**
Jiyong terdiam membaca berita yang baru saja ia baca. Dara dan Mario Maurer. Wow. Wow. WOW. Ini seperti mimpi yang menjadi nyata untuk Dara karena ia tahu bagaimana Dara menyukai Mario Maurer sejak film Crazy Little Thing Called Love yang tayang beberapa tahun lalu. Walau cemburu, tapi dulu Jiyong tidak pernah mempermasalahkan lebih lanjut karena Mario Maurer adalah aktor Thailand, Dara pasti tidak punya kesempatan untuk bertemu dengan pria itu.Tapi ia salah. Sejak Dara terpilih menjadi salah satu model Penshoppe ia sudah was-was karena Mario juga salah satu model dari Thailand dan rasa waspadanya pun terbukti. Penshoppe akhirnya menyatukan mereka.
Rasa cemburu mulai menggerogoti Jiyong, tapi setelah beberapa saat terdiam dan memikirkan betapa bahagianya Dara sekarang, ia menghela napas panjang. Dia hanya aktor favorite Dara, bukan pria favorite kekasihnya itu. Ia yakin dirinya lah yang selalu menjadi pria favorite Dara, tidak peduli dengan Kim Soohyun yang juga mantannya, atau Im Siwan, Song Joongki, Jung Ilwoo, Park Taehwan, dan yang lain yang bersahabat dengan Dara.
Dirinya lah kekasih dari Sandara Park. Dirinya lah yang dicintai oleh Sandara Park. Bukan mereka.
Jiyong harus percaya sepenuhnya kepada Dara dan mengontrol rasa kecemburuannya. Untuk hubungan mereka. Untuk Dara. Untuk masa depan mereka.
"Mario Maurer huh?"
Jiyong menoleh dan melihat Top masuk ke dalam kamar hotelnya dengan rokok tersulut di bibir. Pria yang lebih tua setahun darinya itu memakai piyama kebanggaannya dan langsung membuka pintu beranda.
"Yaaa apa kau tidak bisa melakukannya di kamarmu sendiri?" tanya Jiyong yang memang sengaja menutup pintu beranda. Ia sudah ingin istirahat sebenarnya.
"Kau tahu aku paling malas sendirian." lalu Top berjalan ke sofa dan merebahkan dirinya di sana.
"Kenapa harus aku yang menjadi korbanmu? Kau punya dua maknae yang bisa kau ganggu."
"Seungri sedang pergi entah ke mana, sedangkan kamar Daesung di kunci."
"Youngbae?"
"Sedang menelfon Hyorin nuna. Sudahlah walaupun ada mereka pun, aku juga akan ke sini karena aku tau kau yang paling tidak ada kerjaan. Kau masih vakum dengan Dara nuna. Kau pasti akan langsung tidur."
"Dan sekarang aku tidak bisa tidur karenamu." Jiyong bangkit dan berjalan ke arah kulkas.
"Yakin karenaku? Bukan karena Mario Maurer?" goda Top dengan seringai di bibir. "Aku pernah mendengar bukankah Dara nuna suka dengan aktor itu?"
"Aku tahu hyung, kau tidak perlu mengingatkan."
"Aku tidak mengingatkan, aku bertanya apakah itu benar."
Jiyong menutup kulkasnya dengan jengkel lalu membuka kaleng bir yang ia ambil. "Iya, kau benar hyung. Puas?"
"Kenapa masih se-emosi ini? Vakum kalian ternyata tidak berguna huh?"
Jiyong ikut merebahkan diri di sofa. "Aku emosi karena dirimu hyung, bukan karena Dara atau aktor itu."
"Namanya Mario Maurer."
"Aku tahu siapa namanya hyung." desis Jiyong.
"Kenapa kau tidak menyebut namanya tadi?"
Jiyong malas menanggapi dan hanya meneguk birnya saja.
"Berapa hari lagi?"
"Lima."
Top tertawa kecil. "Apa kau sudah menyiapkan sesuatu?"
"Tentu saja. Aku sedang mempersiapkannya."
"Apa aku boleh tahu?"
"Maafkan aku hyung, tapi tidak. Bahkan Soonho saja pun tidak tahu."