*
Tidak ada jawaban dari Jiyong untuk beberapa saat setelah Dara menyebutkan nama perempuan yang pernah jadi pengganggu utama di hubungan mereka. Ia terdiam, antara kaget dan kesal. Kenapa Dara baru menceritakannya?"Kau akan pemotretan bersama perempuan itu?" tanya Jiyong, nada suaranya sudah tidak lembut lagi.
"Iya."
"Kenapa kau baru memberitahuku sekarang?"
"Apa ada masalah?"
Jiyong mengernyitkan dahinya, ia bangkit dari rebahannya dan duduk menyender di ranjang. "Kapan Al Yio menghubungimu?"
"Minggu lalu."
"Kau langsung menerimanya?"
"Tidak aku memikirkannya dulu."
"Kenapa kau tidak memberitahuku sejak minggu lalu? Kenapa kau tidak merundingkannya padaku?" desis Jiyong. Moodnya semakin buruk sekarang.
"Jika aku memberitahumu, kau pasti menyuruhku untuk menolaknya kan?" tembak Dara langsung.
"Setidaknya beritahu aku langsung!" elak Jiyong. "Astaga kau benar-benar membuatku jengkel Dara."
"Ini projek Al Yio Ji, kau tahu benar Al Yio bukan fotografer sembarangan."
"Kau tidak perlu memberitahuku."
"Lalu kenapa kau jadi seperti ini? Saat projek pertama aku dengan Al Yio lalu kau bahkan yang memaksaku untuk menerimanya."
"Tapi tidak dengan perempuan itu! Tidak jika kau melakukan pemotretan dengan perempuan yang hanya akan membuatmu merajuk nantinya, membuat moodmu menjadi buruk, bahkan jeleknya bisa membuat kita bertengkar lagi!"
"Dia sudah bahagia bersama Shuhei Ji."
"Itu yang dikatakan media Dara."
"Kau tidak mempercayainya? Kenapa? Apa dia masih menghubungimu?"
Jiyong mengerutkan dahi. "Lihat? Belum bertemu dengannya kau kembali mulai menuduhku yang tidak-tidak."
Dara menghela napas pendek sebelum berkata dengan lirih. "Apakah kita harus bertengkar lagi?"
"Aku tidak memulainya, kau yang membuatku kesal!"
Terdengar helaan napas panjang Dara. "Aku tidak mau membahas ini sekarang karena kondisimu sedang tidak baik Ji. Kau jelas keletihan dan emosimu sedang tidak stabil."
"Dan karena siapa itu semua?" balas Jiyong saking jengkelnya.
"Ara, aku minta maaf."
Jiyong memejamkan matanya lalu menghela napasnya kasar. "Ku hubungi kau nanti." katanya dan langsung mematikan sambungan telfon mereka lalu melempar asal ponselnya di ranjang. "Sial!"
*
Dara meletakkan ponselnya di atas meja, Masahiro menatapnya cemas."Jiyong marah?"
"Iya."
"Kenapa kau merahasiakan ini darinya? Aku bahkan kaget sekali saat kau menyebut nama Kiko."
"Apakah salah aku menerimanya?"
"Sebenarnya tidak, tapi mungkin karena Kiko dulu adalah alasan mengapa kalian selalu bertengkar, ini menjadi sangat masalah untuk Jiyong."
Dara hanya terdiam dan mengaduk makanannya. Terlihat jelas ia sedang memikirkan sesuatu.
"Jiyong marah bukan berarti dia masih ada sesuatu dengan Kiko, tapi karena dia pasti tidak ingin Kiko membuat kalian bertengkar lagi. Dia tahu benar moodmu jika sudah bertemu Kiko, Dara. Apalagi kalian baru saja baikan dan bukan tidak mungkin setelah kau bertemu Kiko nanti akan ada masalah yang menunggu kalian."