Chapter 87 : Hell of Roses

7 2 0
                                    


~Hell of Roses, Exploding Roses~
*DUARRR *DUAAAR *DUAAAR
Terdengar rentetan suara ledakan dari mawar-mawar itu. Satu mawar saja mempunyai ledakan yang cukup dahsyat dengan suara ledakan yang cukup keras, apalagi jika yang meledak adalah belasan mawar yang meledak secara beruntun. Murid-murid yang menonton pun terkejut melihat ledakan-ledakan itu. Sementara itu, putri Amelia terlihat tersenyum dengan puas melihatku terjebak diantara mawar-mawar itu. Sampai akhirnya ledakan dari mawar-mawar itu pun terhenti dan membuat arena di penuhi oleh asap oleh ledakan itu.
"Ada apa Rid ? apa kamu sudah tumbang duluan ? padahal aku kira kamu bisa 'bersenang-senang' lebih dari ini ?," tanya putri Amelia.
"Tenang saja, aku belum tumbang, putri Amelia," ucapku dari balik asap itu.
~Flame Sword Art, Great Flame Slash~
Tanpa menunggu asap di arena menghilang, aku melancarkan tebasan api ke putri Amelia dari balik asap tersebut. Tebasan api itu pun mengarah ke putri Amelia. Tapi putri Amelia hanya tersenyum melihat itu.
~San Quentine Art, Hell Rose Slash~
Putri Amelia juga melancarkan tebasan ke arah tebasan apiku. Sebuah tebasan yang diselimuti oleh bunga-bunga mawar berwarna merah darah dan tebasan itupun menghantam tebasan apiku dan membuat tebasan apiku itu menghilang, begitupun dengan tebasan putri Amelia sendiri. Dan setelah itu, asap yang mengelilingi arena pun menghilang.
"Syukurlah kalau kamu belum tumbang Rid, soalnya sayang sekali kalau kamu cuma 'bersenang-senang' sebentar di kebun mawarku baru," ucap putri Amelia.
"Sepertinya kamu sangat senang ya putri ? padahal tadi kamu bilang tidak akan memaafkanku dengan ekspresi marah," ucapku.
"Aku marah ? mungkin kamu salah lihat, lihat ekspresiku ini, aku daritadi selalu tersenyum loh," ucap putri Amelia.
Memang sejak putri Amelia memakai sihir ~Hell of Roses~, dia selalu tersenyum. Tapi senyum yang dia tunjukkan adalah senyum yang menakutkan.
"Lebih baik kamu segera berpindah dari tempat itu, Rid. Soalnya mawar-mawarku akan tumbuh lagi," ucap putri Amelia.
Dan benar saja, mawar-mawar yang tadinya meledak dan hancur mulai tumbuh lagi menjadi mawar-mawar yang belum mekar. Yang artinya jika mawar ini mekar maka mawar ini akan meledak lagi.
Mengetahui itu, aku langsung bergerak dan kali ini aku langsung bergerak menuju putri Amelia.
"Kamu baik sekali, putri Amelia, sampai memberitahuku tentang itu," ucapku.
Tapi putri Amelia hanya tersenyum saja tanpa menanggapi perkataanku. Ketika aku sedang bergerak menuju putri Amelia, tiba-tiba ada sesuatu yang melesat dengan cepat dan hampir mengenai kepalaku. Tapi aku menyadari itu dan langsung menghindar.
"Apa itu ?," ucapku yang bingung.
Aku melihat ke sekitarku untuk mencari apa yang menyerangku tadi. Dan tiba-tiba, sesuatu itu mulai melesat kembali ke arah kepalaku tapi aku juga menghindari ini. Aku kembali melihat ke sekitar dan akhirnya aku menyadari sesuatu. Bunga-bunga mawar yang ada disekitarku semuanya mekar, tapi mereka semua menghadap ke arahku. Ketika aku memperhatikan salah satu mawar itu, tiba-tiba salah satu kelopaknya melesat dan menuju ke arahku. Aku yang melihat itu langsung menghindari itu.
"Jadi sesuatu yang mencoba menyerangku itu adalah kelopak dari mawar-mawar ini ?," pikirku.
"Sepertinya kamu sudah menyadarinya ya, Rid," ucap putri Amelia.
