••
Jiyong merasakan pusing yang teramat di kepalanya keesokkan paginya. Ia membuka matanya pelan-pelan dan mencoba untuk bangun dari tidurnya. Tangannya terulur mencari dimana ponselnya berada sampai akhirnya matanya benar-benar terbuka sempurna ia melihat bahwa tidak ada ponselnya disana.Jiyong menghela nafas pendek, lalu berusaha bangkit dengan tangan menyentuh kepalanya. Beberapa botol bir berserakan di atas meja yang mengingatkan dirinya atas apa yang ia lakukan semalam.
Minum sebanyak mungkin agar bisa melupakan apa yang terjadi. Tapi sayang, hal pertama yang ia pikirkan saat terbangun ini adalah masalah itu.
Masalah Dara.
Masalah bagaimana bisa Dara memintanya untuk melepaskannya.Jiyong menyenderkan tubuh dengan posisi duduk lalu memejamkan matanya lagi. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan kini. Uang yang ia miliki, ketenaran, teman-teman, semuanya terasa hampa karena tidak ada lagi Dara di sisinya. Semuanya terasa sepi.
"Eh, kau sudah bangun?"
Satu suara membuyarkan lamunan Jiyong. Ia membuka matanya dan melihat Soojoo datang dengan dua kotak makan yang ia bawa.
"Nuna dari mana?" Tanya Jiyong.
"Membelikanmu makanan. Aku yakin kau pasti lapar." Soojoo duduk dan meletakkan makanan itu di atas meja, setelah itu ia membereskan botol-botol kosong yang berantakan.
"Terima kasih nuna." Jiyong memajukan tubuhnya, dan mengambil satu kotak makanan yang baru saja Soojoo belikan.
"Makan dulu. Kau minum banyak sekali kemarin." bilang Soojoo, Jiyong menganggukkan kepalanya.
"Apa sudah enakan dengan menghabiskan semua botol?" Tanya Soojoo santai sambil melahap makanan miliknya.
"Aku berharap aku akan mabuk terus jadi tidak perlu mengingat bahwa dia bukan milikku lagi." Jawab Jiyong jujur. Jawaban yang membuat Soojoo sekilas melirik ke arahnya.
"You can life without her, Ji."
"I cant nuna."
"Unnie saja bisa kenapa kau tidak?"
"Karena dia bukan aku, aku tidak bisa hidup tanpanya."
Soojoo terdiam lalu meletakkan sumpit yang ia pegang, ia menarik nafas dalam. "Jika kepastian yang kau butuhkan agar kau bisa move on, akan ku beritahu kau satu hal."
Alis Jiyong terangkat, ia menatap Soojoo dengan tatapan datar. "Apa?"
"They are officially dating."
Sorot mata Soojoo meneliti semua ekspresi yang ditunjukkan oleh dongsaengnya itu. Matanya menangkap rasa kaget Jiyong, rasa kecewa Jiyong, rasa tidak berdaya Jiyong. Kali ini bukan mengada-ada lagi, karena ini jelas official. Jam 5 pagi tadi Dara mengupdate foto di instagram pribadinya. Foto tangan Dara dan tangan Jaejoong yang berpegangan lalu diikuti emoji ❤ membuat semuanya jelas walau Dara tidak mengetag Jaejoong sama sekali.
Jiyong memejamkan matanya beberapa detik sebelum membukanya lagi. Tidak ada suara yang terdengar tapi Soojoo bisa melihat kesedihan yang teramat dalam. Jiyong dengan pelan meletakkan kotak makan yang belum habis itu di atas meja kemudian pria itu hanya duduk terdiam. Pandangannya menerawang, kosong. Soojoo mendesis, ia merasa kasihan sekali dengan adiknya ini.
"Saatnya melanjutkan hidup Ji. Dara unnie pasti tidak suka kau seperti ini."
Jiyong mengaitkan kedua tangannya dengan sangat erat, lalu mengalungkan dengan kedua pahanya yang kini berada di atas sofa yang ia duduki. Setelah itu ia menundukkan kepalanya di atas dengkulnya, dengan helaan nafas yang tidak teratur.