Chapter 54

4K 305 13
                                    

**
Dara bangun saat dini hari. Tangannya terulur menyentuh dahinya dan memindahkan handuk kecil yang sekarang sudah dingin itu.

Dara bangkit dan menyender pada senderan kasurnya. Lampu kamarnya dimatikan, tapi lampu kecil di ujung ruangan dinyalakan jadi tidak terlalu gelap. Ia menyentuh lehernya, panasnya sudah tidak seperti tadi sore. Kepalanya juga sudah tidak terlalu pusing, tapi tubuhnya masih sangat lemas. Tenggorokannya terasa sangat sakit kini.

Dara melihat jam dinding yang ada di kamarnya. Jam 2 pagi sekarang, ia haus sekali dan tidak ada tanda-tanda Jjangmae atau Jiyong di sekitarnya. Dara mengerutkan keningnya, ke mana Jiyong? Dia sudah janji tidak akan pergi tadi.

Dara memejamkan mata sejenak sebelum bangkit dengan selimut yang melingkari tubuhnya. Ia berjalan dengan sangat pelan keluar kamar untuk ke dapur. Saat mendekati ruang santai, ia bisa mendengar suara tawa Jiyong.

Dara memasuki ruang santai dan melihat Jiyong, Taeyang, dan Hyorin duduk di sofa sedang mengobrol santai. Hyorin lah yang pertama melihat Dara. "Unnie kau sudah bangun?" 

Jiyong seketika bangkit dan melesat menghampiri Dara. "Kenapa tidak memanggilku?" 

Dara hendak bersuara, namun suaranya serak. "Tidak bisa." katanya dengan sangat pelan.

"Suaramu habis." bilang Jiyong dan memapah Dara berjalan ke arah sofa sementara Hyorin berjalan ke arah dapur untuk membuatkan teh hangat untuk unnie-nya ini.

Dara duduk di sofa yang bersebrangan dengan Taeyang. Dongsaeng-nya itu menatapnya dengan raut wajah khawatir tapi campur gemas.

"Seorang Sandara Park bisa sakit juga eh?" Taeyang terkekeh geli. Dara hanya meringis dan menyenderkan tubuhnya di sofa.

"Apa kau lapar?"

Dara menggelengkan kepalanya lemah sambil membenarkan letak selimutnya.

"Kau belum makan Dara." tegur Jiyong. "Mereka sudah membuatkan makanan untukmu."

Dara melihat ke arah Taeyang lalu Hyorin yang datang membawa teh hangat untuknya. Diberikan secangkir teh itu kepada Jiyong.

"Mau kubawakan makanannya ke sini?" tanya Hyorin pada Dara, lalu melirik Jiyong. "Sepertinya unnie tidak kuat ke meja makan."

"Ne, makan di sini saja. Bagaimana?" Taeyang menyahut.

"Ne, bawa ke sini saja." Jiyong memberikan secangkir teh itu kepada Dara. "Minumlah. Masih hangat."

Hyorin dan Taeyang kemudian berjalan ke arah meja makan dan memindahkan piring-piring makanan yang sudah jadi tadi ke meja yang ada di ruang santai. Jiyong membantu mereka setelah memastikan Dara meneguk teh hangatnya.

Dara memperhatikan makanan demi makanan yang diletakkan di meja yang ada di hadapannya. Semuanya terlihat lezat.

"Ini...." Dara hendak berbicara, tapi seketika terdiam lagi. Suaranya terdengar sangat pelan dan aneh di telinganya.

Taeyang kembali duduk di sofa dan memandang Dara. "Ada apa?"

Satu tangan Dara menyentuh tenggorokannya dan mengusapnya pelan, ia mencoba berbicara lagi walau suaranya benar-benar kacau. "Ini kalian yang buat?"

Hyorin meringis mendengar suara Dara. "Unnie suaramu parah sekali." katanya iba. "Lebih baik kau jangan berbicara dulu."

Dara memandang Hyorin dengan jengkel. Membuat perempuan yang lebih muda dua tahun darinya terkekeh geli.

"Akan aku suruh Chubby hyung membawakan obat untukmu nanti siang nuna." bilang Taeyang. "Obat yang biasanya aku minum jika suaraku kacau."

I Want You backTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang