112 B

3.2K 340 57
                                        

**
Dara mengusap punggung Jiyong dengan lembut, berusaha menenangkan kekasihnya yang memeluknya erat. Kepala Jiyong berada di lehernya membuat ia bisa merasakan deru nafas pria itu yang cepat, juga air mata yang belum berhenti.

"Aku tidak menyelingkuhimu, Dara." bisik Jiyong lagi karena Dara masih diam saja sejak memeluknya tadi. "Aku tidak sebodoh itu, aku tidak mau menghancurkan diriku sendiri."

Air mata Dara juga masih menetes tanpa suara. Suara parau Jiyong lah yang menjadi alasannya. Walau masih dibayangi banyak pertanyaan bagaimana semua ini jebakan dan bagaimana Jiyong bisa tidak sadar, tapi semua pengakuan Jiyong ini jujur. Dara bisa merasakannya.

Jiyong menarik diri untuk menatap wajah Dara lekat, mencoba melihat reaksi gadisnya karena Dara sama sekali tidak memberikan reaksi apa-apa selain menariknya ke dalam pelukan.

"Kau percaya padaku, kan?" Tanya Jiyong pelan.

Dara menatap Jiyong lekat, ia ulurkan tangan lalu mengusap pipi kanan kekasihnya pelan. "Kau harus istirahat." bisiknya. "Kau kacau sekali."

Jiyong menggelengkan kepala, tidak mau mendengar. "Dara, kau percaya padaku kan?"

"Pulang, dan istirahat Ji." balas Dara lagi.

"Bagaimana bisa aku pulang dengan keadaan seperti ini?" Tanya Jiyong lirih. "Aku tidak bisa kehilanganmu hanya karena omong kosong ini Dara, karena sesuatu hal yang bahkan tidak aku lakukan."

Dara menghela nafas sejenak, "Pulang Ji."

"Kau kecewa padaku kan? Kau sakit hati padaku? Keluarkan semuanya Dara, caci maki aku, marahi aku, pukul aku." Jiyong menahan bahu Dara dengan kedua tangannya, "Jangan pendam semuanya, aku disini kau bisa melakukan apapun padaku untuk meredamkan marahmu. Caci maki aku." Ia sedikit menggoyangkan bahu gadisnya untuk menarik perhatian Dara. "Marah padaku, aku pantas mendapatkannya."

"Kenapa aku harus marah padamu? Kau benar melakukannya?" Tanya Dara getir.

"Tidak." balas Jiyong cepat.

"Lalu kenapa aku harus marah padamu?"

"Karena lagi-lagi aku membuatmu sedih, lagi-lagi aku membuatmu kecewa." Jiyong menelan ludahnya dengan susah payah, "Kau kecewa padaku kan?"

Dara menatap sorot mata letih Jiyong sebelum menganggukkan kepalanya samar, ia lalu kembali menghadap ke depan. Tapi setelah itu ia hanya terdiam, tidak mau menjelaskan.

"Aku tidak akan menghindarimu lagi, tapi tolong beri aku waktu Ji. Ini juga sangat sulit untukku."

Jiyong menghela nafas panjang, "Jangan tinggalkan aku, honey. Aku---"

"Aku tidak akan meninggalkanmu, tapi beri aku waktu ne?"

Jiyong menatapnya lekat, mencoba membaca kedua mata Dara yang penuh dengan ketulusan. "Kau janji?"

Dara menganggukkan kepala, "Sekarang pulang dan istirahat." katanya sambil mengusap wajah Jiyong. "Aku tidak suka melihatmu seperti ini."

"Maka dari itu jangan menghindariku lagi Dara." Jiyong berkata dengan suara yang hampir frustasi, "Aku tidak bisa tanpa dirimu, aku...."

"I'm not going anywhere." sela Dara lagi. Ia mengecup pipi kiri Jiyong. "Pulang Ji. Aku akan menghubungimu jika aku sudah siap."

"Kita ada pemotretan bersama Soojoo nuna beberapa hari lagi."

"Aku yakin aku sudah kembali padamu saat hari itu tiba."

Jiyong menghela nafas pendek lalu menarik tubuh Dara erat ke dalam dekapannya. "Terima kasih honey. Terima kasih karena sudah percaya padaku. Terima kasih karena mendengarkanku. Terima kasih, Dara."

I Want You backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang