**
Dara keluar dari lift di lobi YG Building dan berjalan ke arah parkiran saat tiba-tiba mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Ini bukan mobil yang biasanya pria yang sangat dikenalnya itu pakai, tapi Dara tahu ini adalah salah satu mobilnya jika dia sedang tidak ingin dilihat oleh publik.Jiyong menurunkan jendela sampai setengah dan berkata dengan datar pada Dara. "Masuklah."
Dara memandangnya sejenak, lalu tanpa banyak bicara ia masuk ke dalam mobil Jiyong lalu pria itu menaikkan lagi jendelanya. Kemudian, ia lajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.
Mobil sedan Jiyong bukanlah mobil mahal yang memang sengaja ia beli untuk bisa berkendara dengan santai. Kaca film jendelanya pun sengaja ia buat gelap, agar tidak ada yang bisa melihat ke dalam mobil.
Mobil sudah keluar dari YG Building tapi belum ada dari Jiyong dan Dara yang membuka pembicaraan. Dara juga tidak bertanya ke mana mereka akan pergi, mood Jiyong terlihat sedang tidak baik jadi ia tidak mau berbicara lebih dulu sebelum Jiyong membuka pembicaraan duluan.
Mobil tak lama berhenti karena lampu merah. Dara yang sedang memandang keluar jendela terkejut saat tiba-tiba Jiyong mengaitkan tangan kanan dengan tangan kirinya. Ia menoleh ke arah Jiyong dan menatapnya lekat.
"Jangan dilepas, sebentar saja. Aku ingin menenangkan diriku."
Dara tersenyum tipis. "Kau bisa menggenggam tanganku selama yang kau mau Ji."
Jiyong tersenyum tanpa memandang ke arah Dara. Setelah itu seperti yang sudah beberapa kali ia lakukan, menyetir dengan satu tangan sementara satu tangannya lagi menggenggam erat tangan Dara. Tidak mau melepaskannya.
"Kita mau ke mana?" tanya Dara kemudian.
"Ke rumah."
Dara mengerutkan keningnya sambil menatap ke arah Jiyong. "Kau akan membawaku pulang?"
"Kau masih sakit Dara."
Dara melepaskan tangannya dari genggaman Jiyong dan langsung memalingkan wajahnya. Ia kira Jiyong akan membawanya ke suatu tempat terlebih dahulu, bukan membawanya kembali ke rumahnya.
Jiyong melirik ke arah Dara dengan senyum tipis. "Kau harus istirahat."
"Aku tidak letih."
"Tapi kau masih sakit, aku tidak mau mengambil resiko kau keletihan."
"Aish." Dara kembali memandang Jiyong dengan jengkel. "Aku bosan di rumah Jiyong."
"Maka dari itu aku membawamu ke rumah."
Dara semakin jengkel mendengar jawaban Jiyong. "Kau tahu aku bosan kenapa malah membawaku---"
"Ke rumahku Dara." sela Jiyong, membuat Dara terdiam seketika. Ia membenarkan posisi duduknya jadi menghadap ke arah Jiyong, ditatapnya pria itu lekat.
"Apa?" tanya Dara pelan, ia yakin ia tidak salah dengar tadi bahwa Jiyong akan membawanya ke rumah pria itu. "Kita akan ke apartementmu?"
"Ke rumahku, bukan apartementku." Jiyong melirik ke arah jam yang ada di mobil. "Aku janji makan malam dengan keluargaku dan mereka ingin aku mengajakmu."
Dara hanya bisa melongo memandang ke arah kekasihnya ini. Keluarganya mengajak ia makan bersama dan Jiyong baru memberitahunya sekarang? Tanpa persiapan apapun? Dan ia memakai... Dara menoleh ke tubuhnya dan melihat apa yang ia pakai hari ini. Tshirt putih dan celana adidas berwarna merah! Astaga.
"Jiyong." Dara memanggilnya dengan suara berat, Jiyong dengan senyum di bibirnya melirik ke arah Dara.
"Mmhmm??"
