Mempertahankan Barang Bukti (Part 3)

176 21 17
                                    

"Gimana keadaannya, Rin?" Tante Talitha sudah menyusul Karin ke ruangan Miki. Melihat keponakannya duduk di samping tempat tidur dengan tangan menggenggam tangan sang adik yang belum sadar. 

"Belum sadar, Tante." jawab Karin dengan lemah. Di dalam ruangan hanya Karin dan Tantenya, karena Dani memilih keluar untuk memberikan kesempatan privasi bagi saudara kekasihnya itu. 

Tante Talitha mengusap puncak kepala Karin, "Sabar, ya. . . kamu udah tahu detail kondisi Miki gimana?" 

Karin menggelengkan kepala, "Tapi, tadi aku tanya ke Rey dan Luna... mereka bilang seharusnya, sejam lagi Miki bisa sadar pasca operasi." 

"Ya udah, kita tunggu sebentar lagi, ya . . ." Tante Talitha menatap sekilas wajah Miki yang pucat. "Rey dan Luna baik-baik aja?" 

Karin mengangguk, "Kondisi mereka enggak separah Miki, dan sekarang lagi ngumpul di ruang rawat Luna." 

"Kalau gitu, Tante kunjungi mereka dulu ya. . ." sambil mengusap-usap lengan sang keponakan sebelum pergi. 

"Kalau mau ke ruanganan Luna minta anter sama Andreas aja, ya Tante." kata Karin sebelum melepas kepergian Tante Talitha. 

"Ya, sayang." pintu kamar tertutup. 

Seperti yang telah dipesankan, Tante Talitha pergi menuju ruang perawatan keponakannya yang lain dengan diantar oleh Andreas. Begitu masuk ke dalam, seluruh tatapan orang yang hadir dalam ruangan tertuju padanya. Tante Talitha langsung menghampiri tempat tidur Luna.

"Gimana kondisi kalian? Ada luka yang parah enggak? Kok bisa musibah ini terjadi sama kalian?" Tante Talitha terdengar panik. 

Reynata dan Luna saling pandang karena merasa bingung dalam memberikan respon atas kedatangan Tante Talitha. Karena mereka tahu, perempuan paruh baya dihadapan mereka yang sekarang terlihat panik ini adalah sosok bermuka dua dan licik. 

"Kami enggak apa-apa. Cuma luka-luka sedikit. Kami lebih khawatir sama kondisi Miki." akhirnya Reynata yang memberikan respon, "Tante kenapa bisa disini? Bukannya, seharusnya Tante udah didalam pesawat menuju Jepang?" 

"Tadinya, Tante udah di bandara. Saat nunggu pintu pesawat dibuka, Tante ditelepon Karin kalau kalian kena musibah kecelakaan. Karena itu, Tante batalkan perjalanan hari ini dan langsung menuju kesini setelah taruh koper dulu di apartemen." jawab Tante Talitha. 

"Ooh begitu . . . maaf, jadi ngerepotin Tante. Harusnya, Tante lanjutkan aja perjalanannya." kata Reynata, ada nada canggung dari perkataannya. 

Tante Talitha mengusap lengan Reynata, "Jangan bilang begitu . . . Tante, ini khawatir banget sama kondisi kalian. Makanya, Tante bela-belain datang dan mengesampingkan seluruh keperluan Tante."

Reynata tersenyum, "Makasih Tante." 

Tante Talitha beralih memandangi Luna, "Kamu, Lun . . apa yang kamu rasakan?" 

"Cuma perih-perih aja dari luka ditangan sama pegal di pinggang bagian bawah." jawab Luna seadanya. 

"Syukurlah kalau kalian enggak mengalami luka yang serius. Tinggal, tunggu Miki sadar aja. Tapi, kata dokter gimana? Kondisinya udah stabil?" tanya Tante Talitha lagi. 

"Dia baik-baik aja selain luka di kepalanya. Beruntung, kaca yang menancap tidak terlalu dalam dan mengenai saraf yang penting." jawab Reynata. Kemudian, perbincangan dilanjutkan dengan Reynata yang memperkenalkan Tante Talitha dengan Manggala dan Arga, sebagai kekasih mereka. 

"Omong-omong, karena kalian terlihat membaik, boleh Tante membicarakan sesuatu dengan kalian? Bertiga aja?"

Reynata dan Luna mengangguk mengijinkan, kemudian meminta Arga dan Manggala untuk memberikan mereka waktu privasi dengan Tante Talitha.

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang