**
Semuanya terdiam setelah mendengar apa yang baru saja Soonho ceritakan. Semuanya merasa menyesal, bersalah, karena tidak berusaha sekeras mungkin membantu Dara menyelesaikan masalahnya. Berbeda jika BIGBANG yang dibubarkan, mereka pasti akan berjuang mati-matian.Dan yang paling menyesal, paling merasa bersalah dari ini semua adalah Jiyong. Pria itu tertunduk lesu. Tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Semua yang Soonho katakan barusan benar-benar menusuk tepat di jantungnya. Ia benar-benar seperti disentil bahwa ia bukanlah kekasih yang baik untuk Dara. Ia tidak pernah ada saat Dara benar-benar dalam kondisi rapuh, ia selalu datang terlambat saat Dara membutuhkan seseorang. Jiyong mengusap wajahnya lagi dengan kasar dan berdecak. Ia masih tidak percaya Dara menutupi semuanya, Dara memendam semuanya. Sedalam apa rasa sakit yang kekasihnya rasakan? Bagaimana perasaan Dara sekarang? Sendirian menghadapi semuanya? Tidak percaya lagi pada semua orang di YG dan bisa jadi Dara bahkan tidak percaya juga dengan dirinya.
Jiyong kembali berdecak. Hatinya nyeri membayangkan Dara tidak percaya lagi padanya. Bahwa Dara menganggap dirinya juga pengkhianat dan menusuknya dari belakang. Bahwa dirinya hanya omong kosong yang tidak berusaha keras membantunya.
"Ah, fuck!!!" Jiyong memukul meja dengan keras. Apa ia menyakiti Dara? Apa Dara merasa sedih karena dirinya tidak peka pada apa yang dia rasakan? Atau Dara merasa kesal?
Jiyong memejamkan matanya. Berusaha mengatur napasnya yang tidak beraturan. Ia menyakiti Dara. Ia tidak mengerti kondisi Dara. Ia tidak peka pada perasaan kekasihnya itu. Astaga. Sudah tujuh tahun kalian bersama Kwon Jiyong!!! Jiyong memaki dirinya dalam hati.
"Jangan menambahkan beban pikirannya dan bersikaplah seperti biasa." suara Top membuyarkan lamunan Jiyong. Jiyong langsung menoleh dan memandangnya jengkel.
"Bersikap seperti biasa? Bagaimana bisa aku bersikap seperti biasa setelah apa yang aku dengar barusan? Kau juga mendengarnya hyung! Bagaimana bisa kalian bersikap biasa kepada Dara?" Jiyong mulai berteriak kepada hyungnya.
"Seperti yang Dara nuna lakukan, dia tidak mau membagi apapun pada kita karena sudah tidak ada gunanya. Toh kita memang sudah tidak bisa melakukan apa-apa lagi. Semua rasa sakit hatinya sudah ada di dalam diri Dara nuna sejak lama. Kita bisa melakukan apa lagi?" Top membalas perkataan Jiyong dengan santai. "Yang sekarang harus kita lakukan adalah lebih perhatian lagi, lebih peduli lagi, lebih peka lagi, dan bersikaplah seperti kita tidak mendengar apa yang Soonho katakan."
"Dia sampai ke psikiater hyung! Dia memendam semuanya sendirian!" pekik Jiyong lagi.
"Jika kau membuka semuanya pada Dara nuna pun percuma, dia akan lebih menyembunyikan semuanya lagi setelah itu." Top menatap Jiyong dengan jengkel. "Yaa apa kau benar kau ini kekasihnya? Kenapa kau seperti sama sekali tidak mengenal Dara nuna?" tanyanya sinis.
"Top hyung!!"
Top tertawa miris, lalu mengambil botol bir yang ada di atas meja. "Jjangmae akan melaporkan apapun pada Soonho. Kau pantau saja dari situ, selebihnya tergantung dirimu. Berusahalah untuk tidak membuat masalah, tidak membuat emosinya kembali tidak stabil, tidak membuat moodnya menjadi buruk. Buatlah dia merasakan kehadiranmu di sisinya." Ia mengangkat botol birnya dengan tangan kiri. "Dan berusahalah agar dia tetap mau berada di Korea."
"Tapi--"
Pintu studio terbuka, mereka semua serentak menolehkan kepalanya ke arah pintu dan memandang perempuan yang dari tadi mereka bicarakan. Dara juga sepertinya kaget dengan reaksi semua yang ada di studio lalu tersenyum kaku. "Aku datang di waktu yang tidak tepat ya?"
"Oh. Kami sedang meeting." jawab Top langsung, mewakili yang lain.
"Ah, maaf. Aku, aku tidak tahu."
"Tidak apa-apa nuna."