~Hell of Roses, Invasion of Rose Petals~
Mawar-mawar itu mulai meluncurkan kelopak-kelopak mawarnya. Dari yang awalnya mereka hanya meluncurkan satu persatu kelopak mawar ke arahku, kali ini mereka langsung sekaligus meluncurkan kelopak mawar itu. Aku pun berusaha menghindari tembakan kelopak-kelopak itu namun kemanapun aku bergerak, mawar-mawar itu tetap menembakkan kelopak-kelopak itu ke arahku.
"Kemanapun aku pergi, mawar-mawar ini selalu menembakkan kelopaknya ke arahku. Sepertinya aku harus membakar mawar-mawar ini meskipun nantinya akan tumbuh lagi. Tapi ini bisa mencegah mawar-mawar ini untuk menembakku untuk sementara," pikirku.
~Flame Sword Art, Great Flame Slash~
Aku melancarkan tebasan api yang besar ke arah mawar-mawar itu dan mawar-mawar itu pun terbakar sampai habis. Setelah mawar-mawar itu terbakar, aku tidak melewatkan kesempatan ini untuk bergerak kembali ke arah putri Amelia.
"Kenapa kamu terburu-buru begitu Rid ? ayo 'bersenang-senang' lagi," ucap putri Amelia.
Setelah mengatakan itu, tiba-tiba muncul batang mawar berukuran besar yang muncul dari tanah dan berusaha untuk melilitku. Namun aku dengan sigap menghindarinya, tapi batang mawar itu terus muncul dan berusaha untuk melilitku. Sampai akhirnya aku terjebak dan dikelilingi oleh batang-batang mawar berukuran besar itu. Batang-batang itu meliuk-liuk dan bersiap kapan saja untuk menyerangku. Apalagi batang-batang itu juga dikelilingi oleh duri-duri yang tajam. Jika berhasil dililit oleh batang itu, habis sudah.
~Hell of Roses, Torment of Rose Stems~
Batang-batang mawar itu pun perlahan mulai menyerangku satu persatu. Lalu aku menebas batang-batang itu dengan pedang apiku. Meskipun batang-batang mawar itu kutebas terus-terusan, tapi batang mawar yang tertebas itu langsung tumbuh lagi. Selain berusaha menyerangku layaknya sebuah cambuk ataupun berusaha melilit tubuhku, batang-batang mawar itu juga melesatkan duri-durinya ke arahku, namun aku berhasil menghindarinya. Setelah lelah berusaha menyerangku satu persatu, semua batang-batang mawar itu langsung menyerangku sekaligus. Aku yang berada di tengah kepungan batang-batang mawar itu seperti seekor tikus yang terjepit, setidaknya itu yang orang lain pikirkan.
~Flame Sword Art, Ring of Fire Slash~
Aku melancarkan tebasan dengan berputar seperti membentuk sebuah lingkaran. Batang-batang mawar yang mengelilingiku pun hangus terbakar, begitupun juga dengan bunga-bunga mawar yang ada. Melihatku yang sukses membakar seluruh batang-batang mawar itu, putri Amelia bertepuk tangan dan tersenyum.
*clap *clap *clap *clap
"Hebat sekali, Rid. Bahkan kamu berhasil melewati 3 jenis neraka mawar milikku. Namun......," ucap putri Amelia.
Saat putri Amelia berhenti berbicara, bunga-bunga mawar yang belum mekar dan yang sudah mekar serta batang-batang mawar yang besar mulai tumbuh kembali mengelilingiku.
".....Neraka ini belumlah berakhir meskipun kamu membakar semuanya," ucap putri Amelia.
"Teknikmu ini benar-benar merepotkan ya, putri Amelia. Tapi aku sudah bosan dengan permainanmu ini. Aku akan segera akhiri ini," ucapku.
"Mawar-mawar ini akan tumbuh lagi apabila ditebas ataupun dibakar, kalau begitu satu-satunya cara adalah membiarkan mawar-mawar itu tetap ada tapi sekaligus menahan mawar-mawar itu agar tidak bergerak dan menyerang. Sepertinya aku harus memakai sihir 'itu', walaupun ini akan membuat kehebohan pada murid lainnya karena aku bisa menggunakan sihir ini selain Irene. Di pertandingan ini membuatku tersadar kalau aku terlalu sombong dan menganggap semua pertandingan bisa ku selesaikan tanpa menggunakan sihir. Sepertinya aku harus membuang pikiranku tentang itu," pikirku.
