Arga terlihat merenung sambil duduk dibawah pohon, beralaskan kain persegi lebar bermotif kotak-kotak biru muda. Pandangannya lurus kedepan, memerhatikan sebuah tanah hijau yang lapang. Sesekali angin lembut menghampirinya, membawakan ketenangan yang tak didapatkannya disaat sedang terjaga. Laki-laki itu tahu saat ini berada dalam alam mimpinya, dan pemandangan disekitarnya adalah sebuah gambaran harapan yang ingin dilaluinya bersama Luna yang sayangnya sekarang tak akan pernah terwujud.
Ia membayangkan betapa bahagianya bisa melalui sepanjang hari dengan cara seperti ini. Piknik berdua dengan Luna, di tempat yang tidak banyak dikunjungi oleh orang lain. Mendengar suaranya, yang kadang datar, dingin namun juga bisa riang dan hangat. Mengobrol berdua, membicarakan hal-hal tidak penting hingga membahas niatnya untuk menjadikan Luna sebagai wanita pendamping dalam hidupnya. Ia penasaran ekspresi apa yang akan ditunjukkan Luna jika membahas niatnya itu.
Arga memejamkan kedua matanya saat angin kembali datang membelai tubuh serta wajahnya. Menyandarkan kepalanya ke batang pohon di belakang. Mencoba membayangkan semua hal yang ingin dilakukannya terhadap Luna.
'Tuk.'
Kedamaian yang dirasakan Arga terganggu dengan sesuatu yang ringan jatuh dari atas menimpa wajahnya. Ia membuka mata dan merasakan ada seorang perempuan dengan rambut tergerai sedang duduk disampingnya. Perempuan itu memerhatikannya dengan kepala setengah miring, menghadap ke wajahnya. Ia tertegun saat tahu Luna lah yang sedang memandanginya dengan tatapan hangat. Ia mengerjapkan dua matanya beberapa kali kemudian menatap kembali wajah perempuan di hadapannya yang kini sudah dialihkan ke depan.
"Kenapa kamu mimpiin tempat kayak gini, Ga?" tanya Luna, yang juga menikmati pemandangan hijau serta cuaca yang cerah di hadapannya. Ia memejamkan kedua mata ketika angin lembut kembali menghampiri tempat mereka.
Tak ada jawaban yang Luna dengar dari kekasihnya itu, melainkan pergerakan tangannya yang menggenggam sebelah kanan tangan Luna. Memerhatikannya lekat-lekat, Arga nampak tak percaya kalau perempuan itu adalah kekasihnya yang baru saja pergi meninggalkannya. Tak lama setelah merasa yakin, perempuan itu bukan sebuah bayangan yang akan segera menghilang setelah disentuh, Arga langsung memeluknya dengan erat. Mengusap rambut panjang Luna. Meresapi harum bunga lily yang menguar dari tubuhnya. Ia tidak sadar kalau terlalu erat memeluk tubuh kekasihnya.
"Ga, kamu mau bikin aku mati dua kali? Ini . . . terlalu erat." protes Luna dengan menepuk-nepuk pundak kekasihnya agar mau mengurangi kekuatannya. Arga menuruti namun tetap tak melepas tubuhnya.
"Kenapa?" tanyanya kemudian dengan sorot tajam dan penuh kemarahan.
"Hm?" Luna menunjukkan raut bingung dengan pertanyaannya yang ambigu.
"Kenapa kamu enggak ngasih tahu aku soal pertemuan dengan Talitha? Kenapa kamu enggak cerita soal masalah ini dan ngebiarin aku enggak tahu apa-apa tentang masalah kamu?" tanyanya lagi.
"Ga . . ." Luna berusaha menenangkan.
"Apa kamu masih enggak pernah percaya sama aku, Lun?!" ia meneruskan pertanyaannya. Luna terdiam, karena merasa sia-sia saja kalau membalas pertanyaannya. Ia akan biarkan sampai lelakinya itu selesai menumpahkan segala pertanyaan yang mengganjal dihatinya.
"Kenapa kamu ambil tindakan-tindakan itu, dan berakhir ninggalin aku kayak gini?!" lalu Arga melepaskan pelukannya, mendorong tubuh Luna namun tanpa melepaskan tangannya dari pundak kekasihnya, "apa selama ini kamu enggak benar-benar mencintai aku, Lun?! sampai enggak melibatkan aku ke dalam urusan kamu?!" laki-laki itu mulai mengguncang-guncangkan pundak Luna karena emosi, "kenapa kamu lakuin ini sama aku, Lun?! apa yang kurang dari aku?! apa aku terlalu banyak nuntut, apa selama ini kamu sengaja pura-pura baik dengan menerima cinta aku, Lun?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Sisters 2
Algemene fictiePertemuan yang terjadi karena permintaan Paman Agung, membuat Karin, Luna, Reynata dan Miki harus menerima kenyataan kalau mereka adalah saudara dari satu Ayah yang sama. Hari demi hari mereka lalui dengan tenang dalam rumah yang diwariskan ole...