**
Besok paginya Dara dan Bom turun menuju restoran yang berada di lobi hotel. Sesampainya di sana sudah ada BIGBANG yang berada di meja paling pojok. Seungri memanggil kedua nuna-nya ini untuk bergabung.Dara dan Bom menghampiri meja BIGBANG dan duduk di bangku yang kosong. Bom duduk di sebelah Top dan Seungri sengaja pindah tempat untuk membiarkan Dara duduk di samping Jiyong.
"Makan apa Dara?" tanya Bom. Dara memandangnya sekilas dan menjawabnya dengan acuh.
"Pesankan apa saja untukku."
"Kau ingin apa? Banyak menu di sini."
"Apa saja Bom. Kau tahu yang ku suka." jawab Dara lagi. Matanya masih sibuk memandang ke arah ponselnya, tidak memandang Bom sama sekali.
"Mainkan saja terus ponselmu Dara." Bom mulai menggerutu sambil membuka menu yang ada.
Dara tersenyum tipis dan masih sibuk dengan ponselnya sampai ponselnya itu berbunyi. Dara melihat nama yang tertera di layar, kemudian berpaling pada Bom. "Pesankan aku kopi." katanya sebelum bangkit untuk mengangkat telfon itu lalu berjalan menjauh dari meja. Tidak ingin ada yang mendengarnya.
Bom memandang Dara dari perempuan itu memintanya untuk memesankan kopi, sampai Dara benar-benar berada di ujung ruangan dan berbicara entah pada siapa di telfonnya itu. Kedua mata Bom menyipit, merasa aneh dengan sikap Dara. "Untuk apa dia sampai menjauh seperti itu?" tanya Bom curiga.
"Mungkin telfon itu dari seseorang yang penting yang kita tidak boleh tahu?" Seungri berkata dengan alis terangkat.
"Atau dia memang hanya ingin mengobrol lebih tenang." Taeyang menjawabnya dengan santai. "Kau tahu benar selama ada Seungri, tidak akan ada ketenangan."
Seungri melirik sebal ke arah Taeyang, tapi kemudian ia tertawa. "Kenapa Dara nuna semakin hari semakin misterius?"
"Itu karena kau selalu membongkar semua rahasianya Seungri-ah." kata Bom lalu memanggil salah satu pelayan untuk memesan.
Tidak lama, Dara kembali dan langsung mendapat pertanyaan lagi dari Bom. "Sejak kapan kau kembali minum kopi?"
Dara yang masih tidak ngeh belum menanggapi pertanyaan Bom.
Bom berdecak. "Sandara Park." panggilnya.
Dara mengangkat wajah. "Hm?" tanyanya sambil memandang Bom dengan bingung.
"Sejak kapan kau kembali minum kopi? Bukankah kau sudah berhenti?"
"Ne, memang." Dara menyenderkan tubuhnya di kursi. "Tapi kepalaku sedang pening sekali pagi ini dan aku rasa hanya kopi yang bisa menyembuhkannya."
"Ada apa denganmu?" Bom bertanya dengan cemas. Dara terlihat tidak fokus pagi ini.
Dara lagi-lagi tidak menjawab. Ia kembali melirik ponselnya dan beberapa detik kemudian ponselnya berbunyi. Dara mengangkatnya, "Sanghyun-ah." dan kembali bangkit, menjauh dari meja.
Bom mengerutkan keningnya. "Sanghyun?"
"Adiknya."
Bom memandang Top jengkel. "Aku juga tahu. Mengapa kalau hanya Sanghyun dia sampai harus menjauh?"
"Astaga nuna." Top balas memandangnya dengan jengkel. "Jika ada yang menelfonku sekarang aku juga pasti akan menjauh dari meja ini. Apakah kau akan mengangkat telfon di tengah-tengah Seungri dan anak-anak ini?"
Bom memandang semua anggota BIGBANG, manajer mereka, dan juga Jjangmae, kemudian kembali memandang Top lalu terkekeh. "Ya, kau benar."
"Aku memang selalu benar."