Happy Reading
"Runa, kamu mau kemana?" tanya Haechan saat ia melihat Aruna menggendong tas keluar rumah. Gadis itu membalikkan tubuhnya, sejenak menatap Haechan dan tersenyum.
"Aku boleh pergi dulu gak?" tanya Aruna dengan suara mengambang.
Haechan mengerutkan kening. Ia tidak tahu mengapa ketika ia hendak beranjak dari sofa untuk mendekati Aruna, tubuhnya terasa berat dan tak bisa digerakkan.
"Jangan halangi aku lagi, Chan. Aku mau pergi sebentar. Setidaknya kamu kasih aku waktu buat selesain masalahku sendiri."
"Kenapa kamu gak mau dibantu Runa? Diluar sana bahaya." Haechan masih berusaha berdiri dari sofa ruang tamu. Ia benar-benar kesal mengapa tubuhnya sulit bergerak. Sedangkan Aruna sudah mulai memasang sepatu di kakinya.
"Aku udah dewasa, Chan. Lagi pula siapa yang peduli soal bahaya ketika dia sendiri belum bisa menemukan teka-tekinya? Aku pergi dulu Chan, maaf." Aruna menunduk, air matanya menetes pelan. Ia menghapusnya kemudian melambaikan tangan pada Haechan.
"Sampai kapanpun, kamu bakalan jadi rumahku. Aku bakalan balik lagi Chan." Aruna tersenyum kemudian melangkah pergi.
"Runaaaa! Kamu tega ninggalin aku?"
Aruna tidak mempedulikan panggilan dan teriakan Haechan yang seperti orang kesetanan. Sebab untuk bergerak saja Haechan tak mampu, seluruh tubuhnya mendadak kaku.
"Aruna!" seru Haechan.
"Aruna!"
Mendadak Haechan membuka matanya, dahinya berkeringat dan kepalanya sangat pusing. Ia menatap sekeliling, ternyata ia dikamarnya. Masih di atas kasur dengan baju tidur bergambar sinchan. Bahkan di sebelahnya ada seorang gadis yang menatapnya khawatir sembari memegang handuk kecil yang tampak basah oleh air.
"Aruna!" seru Haechan. Ia langsung memeluk erat sosok di samping ranjangnya. Ia kira tadi kenyataan, ternyata mimpi. Haechan bernapas lega, sedangkan Aruna keheranan. Sebenarnya apa yang terjadi dengan cowok ini.
"Kamu kenapa Chan? Kok teriak panggil namaku?" tanya Aruna sambil mengelus punggung Haechan perlahan.
"Aku mimpi, kamu mau pergi dan gak peduli lagi sama aku." Suara Haechan bernada sedih.
Aruna terkekeh. "Apaan coba? Kamu lupa berdoa sebelum tidur ya? Kamu demam Haechan, istirahat dulu. Hari ini gak usah berangkat kuliah."
Haechan melonggarkan pelukannya. "Kamu berangkat kuliah gak?" tanya Haechan.
Aruna menggeleng. "Hari ini ibu dan nenek pergi dari pagi buta tadi karena ada acara penting di desa. Aku jagain kamu yang lagi sakit."