**
"Aku berangkat ke Amerika besok. Tur Amerika ku dimulai 3 hari lagi." kata Jiyong saat menghampiri Dara di studio rekaman di YG building.Dara menoleh sekilas lalu menganggukkan kepala. "Aku tahu jadwalmu."
"Hanya mengingatkan, sepertinya kau terlalu sibuk akhir-akhir ini."
Dara tersenyum miris, "Bukan aku, tapi kau."
"Benarkah?"
Dara tidak menanggapi dan kembali melihat video-video yang muncul di layar laptop. Ia akan mengedit beberapa video dirinya di Jepang kemarin untuk episode terbaru Dara TV.
"Kau sudah tidak syuting film tapi kau bertingkah seperti kau sedang syuting lebih dari dua film." Jiyong merebahkan dirinya di sofa, "Bahkan seorang aktris besar pun tidak sesibuk dirimu."
"Karena seorang aktris besar tidak mengambil job lain selain film yang mereka bintangi." balas Dara cepat, "Sementara aku menerima semua acara variety agar aku tetap 'hidup'."
Jiyong mengernyitkan dahi, "Apa maksudmu?"
"Entahlah." Dara menjawabnya acuh.
Jiyong berdecak, lalu menatap punggung Dara yang membelakanginya. "Sebenarnya ada apa ini? Kenapa kau jadi seperti ini?"
Dara mendesah, "Apa sih Ji?"
"Ini semua!" desis Jiyong. "Ada apa denganmu sebenarnya? Jika ada sesuatu yang membuatmu marah, katakan padaku! Jangan kau simpan dan jadi membuatmu sangat menyebalkan."
"Apa kau merasa kita ada masalah?"
"Tidak."
"Ya sudah, untuk apa lalu kau menanyakannya?"
"Karena kau bertingkah seperti kita ada masalah!"
"Oh, benarkah?" Dara membalasnya dengan datar. "Aku minta maaf kalau begitu."
"SANDARA PARK!"
Dara memutar bangkunya dan baru akan membalas Jiyong saat pintu ruang rekaman terbuka, dan pria yang selama ini menghindari mereka, pria yang mereka rindukan, berdiri di depan pintu dengan canggung.
Choi Seunghyun.
"Hyung..." Jiyong menatap hyungnya itu dengan kaget. Ia benar-benar kaget karena sejak skandal itu Top menghindarinya dan hanya mau bertemu dengan tiga dongsaengnya yang lain.
"Astaga, Choi Seunghyun!!" Dara bangkit dan langsung berlari lalu memeluk tubuh pria paling tua di Bigbang itu dengan erat. "Seunghyun-ah.." lirih Dara pelan.
Top tersenyum tipis dan membalas pelukan nunanya itu. Ia menepuk punggung Dara untuk menenangkan gadis yang sudah menangis di pelukannya. "Yaa aku bisa dibunuh pacarmu jika kau menangis. Apalagi menangisi pria lain seperti ini." canda Top, tapi Dara tidak terpengaruh. Begitu juga Jiyong.
"Apa kalian sedang bertengkar? Aku mendengar teriakan tadi." Top mencoba mengalihkan pembicaraan, tapi tidak ada yang menjawab. Ia menoleh dan memandang Jiyong yang hanya terpaku menatapnya di tempatnya berdiri.
"Its okay nuna. I'm fine. I'll be fine." Top akhirnya berkata dengan pelan, berusaha menenangkan Dara. "Tidak ada yang perlu kau khawatirkan."
Dara menarik tubuhnya dari pelukan Top lalu menghapus air matanya. "Apa kau sudah makan?"
"Aku datang kesini bukan untuk makan." Jawab Top.
"Tapi kau harus makan, kau jangan sampai tidak makan."
"Aku akan makan setelah aku selesai mengobrol dengan pacarmu ini."
Dara menarik nafas dalam, "Baiklah. Aku akan meninggalkan kalian berdua."