Happy Reading
Beberapa bulan kemudian...
"Chan, kamu boleh pilih apapun kesukaanmu. Gak harus jadi dokter kaya aku." Aruna menatap Haechan bersungguh-sungguh saat hari pertama orientasi masuk perkuliahan.
"Apaan, aku jadi dokter karena aku suka kok. Akukan juga pinter." Seperti biasa Haechan tidak mau merendah, ia merangkul Aruna berjalan masuk ke kantin kampus.
Aruna terkekeh. "Iya deh, Haechan kan emang pinter."
"Bener, kamu harus mengakuinya Runa. Aku ini emang pinter dan aku pasti bisa bikin kamu bangga sama aku."
Runa sampai tersedak saat ia meminum es jeruknya. "Haechan, kamu gak perlu bilang gitu. Aku selalu bangga sama kamu."
Berbeda dengan Aruna yang menatap Haechan dengan serius, Haechan malah menatap Aruna dengan sedih.
"Janji, kamu gak bakalan ninggalin aku?" Haechan mengulurkan jari kelingkingnya.
Aruna tertawa, ia dengan mudah mengangkat kelingking kanannya dan membalas tautan kelingking Haechan. "Kamu kenapa jadi sedih gini? Aku gak mungkin ninggalin kamu lah Chan."
"Kamu itu rumahku," lanjut Aruna.
Hari perkuliahan pertama terjalani dengan lancar. Masa orientasi mereka berjalan selama tiga hari. Dan selama tiga hari itu, sungguh Haechan benar-benar possesif pada Aruna seperti biasanya. Ia bahkan tidak membiarkan Aruna tersenggol oleh teman pria sedetikpun.
Tidak hanya itu, ia juga sering memanipulasi dan tidak membiarkan Aruna jauh-jauh darinya. Seperti pada hari ini. Dimana ada tugas kelompok dan kebetulan Aruna mendapat tugas dengan Renjun sementara Haechan dengan pacarnya Renjun, yaitu Nara.
"Njun, tukeran yok. Lo sama pacar, gue sama Aruna. Mau?"
Renjun menghela napas pelan. "Lo bahkan lebih serem dari orang yang udah pacaran Chan." Pria berwajah china segar itu berdiri dari tempat duduk kemudian memanggil pacarnya.
"Nara, seperti biasa." Nara yang tengah berbicara dengan Aruna pun mengalihkan atensinya pada Renjun. Ia tertawa sejenak sebelum akhirnya membuntuti Renjun dan melambaikan tangan pada Aruna.
Haechan sangat puas karena keinginannya tercapai. Ia merentangkan kedua tangannya sambil menghela napas girang.
"Runaaa, nanti enaknya belajar dimana ya?"
Beberapa detik setelah terdiam, Aruna baru menangkap situasi yang terjadi.
"Kamu tukeran lagi sama Renjun?"