Happy Reading
Sesuai janjinya, Aruna sembuh dengan cepat. Kini ia dan Haechan sedang berkemas untuk pulang ke Korea. Wajah Aruna nampak antusias. Tidak sekali dua kali ia bilang bahwa ia rindu dengan ibu dan nenek.
"Chan, kita cari sarapan dulu gak sih sebelum ke bandara?" Haechan mengangguk, ia merangkul gadis itu dengan santai. "Runa mau sarapan apa?" tanya Haechan.
"Udah lama kita gak nge hot pot." Ide yang bagus, mereka biasanya dulu sering hot pot an di Korea. Sepertinya di Jepang juga asik.
Seseorang mengetuk pintu ruangan, Haechan melepaskan rangkulannya dari pinggang Runa. Ia berjalan dengan santai membuka pintu.
Tampak sosok tinggi ber jas hitam, wajahnya garang namun hatinya berkata lain.
"Chan, gue mau ngomong sama Aruna. Sebelum gue nanti malem bantuin istri lahiran."
Haechan mengangguk, mempersilahkan Yuta face to face dengan adik kandungnya.
Melihat kehadiran Yuta, Aruna tampak bergetar hebat. Ia menatap Haechan nyalang dari seberang.
"Gak papa Runa, Kak Yuta mau bicara sama kamu baik-baik."
Perlu waktu untuk Aruna diam, sebelum ia mengangguk.
Hati Yuta agak sakit, melihat adiknya ketakutan oleh sosoknya. Ia duduk di kursi sebelah ranjang Aruna. Menarik napas sejenak.
"Maafin Kakak ya Runa, perkataan kakak waktu itu benar-benar salah. Kamu gak salah apa-apa tapi kakak malah emosi." Yuta menyugar rambutnya ke belakang, merasa bodoh dengan sikapnya waktu itu.
Aruna masih diam, ia membiarkan Yuta selesai dengan semua yang pria itu ucapkan.
"Sejak kamu ngomong di sore itu, kakak jadi sadar. Kakak sejahat itu sama Yura, juga kakak selalu bohongin diri kakak sendiri. Kamu bener kalau rumah kakak itu Yura. Dan sebelum terlambat, kakak bakalan tebus semua kesalahan kakak. Belajar jadi suami yang baik, juga ayah yang baik buat calon anak kita yang bakalan lahir nanti malam." Yuta mendongak menatap langit-langit, wajahnya penuh harap serta doa.
Seketika Aruna melebarkan mata. "Kak Yura, udah mau lahiran?" tanyanya.
Yuta mengangguk. "Iya, nanti malem. Dan bakalan kakak yang eksekusi kelahiran istri kakak sendiri, Runa."
Mendengar kata Yura sudah mau lahiran, Aruna otomatis melayangkan pandangan pada Haechan.
"Kamu udah bayar tiket pesawat belum Chan?" tanya Aruna.