Miki melangkah keluar dari kamarnya setelah selesai berganti pakaian. Dia mencari keberadaan kakak keduanya di ruang keluarga, namun tak melihat sosoknya disana. Saat mendengar suara dentingan piring dan gelas dari arah dapur, ia pun mengalihkan langkahnya menuju kesana.
Sesampainya disana, ia melihat Luna tengah sibuk menata piring berisikan lauk seperti ayam goreng, tempe, tahu, sayur sop yang masih panas, dan sambal terasi yang nampak sangat pedas itu. Diatas meja juga tersedia setoples kerupuk udang dan segelas teh hangat.
"Lu ngapain, kak?" tanya Miki.
Luna menoleh saat namanya dipanggil oleh si bungsu kemudian memberikan senyum saat melihat penampilan Miki yang lebih baik dibanding saat baru sampai tadi.
"Masakin lu makan siang. Pasti lu belum makan, kan selama perjalanan dikereta." jawab Luna.
Miki hanya menganggukkan kepalanya menjawab pertanyaan Luna. Ia masih tidak menyangka kakak keduanya yang tak pernah mau memasak kini berdiri disamping meja makan dan menyajikan makanan untuknya.
"Welcome home." sambut Luna yang sebenarnya terlambat.
"Harusnya lu bilang begitu, pas gua baru sampai tadi." kata Miki.
Luna menggaruk kepala bagian belakangnya yang sebenarnya tak gatal. Dia hanya salah tingkah karena merasa bersalah sekaligus tak biasa menyambut kedatangan orang seperti ini. "Abis lu tadi dekil dan bau keringat. Jadi, gua enggak bisa nyambut lu kayak gini." katanya. "Sorry, ya."
Miki masih tak bergeming dri tempatnya untuk mendekati meja makan. Dia hanya memandangi kakaknya itu. Dia melihat sajian diatas meja dan Luna secara bergantian. Ia masih tak percaya kakaknya melakukan semua itu untuk dirinya.
"Kenapa lu masih disitu? Lu enggak mau makan masakan gua? Ya gua tahu, masakan gua mungkin enggak akan seenak buatan Karin atau Reynata tapi bukan berarti enggak bisa dimakan." katanya dengan nada ketus sambil menyedekapkan dua tangannya. "Kalau lu enggak mau makan bakal gua tutup pakai tudung , biar Rey atau Karin aja yang makan."
"Ih, gua kan enggak bilang apa-apa. Main ambil kesimpulan aja." Miki segera menghampiri kakaknya itu dan lagi-lagi memeluk kakaknya yang jarang-jarang bisa bersikap baik padanya. "I'm home ! Thank you."
Luna tersenyum dan hanya menepuk-nepuk punggung belakang adiknya. Kemudian, dengan dia mendorong pelan badan adiknya. "Lepasin, jangan lama-lama meluk gua. Badan lu tuh panas tahu."
Miki hanya nyengir mendengar perkataan kakaknya dan bergerak duduk disalah satu bangku makan. "Lu sampai bikinin gua teh hangat juga, kak?"
Luna menganggukkan kepalanya, "Kayaknya lu lagi enggak sehat, ya? Suara lu serak-serak jijik, gitu."
"Kok jijik sih, temen-temen gua bilang serak-serak seksi." protes Miki. "Udah tiga hari gua kena flu, kak dan dampaknya suara gua jadi ilang gini." dia menyeruput teh hangat buatan kakaknya itu.
"Lu kebanyakan main kali, yah disana? Bukannya belajar biar bahasa Inggrisnya bagus." dia ikut duduk menemani adiknya.
"Abis, disana tempat wisatanya bagus-bagus. Apalagi pantai-pantainya. Sayang, kalau gua cuma belajar disana." jawab Miki sambil mengambil sepiring nasi dan lauk-pauk didepannya. Tak lupa ia menuangkan sayur sop yang berisikan telur-telur puyuh itu.
"Terus, lu mau sampai kapan belajar disana?" tanya Luna.
"Sampai hari kemarin." jawab Miki.
Luna mengernyitkan dahinya, "Maksudnya?"
"Iya, kemarin itu kebetulan hari terakhir gua di Pare. Nah, sekarang gua pulang buat nyari beasiswa biar bisa lanjut S2." jawab Miki yang kemudian menyuapkan nasi kemulutnya. "Tapi, sambil nyari gua juga bakal nyoba-nyoba lamar kerja."
"Ooh. Bagus, deh. Biar Karin juga ada yang nemenin. Kasihan sendirian dirumah."
"Lu sendiri? Sampai kapan liburan di Indonesia? Seru enggak belajar di Inggris?" tanyanya.
"Gua dapat libur 3 bulan, paling gua disini sebulanan terus balik lagi buat persiapan masuk."
"Kenapa enggak disini aja sampai tiga bulan?" tanya Miki.
"Enggak ah, nanti gua jadi malas balik ke Inggris."
"Terus, gimana suasana belajar disana? Ada yang beda enggak dibanding kuliah di Indonesia."
"Sama aja. Disana buat belajar, yang beda paling cuma teman-temannya. Tapi, untuk sistem pengajaran gua lebih senang disana. Entah dosennya yang pintar atau apa, tapi gua lebih cepat paham aja sih." jawab Luna.
Miki mengangguk-anggukan kepalanya saat mendengar perkataan Luna.
"Lu masih minat buat nyari beasiswa di LN?"
"Masih lah. Bakal gua usahain dulu." jawab Miki dengan semangat. "Eh iya, mumpung semua ngumpul selama empat hari kita jalan-jalan yuk. Kemana kek gitu.. jangan dirumah doang."
"Nanti diomongin kalau semuanya udah sampai."
Miki menganggukkan kepalanya, "Karin bakal pulang jam berapa?"
"Tadi, sebelum berangkat sih dia bilang sampai rumah mungkin sekitar jam 6 sore."
"Hmm." Miki menggigitu kerupuk udangnya, "Lu enggak makan?"
Luna menggelengkan kepalanya, "Belum lapar."
Miki kembali melanjutkan menyantap makanannya dengan Luna yang menemaninya. Mereka memperbincangkan hal-hal ringan seperti tempat-tempat yang telah dikunjungi oleh Miki di Pare. Ia bercerita dengan raut antusias dan berharap suatu saat nanti bisa berlibur kesana lagi bersama ketiga saudaranya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...