"Kamu mau mengakhiri permainan ini ? bukan kamu yang menentukan itu, Rid, tapi aku yang menentukannya," ucap putri Amelia.
Setelah putri Amelia berkata seperti itu, mawar-mawar dan batang-batangnya yang berada di sekelilingku mulai menyerangku. Tapi aku dengan santai meletakkan satu tanganku ke lantai arena.
"Kamu kuat sekali, putri Amelia, sampai membuatku harus menggunakan sihir ini. Aku tidak menyesal masuk ke akademi ini karena bisa melawan orang-orang kuat seperti dirimu," ucapku.
Sebelum serangan mawar-mawar dan batang-batang mawarnya mengenaiku, aku mengaktifkan sihirku.
~Ice Magic, Full Frost~
Seluruh arena pun membeku terkena sihirku, begitupun dengan mawar-mawar yang ada di arena dan batang-batangnya yang hampir mengenaiku ini.
Murid-murid yang menonton pun terkejut melihat hal itu. Irene pun juga terkejut ketika melihat kalau aku bisa sihir es.
Putri Amelia yang sejak tadi tersenyum kini kehilangan senyumannya.
"Sihir es ? jadi kamu bisa menggunakan sihir itu juga ? Tapi apapun sihirmu itu tidak akan bisa menghentikan mawar-mawarku," ucap putri Amelia.
Putri Amelia berusaha menggerakkan mawar-mawar yang membeku itu, namun tidak bisa.
"Kenapa mawar-mawarku tidak mau bergerak ? Meskipun membeku, harusnya mereka bisa bergerak dan membebaskan diri dari es itu," ucap putri Amelia terkejut.
"Sepertinya kamu juga sudah terbiasa ya melawan pengguna sihir es, namun jangan anggap sihir esku itu sama dengan pengguna sihir es yang pernah kamu lawan sebelumnya. Sekarang saatnya mengakhiri ini," ucapku.
~Ice Skating~
Aku melesat ke arah putri Amelia dengan berseluncur di arena yang sudah menjadi es ini. Sementara itu, putri Amelia terus berusaha menggerakkan mawar-mawar yang membeku itu tetapi tidak bisa. Sebelum mendekati putri Amelia, aku bersiap untuk melancarkan suatu teknik
~Ice Magic, Frozen Sword~
Aku mengubah pedangku yang sebelumnya adalah pedang api menjadi pedang es yang membeku. Irene yang melihat itupun terkejut.
"Teknik itu, jangan-jangan...," pikir Irene.
Aku sudah berulang kali latih tanding melawan Irene dan sering menghadapi tekniknya itu, jadi bisa dibilang aku sudah mempelajari tekniknya itu hanya dengan melihatnya.
"Maafkan aku, Irene. Aku pinjam dulu teknik keluargamu ini," ucapku.
Putri Amelia pun lama kelamaan menjadi kesal karena bunga-bunga mawar yang membeku itu tidak bergerak sama sekali.
"Tch, mawar-mawar ini tidak bisa diharapkan. Aku akan mengalahkanmu dengan rapierku ini," ucap putri Amelia.
Putri Amelia juga mendekat ke arahku. Lalu dia pun melancarkan serangan.
~San Quentine Art, Hell Rose Slash~
Aku pun juga membalas serangannya itu.
~San Lucia Art, Freezing Air Slash~
Senjata kami pun saling beradu dan membuat gedung di akademi ini berguncang dengan cukup kuat. Tapi adu senjata ini tidak berlangsung lama, rapier milik putri Amelia mulai membeku karena seranganku. Putri Amelia pun terkejut melihat itu.
"Ini kemenanganku, putri Amelia," ucapku.
Aku berhasil memenangkan adu senjata itu dan membuat putri Amelia terhempas menghantam dinding arena di belakangnya.
*DUMMMM
Terdengar dentuman akibat putri Amelia yang menghantam dinding.
Rapier miliknya yang membeku pun terlepas dari tangannya dan jatuh ke lantai arena lalu hancur berkeping-keping. Setelah melancarkan tebasan itu, aku pun menatap dinding yang dihantam oleh putri Amelia.
"Meskipun hanya sebentar, aku cukup 'bersenang-senang' di neraka ciptaanmu itu, putri Amelia," ucapku.
-Bersambung

Peace HunterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang