Tepat Hari Minggu, Miki bersama dengan Reynata dan Karin sedang berjalan bersama di Kebun Binatang. Alih-alih hanya bertiga, sebelum hari keberangkatan mereka memutuskan untuk mengajak Manggala, Dani serta Andreas. Awalnya Andreas ragu untuk datang karena harus menemani Paman Agung menemui salah satu kliennya, namun saat Paman Agung tahu Andreas memiliki acara pribadi, beliau menyuruhnya untuk pergi dan mengutus anak buahnya yang lain.
"Sayang banget, Arga enggak bisa ikutan." keluh Miki sambil melingkarkan tangannya pada lengan Dani.
"Mungkin dia ada kegiatan lain." jawab Dani.
Mereka terus berjalan melewati kandang kancil. Manggala menggandeng tangan Reynata. Posisi mereka berada di belakang Miki dan Dani. Berbeda dengan dua pasangan yang terlihat mesra, Karin dan Andreas masih memberi jarak satu sama lain sambil mengobrol hal yang ringan.
"Kalau menurutku, Arga bukannya enggak bisa datang melainkan enggak mau datang." Andreas menyambung perbincangan antara Miki dan Dani dengan hanya bicara pada Karin. Dirinya menggunakan kata 'aku' dan 'kamu' saat mengobrol karena belum bisa menggunakan tata bahasa informal sepenuhnya. Bahkan sebelumnya, Andreas sempat menolak ketika Karin memintanya berhenti menggunakan kata 'saya' atau 'nona'.
"Kenapa begitu?" tanya Karin yang tidak mengerti.
Andreas menatap mata perempuan disampingnya, "Coba lihat kita sekarang."
Karin menatap dua saudaranya yang terlihat nyaman dengan kekasihnya. Mengobrol, bercanda dan menunjuk kemanapun yang menarik perhatian mereka. "Aku masih enggak ngerti? Kita kenapa?" tanyanya lagi.
Andreas menghela nafas panjang, kemudian tersenyum sendiri, "Kalian ini bersaudara, kan?"
Karin mengangguk dengan cepat, "Siapa? Gua sama Miki dan Reynata?" Andreas memberikan jawaban dengan anggukan "Iyalah, ngapain pakai ditanya lagi." dijawab dengan agak kesal.
"Kalau gitu, kenapa sekarang jalannya malah pisah-pisah begitu? Miki sama Dani. Reynata sama Manggala." ia menjeda sebentar perkataannya, "Ini enggak terlihat kita lagi piknik bareng, tapi seperti ngelihatin saudara-saudara kamu kencan." lanjutnya, "Kalau aku, bisa bayangin betapa canggungnya Arga kalau ikut.
Karin baru mengerti dengan yang dimaksudkan oleh Andreas, "Lho, dia kan bisa jalan bareng-bareng sama kita."
"Kita?" tanya Andreas. Karin mengangguk, "Omongan kamu itu enggak akan ngerubah apapun."
"Kenapa?"
"Dani sama Miki. Manggala dan Reynata. . . bukannya dengan pemandangan begitu, dia akan ingat lagi sama Luna?"
Karin terdiam, dan menyadari ketidakpekaannya. "Iya juga. Walaupun dia bisa aja jalan sama kita, dia tetap ingat sama Luna."
"Eh eh kita naik kereta-keretaan itu, yuuukkk !" ajak Miki memutar tubuhnya menghadap saudara-saudaranya lalu menunjuk barisan gerbong kereta yang sudah disatukan, siap untuk diberangkatkan.
"Ha? kita kan baru jalan berapa meter, Ki. . . masa' udah naik itu, nanti aja kalau udah capek." kata Reynata.
"Tapi, gua udah capek, Rey. Jalan-jalannya naik itu aja." pintanya memaksa. "Dani juga udah capek . . ." ia menarik pelan lengan kekasihnya agar mau ikut bersandawira, "iya, kan? kamu juga udah capek?" Dani hanya bisa menjawab dengan tersenyum.
"Dani masih kelihatan segar gitu, bilang aja lu penasaran naik bukannya karena capek." balas Reynata lagi sambil tersenyum usil.
"Ih, Rey. . . gua enggak bo'ong." balas Miki, "udah gitu, cuacanya makin cerah . . jadi, gua juga mau istirahat dulu tapi sambil jalan-jalan. Kalau naik kereta, kan ada atapnya terus . . ."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
General FictionPertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...