**
Dara dan Jiyong memutuskan untuk makan di apartement Jiyong. Menghindari Dara akan marah atau merajuk, Jiyong sudah membelikan beberapa sushi kesukaannya yang langsung disambut dengan senyum cerah di wajahnya yang masih pucat."Terima kasih Ji." Dara duduk di bangku yang Jiyong persiapkan, lalu Jiyong duduk di sampingnya.
"Aku tidak mau melihatmu merajuk malam ini."
Dara mengecup pipi kiri Jiyong. Jiyong hanya tersenyum memandangnya.
"Makanlah dulu, aku mau menyiapkan teh untukmu."
Jiyong kemudian bangkit dan berjalan ke arah dapur sementara Dara melihat-lihat makanan yang Jiyong persiapkan. Tidak hanya sushi yang ada, ada juga makanan Korea kesukaan Dara. Dara tersenyum, Jiyong bahkan tidak membeli apa yang pria itu suka. Hanya fokus pada apa yang Dara sukai.
Ponsel Jiyong berdering, Dara melihatnya dan tertera nama Soonho di layar.
"Ji, Soonho menelfonmu." seru Dara. Jiyong berbalik memandang Dara sekilas lalu balas berseru. "Angkat saja!"
Ketika Dara akan mengangkatnya, ponsel berhenti berdering. Dara pun berdecak.
Dara membuka fiture misscalls dan melihat nama Soonho tertera di paling atas. "Dia sudah menelfonmu lebih dari 5x Ji, kenapa kau tidak mengangkatnya?"
"Aku sedang menyiapkan makanan untukmu dan aku paling tidak suka diganggu jika sedang melakukan hal yang berkaitan denganmu." balas Jiyong dari dapur.
Dara tersenyum melihat punggung Jiyong, lalu kembali memandang ke layar ponsel kekasihnya ini. Dara meng scroll-down dan terkejut bukan main saat melihat ada nama Kiko Mizuhara. Jantungnya tiba-tiba berdegup cepat, ia memeriksa tanggalnya dan itu baru terjadi minggu lalu. Astaga. Apa-apaan ini? Untuk apa Kiko menelfon Jiyong? Kiko bahkan menelfon Jiyong sampai puluhan kali.
Jari Dara berpindah membuka received calls, dan kembali terkejut saat melihat ada nama Kiko juga di sana. Di tanggal yang berbeda dan mereka saling berbicara lebih dari 10 menit. Apa yang mereka bicarakan? Perasaan Dara benar-benar tidak enak. Apa Jiyong kembali mengkhianatinya?
Jari Dara berpindah lagi ke aplikasi messages dan benar dugaannya. Banyak pesan dari Kiko yang meminta Jiyong mengangkat telfonnya karena ada sesuatu yang ingin perempuan itu bicarakan. Semakin ke sini pun isi message-nya semakin memohon, yang hanya satu kali Jiyong balas dengan, 'Aku sedang bekerja'.
Jantung Dara berdegup sangat cepat. Jiyong.. Apakah Jiyong... Ia meletakkan ponsel Jiyong kembali di atas meja. Nafsu makannya hilang sudah. Kepalanya kembali pusing. Dara meletakkan kedua tangannya di atas meja dan dengan siku yang menahan tangannya menyentuh kepalanya. Tidak mungkin. Jiyong... Tidak.
"Dara, kenapa?"
Suara cemas Jiyong tidak membuat Dara bergerak. Kedua tangannya masih menyentuh kepalanya, bahkan lebih keras. Kepalanya pusing sekali. Bayangan Jiyong dan Kiko kembali muncul di pikirannya. Air matanya menetes, tidak bisa ia tahan.
Jiyong menarik tubuh Dara lembut dan kaget bukan main melihat wajah pucat dan air mata Dara. "Astaga, Dara. Ada apa? Pusing lagi??" tanyanya khawatir. "Kau harus istirahat." Ia hendak membawa Dara untuk ke kamarnya, tapi Dara menolak. Dara menepis tangan Jiyong membuat pria itu tersentak dan memandang Dara dengan heran.
"Dara, ada ap---"
"Kenapa kau menyakitiku lagi Ji?" tanya Dara lirih. Air matanya sudah tidak bisa ia hentikan, tubuhnya bergetar karena tangisannya.
"Menyakitimu?" Jiyong mengernyitkan dahi. "Dara apa maksudmu??"
"Kau sudah janji tidak akan menyakitiku lagi! Kau sudah janji tidak akan membuatku menangis lagi!! Kau sudah janji Kwon Jiyong!!!" pekik Dara penuh amarah. Ia bangkit berdiri dan memukul dada Jiyong melampiaskan kekesalannya.