Kota Tua

347 28 0
                                    

Perlu waktu 3 jam setengah bagi Luna untuk sampai didepan stasiun Kota Tua, karena keadaan jalanan yang macet dan antrian penumpang busway yang begitu panjang. Ia menuruni tangga area teras depan stasiun kemudian memilih duduk diatas lantai, dimana disana juga terdapat banyak muda mudi dan pedagang kaki lima yang duduk. Ia meletakkan tas jinjing berisi surat-surat kepemilikan bangunan dan tanah yang diserahkan oleh Pak Satria karena merasa keberatan. Beruntung, diperjalanan ia melihat seorang ibu paruh baya yang menggendong balita berumur 5 tahun menjual tas jinjing yang terbuat dari plastik, sehingga dia bisa membeli untuk menempatkan berkas-berkas itu. 

Luna mengambil handphone-nya dari dalam tas kecil dan mengetikkan pesan pada Karin untuk menanyakan posisi mereka. Pesan terkirim. Dengan cepat, Karin membacanya namun hanya sekadar membacanya tanpa membalas. Terlihat dari status online-nya yang tiba-tiba menghilang. Luna berpikir mungkin saat ini situasi Karin sedang sulit untuk membalas pesannya mengingat bagaimana sesaknya kereta di hari libur yang panjang. 

Ia beralih membaca pesan whatsapp yang dikirimkan oleh kekasihnya, Arga sejak dua jam lalu. Laki-laki yang sangat dicintainya itu sedang dalam posisi online.  

"Gimana pertemuannya? Wihh jadi orang kaya mendadak dong, lu." begitulah bunyi pesan yang dikirimkan oleh Arga. 

"Membosankan dan nyebelin. Iya lah, harta gua lebih banyak dari lu, bro." balas Luna yang menambahkan dengan emot menjulurkan lidah. 

"Alah, sombong banget. Dapat harta aja pake dibilang bosan dan nyebelin :P .

"Gua serius, Ga ... Orang-orang yang hadir super duper tipe yang nyebelin kecuali pengacara dan sekretarisnya. Eh, tadi sekretarisnya cowok, masih muda dan lumayan ganteng, deh." Luna sengaja memancing agar Arga cemburu. "Badannya juga kayaknya bagus , dadanya bidang, gitu plus tinggi. >.< "

"Hmmm -_- , maksud lu apa puji-puji cowok lain didepan gua? Lu pikir gua tertarik, gitu? Sorry, ya cyin eyke mah normal." 

"Hahahahaha :D .... Ngetes aja, cyin.. Kali aja selama gua tinggal belajar, lu belok orientasi." Luna menahan tawanya meskipun bibirnya tak sekalipun bisa ditahan untuk tidak melebar saat membaca balasan dari kekasihnya itu.

"Ih, jangan sekate-kate.. Eyke bukan pisang makan pisang kali, cyin. Jeruk mah doyan, soalnya asem manis gitu."

"Dor !" Luna terkejut sekaligus mengerjap-ngerjapkan matanya saat melihat Reynata sudah berjongkok disampingnya dan memegang pundaknya dengan erat untuk mengagetkan Luna. "Ngapain lu senyum-senyum sendirian? Enggak tahu apa, daritadi dilihatin sama orang-orang." katanya yang akhirnya ikut duduk dilantai disamping Luna. Didepannya juga sudah ada Karin dan Miki yang semringah melihat Luna. Keduanya ikut duduk dengan memelonjorkan kedua kaki karena pegal. 

"Kalian kapan nyampenya? Kok enggak ada tanda-tandanya?" tanya Luna sambill mengirimkan pesan pada Arga, kalau dia harus off dulu dari whatsapp karena akan pergi bersama ketiga saudaranya. 

"Masa'? Bukannya karena lu lagi keasyikan main handphone dan senyum-senyum sendiri sampai akhirnya enggak sadar sama kehadiran kita?" sahut Karin. 

"Tahu, nih. Mentang-mentang udah punya pacar, tangan sama mata nempel mulu sama HP kayak kak Rey." Miki ikut-ikutan bersuara. 

"Yeee, bilang aja lu lagi sirik karena enggak bisa kayak gua dan Rey. Soalnya, lu belum punya pacar." ledek Luna. Ia melirik ransel yang dibawa oleh Rey. Ransel itu cukup besar hingga ia merasa bisa menitipkan tas jinjing plastiknya kedalam. "Rey, tas lu isinya apa?" 

"Bekal. Tadi, Karin nyuruh bikin bekal buat kita makan bareng-bareng." jawab Rey. Luna melihat Miki yang sedang membuka tas ransel merahnya untuk mengambil handphone dari salah satu kantung didalamnya. 

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang