**
"Ap.. apa?" tanya Jiyong dengan mata bulatnya menatap ke arah Dara. Hatinya nyeri, berharap bahwa yang baru saja ia dengar tidaklah nyata.Dara menarik napas dalam, kemudian berkata lagi dengan tenang. "Aku mau kita selesai Ji."
Jiyong tersenyum lirih. "Jangan bercanda padaku Dara ini masih pagi dan--"
"Aku tidak pernah bercanda untuk hal seperti ini."
"Kau menipuku dengan drama seperti ini saat ulang tahunku!" desis Jiyong dengan suara mulai meninggi. "Jangan main-main Sandara Park. Ini tidak lucu lagi."
"Itu kemarin Ji, tapi sekarang tidak. Aku tidak main-main. Aku mau kita selesai."
Jiyong mengulurkan tangan dan menahan lengan Dara. "Ada apa Dara? Apa alasanmu? Kita baik-baik saja dari kemarin kenapa kau minta kita selesai?!"
Dara menarik napas dalam sebelum kembali menatap Jiyong lurus. "Apa benar kita baik-baik saja?" tanyanya datar.
"Katakan dengan jelas alasanmu Sandara Park! Kenapa kau seenaknya seperti ini?!"
"Seenaknya?" Dara mengenyahkan tangan Jiyong yang menahan lengannya. "Seenaknya kau bilang? Siapa yang seenaknya di sini? Aku atau dirimu?"
"Ap.. apa?"
"Aku hanya ingin kita selesai Ji. Bisakah kau tidak mempersulitnya?" Dara hendak melangkah tapi Jiyong lagi-lagi menahan lengannya.
"Berikan alasannya!!" bentak Jiyong. "Berikan alasan yang sebenarnya kepadaku! Katakan dengan jujur mengapa kau ingin putus padaku!"
Dara kembali mengenyahkan lengan Jiyong, ditatapnya kekasihnya itu dengan tajam. "Apa kau tidak pernah merasa bersalah padaku atas semua yang terjadi Ji?"
Jiyong terdiam. Ia tatap Dara dengan tatapan kaget. "Ma-- maksudmu?"
"Kau mengerti maksudku."
"Jelaskan padaku Dara, kau---"
"Kau mengerti dengan jelas apa maksudku Ji. Aku sudah sampai pada puncak dari semua rasa letih, rasa sabar, rasa amarah kini jadi jangan buat aku---" Dara menahan kalimatnya. "Hanya jangan mempersulitnya Ji. Aku mohon."
Hening untuk beberapa saat sampai akhirnya Dara berkata lagi. "Aku harus berangkat." Ia berbalik dan langsung berlari kecil menuju lift. Lift terbuka dan Dara langsung masuk tidak tahu Jiyong mengikutinya dari belakang.
Dara memutar tubuh hendak memencet tombol lift dan terkejut melihat Jiyong menahan liftnya.
"Ji, aku harus--"
"Aku tidak akan menyerah Dara." bilang Jiyong dengan tatapan sedih.
"Lupakan janjimu padaku saat itu Ji."
"Tidak, itu bukan karena janji. Tapi memang karena diriku tidak pernah mau menyerah jika itu menyangkut dirimu."
Dara menggigit bibirnya. Dipandangnya Jiyong yang tidak pernah berpaling menatap lurus sampai akhirnya Dara tidak tahan dan memutat kedua bola matanya, memandang ke segala arah.
"Aku tidak akan menyerah sampai aku merasakan bahwa kau sudah tidak mencintaiku lagi, sampai kau sudah tidak peduli padaku lagi." Jiyong menghela napas pendek. "Sampai aku bisa menerima alasan sesungguhnya kau minta putus dariku."
Dara mendesis. "Apa yang ku katakan tadi kurang jelas?"
"Aku kenal diri--"
"Kau bukan pria yang baik dan tepat untukku Ji." akhirnya Dara mengatakan kalimat yang benar-benar membuat Jiyong terpaku di tempatnya. Kalimat yang bisa membuat Dara pergi secepatnya dari sini. Kalimat yang menyakiti Jiyong.