukan aku saja yang populer di akademi ini," ucap Charles.
"Sebenarnya aku tidak mau menjadi populer tapi karena aku berniat untuk serius di ujian masuk tadi, sepertinya aku tidak punya pilihan. Ke depannya pun aku akan berusaha dengan serius," ucapku.
"Aku juga," ucap Charles.
Setelah itu kami pun sampai di air mancur di depan lobi. Kami berdua melakukan pemanasan kecil di tempat tersebut.
"Hei Rid, bagaimana kalau kita tanding lari," uch Charles.
"Tanding lari ? aku tidak masalah sih," ucapku.
"Aku ingin sekali bertanding denganmu, aku berterima kasih karena kamu menerimanya. Kita tanding lari dari air mancur ini sampai ke depan gerbang depan Akademi lalu kembali lagi ke air mancur ini, bagaimana ?," ucap Charles.
"Baiklah, apakah tandingnya menggunakan ~Speed Boost~ atau tidak ?," tanyaku.
"Tidak, kita akan tanding lari dengan kecepatan kita sendiri tanpa menggunakan Boost," ucap Charles.
"Baiklah kalau begitu," ucapku.
Kami pun bersiap untuk bertanding. Kami berdua mengambil ancang-ancang untuk berlari.
"3, 2, 1," ucap Charles yang mengambil aba-aba.
Setelah itu kami berdua pun langsung berlari sekuat tenaga menuju gerbang depan Akademi. Jarak antara air mancur dengan gerbang depan Akademi sekitar 200-250 meter. Aku berlari sekencang kencangnya meninggalkan Charles di belakangku. Penjaga yang menjaga gerbang kaget melihat kami berdua yang berlari ke arah mereka.
"Eh, Eh apa yang terjadi ? Ada pangeran juga ? kenapa kalian berlari," ucap mereka.
Aku pun sampai lebih dulu di gerbang depan Akademi, lalu aku menjelaskannya ke penjaga itu.
"Tidak ada-apa, kami hanya sedang bertanding lari," ucapku.
"Oh begitu ya, aku kira ada keadaan yang genting," ucap penjaga tersebut.
Penjaga tersebut berbeda dengan penjaga saat aku pertama kali datang kesini.
Setelah menjelaskannya kepada penjaga itu, aku berbalik dan berlari kembali menuju air mancur tadi. Aku berlari melewati Charles yang masih berlari menuju gerbang depan. Aku berlari sekencang kencangnya sampai akhirnya aku sampai kembali di air mancur tadi. Setelah sekitar 15-20 detik kemudian, barulah Charles tiba di air mancur.
"Hah...Hah....Hah, aku tidak percaya kamu secepat itu Rid. Bahkan tanpa memakai boost. Kamu bahkan tidak terlihat kelelahan setelah berlari sekencang itu," ucap Charles yang lelah setelah berlari.
"Begitukah ? Mungkin karena sebelum masuk akademi ini, aku sudah sering berlatih untuk memperkuat fisikku termasuk melatih kecepatanku," ucapku.
"Begitu ya, sepertinya di pertandingan ini aku kalah telak," ucap Charles.
Setelah itu, kami pun beristirahat di tangga masuk menuju lobi. Aku menoleh ke sebelah kiri dan melihat banyak peserta yang sebelumnya berjalan membawa barang bawaan mereka. Mereka adalah peserta yang gagal di ujian masuk akademi.
"Sepertinya ini saatnya mereka untuk pulang ke rumah mereka masing-masing," ucap Charles yang juga melihat mereka.
"Ya, kamu benar," ucapku.
Mereka membawa barang bawaan mereka dan berjalan menuju gerbang akademi. Ada yang berjalan sambil bersedih dan ada juga yang berjalan sambil menunjukkan wajah yang tidak mau menyerah. Apapun itu, aku mendoakan agar mereka bisa lolos untuk masuk ke akademi ini tahun depan. Dan bagi mereka yang sudah kehilangan kesempatan terakhirnya, aku harap mereka menemukan jalan yang baru.
"Ngomong-ngomong Charles, apakah kamu sudah sarapan ?," tanyaku.
"Sarapan ? Belum, kalau kamu Rid ?," tanya Charles kembali.
"Aku juga belum. Aku ingin sarapan tapi tidak tahu bagaimana caranya. Jika ingin membuat sendiri atau membelinya, setidaknya aku memerlukan uang untuk membeli bahan-bahannya atau makanannya. Dan aku menyadari kalau aku tidak membawa uang sedikitpun," ucapku.
"Kalau uang, aku bawa kok. Nanti akan aku belikan kalau kamu mau membelinya di pasar," ucap Charles.
"Terima kasih, Charles. Tapi aku penasaran apakah kantin masih melayani makanan gratis. Pengawas sebelumnya bilang kalau kantin akan menyediakan makanan gratis ketika kita sedang belajar saat menjadi murid disana saja. Tapi saat ini kita belum menjadi murid karena belum diadakannya upacara penerimaan murid baru. Makanya aku ingin mengeceknya terlebih dahulu," ucapku.
"Begitu ya, kalau begitu aku ikut juga," ucap Charles.
Kami berdua pun segera bangkit dari duduk dan berjalan menuju lobi akademi. Tapi tiba-tiba ada suara seseorang yang memanggil kami.
"Rupanya kalian berdua ada disini," ucap orang itu.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang