Happy Reading
Jangan lupa vote and komen yah.
Maaf cerita ini ngaret sekali, wkwk.Sudah satu jam, Yuta duduk di sebelah ranjang Aruna. Pria itu setia menunggu adiknya siuman dari demam tinggi yang melandanya. Kasian gadis kecil itu, ia jauh-jauh ke Jepang untuk bertemu sang kakak. Tapi malah kakaknya acuh tak acuh, jujur perkataan Aruna terakhir kali sebelum gadis itu pergi dari rumah sakit membuat Yuta tertohok.
"Nyesel kan lo Bang?" sindir Haechan.
Yuta mendengus kesal. "Ya kan gue gak kepikiran Aruna bakalan sakit."
"Pokoknya semua salah lo Bang!" seru Haechan.
Yuta menghela napas pelan. "Iya, salah gue. Habis ini gue bakalan minta maaf sama Aruna."
Di sela keributan mereka, Yura masuk membawa dua porsi bubur ayam hangat.
"Sarapan dulu mendingan, ributnya nanti lagi." Wanita itu sudah berdamai dengan sifat menyebalkan suaminya. Jadi ia tidak takut menyela meski sedang ribut.
Haechan tampak tidak selera makan, sedangkan Yuta ia seperti orang kelaparan.
"Chan, makan dong. Kalau kamu gak makan nanti Aruna nya sedih loh." Yura menepuk pelan pundak Haechan, pria itu sudah seperti adik kandungnya sendiri.
Yuta memutar bola matanya malas. "Adeknya terus yang diperhatiin, suaminya enggak."
"Lagian sejak kapan sih kamu butuh perhatian aku?" tanya Yura.
Baiklah Yuta menyerah, ia memang selama ini egois karena menyimpan kesedihan dan melampiaskan pada istrinya.
"Yura, aku minta maaf. Selama ini selalu bersikap buruk sama kamu, aku menyesal. Dan aku gak mau anak kita tahu, betapa buruknya ayahnya ini. Aku harap anaknya selalu nganggep ibu dan ayahnya adalah orang yang paling baik menurut dia." Perkataan Yuta membuat Yura dan Haechan terdiam.
Sementara Haechan menghabiskan buburnya, Yura keluar dari ruangan. Wanita itu masih butuh waktu untuk merenungi perminta maafan Yuta barusan. Menurutnya benar - benar terlalu tiba-tiba.
Chan, kamu dimana?
Chan...
Aruna terlihat menggigau, bahkan gigauan pertamanya adalah Haechan. Yuta segera keluar dari ruangan. Memberi para adiknya waktu untuk berdua dahulu kala Aruna terlihat sudah siuman.
"Runa, aku disini." Tangannya menggenggam sisi tangan Aruna yang tidak diinfus. Haechan duduk di sebelah ranjang gadis itu, mencoba untuk menenangkan Aruna.
Pandangan keduanya bertemu, wajah pucat Aruna tersenyum lembut. "Aku kok dirumah sakit Chan, emang aku sakit apa?" tanya Aruna heran.
"Kamu demam tinggi, Runa. Kemarin Bang Yuta pas banget ke hotel dan dia nyaranin buat kamu ke rumah sakit aja. Dia bahkan yang pasangin kamu infus dan periksa kamu juga."
KAMU SEDANG MEMBACA
NCT DREAM SPECIAL FAMILY
Fiksi PenggemarNCT DREAM SPECIAL FAMILY 21+ @zdr_1000le