**
Dara merebahkan kepalanya di atas meja dengan hembusan napas panjang. Ia baru saja kembali dari Thailand dan langsung pergi menemui sahabat karibnya, Jung Ilwoo yang mengajaknya bertemu malam ini."Kondisimu sepertinya memburuk."
"Ne, parah sekali." balas Dara, lalu mengangkat kepalanya. "Aku tidak tahu harus melakukan apa sekarang."
"Apa maksudmu?"
"Sudah seminggu ini aku vakum dengan Jiyong."
Kedua bola mata Ilwoo terkejut, ia meletakkan kedua tangannya di atas meja dan menatap Dara dengan rasa iba. "Vakum?"
"Ya, Jiyong minta vakum selama sebulan. Dia ingin kami gunakan waktu ini untuk berpikir dengan tenang dan intropeksi diri."
"Ada benarnya juga. Kalian selalu bertengkar akhir-akhir ini dan mungkin memang ini yang harus kalian lakukan. Menjauh dulu dari satu sama lain." Ilwoo memandang Dara. "Apa dalam seminggu ini kau sudah bisa berfikir dengan pikiran yang jernih?"
Dara mengambil garpu yang ada di meja dan mulai memainkannya dengan makanan yang ada "Sedikit."
"Sedikit?"
"Aku menuduhnya yang tidak-tidak karena pertemuanku dengan Kiko di Jepang kemarin.
Ilwoo tersenyum tipis, seakan sudah tahu apa yang menjadi masalah dari hubungan sahabatnya ini.
"Selalu begitu setiap Kiko muncul dalam hubungan kami Ilwoo-ah. Aku tidak bisa tidak curiga setiap nama itu tiba-tiba ada. Apalagi dia mengatakan masih mencintai Jiyong!" desis Dara mulai menceritakan kegundahannya, "Apa menurutmu aku akan diam saja? Aku tidak bisa diam saja. Kiko pasti akan melakukan segala cara untuk merebut Jiyong dariku!"
"Kau tidak percaya dengan Jiyong?"
"Aku percaya padanya Ilwoo."
"Apa ini yang disebut percaya Dara?" Ilwoo bertanya balik. "Perkataanmu saat tidak sesuai dengan tindakanmu."
"Aku percaya padanya, aku hanya tidak percaya pada Kiko!"
"Jika kau percaya pada Jiyong kau tidak akan mengamuk padanya seperti itu, jika kau percaya padanya semua hal ini tidak akan terjadi."
"Tapi dia pernah mengkhianatiku dengan Kiko, baga--"
"See?" Ilwoo tersenyum menyela Dara. "Kau belum kembali percaya padanya. Aku tidak kaget kalau Jiyong merasa sakit hati padamu karena hal ini."
Dara meletakkan kembali garpunya lalu melipat kedua tangan di depan dada sambil menyenderkan tubuhnya.
"Pria tidak suka jika dituduh-tuduh seperti itu, apalagi jika mengetahui setelah berkorban begitu banyak, kau ternyata belum percaya padanya."
"Tapi apa yang harus ku lakukan? Aku takut sekali dia mengkhianatiku lagi Ilwoo-ah, aku takut dia berpaling lagi."
"Kau belum bisa melupakan pengkhianatannya?"
Dara menundukkan kepala, lalu menggelengkan kepalanya dengan lemah.
"Sama sekali?"
Dara menganggukkan kepalanya kini.
"Tentu saja dia kecewa padamu Dara."
"Aku berusaha melupakannya dan percaya sepenuhnya pada Jiyong Ilwoo-ah, tapi sulit sekali. Semua teman-teman Jiyong adalah teman-teman baik Kiko juga, bahkan Yoon unnie adalah sahabat baik Kiko, bagaimana bisa aku tenang? Belum lagi ada perempuan yang tiba-tiba muncul bernama Daum."
Ilwoo dengan bingung bertanya, "Siapa dia?"
"Teman seperkumpulan Jiyong yang mirip sekali dengan Kiko."