**
Dara meletakkan kedua sumpitnya di atas meja dan menyenderkan tubuhnya di kursi. Matanya memandang ke arah Jiyong yang memang sedari tadi menatapnya lekat."Kenyang, hm?" Jiyong bertanya dengan senyum di bibirnya.
Dara menepuk perutnya lalu menganggukkan kepalanya. "Kenyang sekali Ji."
"Baguslah. Memang itu yang aku inginkan." Jiyong mengusap bibirnya dengan tisu. "Ini restoran sushi ternikmat di Jeju."
"Dan apakah juga termahal?"
Jiyong memutar bola matanya kemudian menjawabnya dengan santai. "Begitulah."
"Berapa uang yang kau keluarkan untuk semua ini?"
Jiyong memandang ke arah Dara dengan alis terangkat.
"Restoran ini restoran sushi ternikmat di Jeju, dan dari yang aku dengar mereka tidak pernah tutup bahkan di hari Natal karena banyaknya pengunjung yang datang." Dara menatap Jiyong dengan senyum mengembang. "Jadi berapa uang yang sudah kau keluarkan untuk hari ini? Aku yakin tidak sedikit."
Jiyong terkekeh, lalu melipat kedua tangannya di depan dada. "Memang tidak sedikit."
Dara meletakkan kedua tangannya di meja. "Kau tahu, kau tidak perlu melakukan hal seperti ini Ji. Aku tidak mau menghabiskan uangmu."
Jiyong terbelalak, tapi setelah itu ia tertawa lepas. Bahkan jika Jiyong sudah tidak bekerja lagi pun, uangnya tidak akan habis melihat sudah ratusan lagu yang ia buat.
Setelah tawa Jiyong mereda, Dara kembali melanjutkan, "Asal bersamamu, di manapun itu, aku menyukainya."
Jiyong benar-benar berhenti tertawa kini. Ia menatap ke arah Dara lurus, kedua bola mata Dara menyiratkan kesungguhan dan ketulusan, membuat dada Jiyong hangat dan jadi berdebar.
Jiyong tersenyum. "Kau terkadang bisa sangat menggemaskan, kau tahu itu?"
"Benarkah?" Dara tertawa kecil.
"Tenang saja Sandara Park, uangku tidak akan habis karena melakukan hal ini." Kata Jiyong sambil bangkit berdiri, dan berjalan ke arah Dara.
Dara menyipitkan mata mendengar jawaban Jiyong lalu mendengus. "Ne, ne. Aku tahu."
Jiyong terkekeh dan berjongkok di hadapan kursi yang Dara duduki. "Seharusnya kau mengerti. Bukankah kau lebih kaya daripada aku?"
Dara menundukkan kepalanya untuk menatap Jiyong, lalu memutar kedua bola matanya dan mencibir. "Apakah kita harus membahas kekayaan di hari Natal?"
"Bukan aku yang memulainya." sela Jiyong lalu menyentil hidung Dara. "Kau yang memulainya tadi."
Dara hanya tertawa kecil. Tangannya terulur mengusap rambut Jiyong.
"Lagipula aku tidak keberatan. Aku bersedia mengeluarkan uang sebanyak apapun untukmu, untuk membuatmu bahagia."
"Aku tidak membutuhkan uangmu untuk bahagia Kwon Jiyong."
"Aku tahu, tapi aku sangat menyukai reaksimu setiap aku memberikan kejutan. Ini hanyalah satu dari banyak kejutan yang akan kuberikan kepadamu." Jiyong mencium hidung Dara singkat. "Jadi bersiaplah Mrs. Kwon,"
Dara tersenyum dan bertanya dengan nada terkejut. "Mrs. Kwon?"
"Ne, Mrs. Kwon. Sekarang dan selamanya kau akan menjadi Mrs. Kwon."
Dara mencium kening Jiyong lalu meletakkan dahinya di dahi pria itu. "I love you."
"I love you more." Jiyong mengulurkan tangan melingkari pinggang Dara, "Aku tidak percaya Natal tahun ini tetap menjadi Natal terindah."