**
Dara terdiam mendengar apa yang baru saja Jiyong katakan. Matanya terangkat menatap kedua bola mata Jiyong yang mengarah kepadanya. Jantungnya berdebar dengan cepat. Ini bukan pertama kali Jiyong mengatakan hal seperti ini, tapi...."Dara-ya, ponselmu bunyi." tiba-tiba Ny. Park masuk ke dapur dan membuat Dara langsung sadar posisinya. Ia mundur beberapa langkah dan kemudian berjalan mengarah ke Ny. Park untuk mengambil ponselnya. Jiyong tersenyum tipis di belakangnya.
"Yoboseyo Jjangmae." jawab Dara langsung. "Aku di Busan."
Jiyong memperhatikan Dara, memperhatikan reaksi wajah Dara yang selalu berubah-rubah. Seperti kening Dara berkerut seperti keheranan apa yang dibicarakan oleh manajernya di sebrang ponsel, kemudian Dara mengangguk-anggukkan kepalanya, lalu Dara.....
"Mwo?" Dara memekik kaget. "Ara. Ara. Aku akan pulang sekarang. Tahan mereka sampai aku datang. Ne. Ne." Dara menutup sambungan ponselnya lalu menatap ke arah Ny. Park.
"Ahjumma aku minta maaf sekali tapi aku benar-benar harus kembali sekarang."
"Apa terjadi sesuatu?" Ny. Park bisa merasakan kecemasan dan kegelisahan Dara, ia yakin telah terjadi sesuatu di Seoul sana.
"Semua akan baik-baik saja, aku bisa pastikan itu." Dara memeluk Ny. Park, "Aku benar-benar minta maaf tidak bisa makan siang denganmu."
Ny. Park mengusap puncak kepala Dara kemudian melepaskannya. "Tidak apa. Kita bisa makan siang lain kali. Kalau memang masalah ini penting sekali, kau harus secepatnya kembali."
Dara menganggukkan kepalanya dan menoleh ke arah Jiyong. "Kita pulang sekarang Ji."
"Okay." jawab Jiyong singkat lalu berpamitan dengan Ny. Park.
Semuanya terasa begitu cepat, sampai akhirnya mobil Dara yang dikemudikan oleh Jiyong pergi meninggalkan rumah megah keluarga Park.
Jiyong sekilas melirik ke arah Dara yang duduk dengan gelisah, ia tidak tahan akhirnya untuk tidak bertanya. "Ada apa?"
"Chaerin sudah kembali ke Seoul."
"Lalu?"
"Dia ke kantor dan Minzy juga sedang ada di sana. Jjangmae bilang mereka bertengkar hebat. Bahkan Bom sudah berada di sana juga. Yang-nim akan mengadakan meeting malam ini."
"Tenang Dara, semua akan baik-baik saja." bilang Jiyong, "Asal salah satu dari kalian bisa bersikap tenang dan mengontrol emosi, semua akan baik-baik saja."
Dara menarik napas dalam dan panjang. Ia pejamkan matanya sejenak.
"Aku ragu Minzy dan Chaerin akan bisa tenang, tapi aku yakin kau bisa Dara. Kau bisa mengontrol emosimu. Kau harus jadi penengah di antara mereka."
Dara menoleh ke arah Jiyong lalu bertanya dengan ragu. "Apakah aku bisa Ji?"
"Kenapa kau meragukan dirimu sendiri Dara?"
"Karena aku tidak yakin aku bisa menjadi penengah, aku---"
"Aku saja yakin kau bisa, kenapa kau selalu tidak yakin pada dirimu sendiri?"
"Jiyong-ah." Dara berkata dengan lirih dengan kepala menunduk. Ia sebenarnya takut dengan apa yang akan terjadi nanti. Dara sangat takut menghadapi semuanya.
Hati Jiyong berdesir mendengar Dara memanggilnya seperti itu. Ia menoleh dan melihat Dara. Cemas, gelisah, takut, dan sedih sangat tersirat di wajahnya. Tanpa berpikir panjang, Jiyong mengulurkan tangannya dan menggenggam tangan kanan Dara. Berusaha menenangkannya dan mengatakan tanpa suara bahwa semua akan baik-baik saja.