Extermination (Part 6)

158 19 3
                                    

Reynata melangkah gontai menuju rumahnya. Rasa lelah dan kantuk menguasai tubuh dan pikirannya. Saat sudah dalam pekarangan, tangannya dengan lemah memegang gagang pintu untuk masuk ke dalam rumahnya yang hangat. 

"Kenapa, Lun?! Kenapa, sih tega-teganya lu ngelakuin ini ke gua?! apa gua udah ngelakuin hal yang jahat sama lu !" 

Reynata tersentak saat mendengar bentakan yang berasal dari arah lantai dua. Suaranya khas milik Karin. Rasa kantuk dan lelahnya seketika hilang ketika merasakan firasat yang buruk. Setelah meletakkan sepatu ketsnya, buru-buru Reynata pergi menuju lantai dua dan menemukan kedua saudaranya, Luna dan Karin saling berhadapan dengan raut kemarahan menghiasa wajah. Diantara mereka terlihat Miki berdiri terpaku dengan wajah khawatir. 

"Rey !" buru-buru Miki menghampirinya. Luna dan Karin ikut menatap kedatangan Reynata, namun tak lama keduanya kembali saling bertatap tidak suka. 

"Apa yang terjadi?" tanya Reynata. 

"Mereka bertengkar lagi kayak waktu itu." jawab Miki. 

"Kenapa lu enggak jawab pertanyaan gua, Lun?!" omel Karin. 

"Lu enggak pernah melakukan kejahatan apapun, Karin." jawab Luna. Nada suaranya terkesan dingin dan rendah. Nampak jelas, kalau ia pun sudah terpancing amarah untuk alasan yang tidak Reynata ketahui. 

"Terus kenapa lu ngelakuin semua ini?!" tanya Karin lagi dengan pertanyaan yang sama. "gua.. enggak abis pikir, bisa-bisanya lu ngelakuin hal sejauh ini." 

Reynata memberanikan diri maju diantara kedua saudaranya, "Ini ada apa lagi, sih? kalau ada masalah, apa enggak bisa diomongin baik-baik layaknya keluarga?" tanyanya. 

"Enggak, Rey." jawab Karin dengan tegas. "gua enggak bisa lagi menahan diri dengan tindakan Luna yang seenaknya." 

Kali ini Reynata menatap saudara keduanya. Menuntut sebuah penjelasan atas pernyataan saudara tertuanya. 

"Gua cuma melakukan hal yang seharusnya, Rey." jawab Luna. 

"Bicara yang jelas." perintah Reynata. "gua enggak ngerti sama omongan lu." ia terlihat tegas. 

"Ini soal... pelaku pembunuhan nyokap gua, Rey." jawab Luna. 

"Bukannya pelakunya udah ditangkap dan sudah menjalani masa hukuman dipenjara, tapi kenapa lu sampai hati menuduh Paman Iqbal dan Tante Talitha? Apa hubungannya sama keluarga gua?!" sela Karin dengan penuh emosi. 

"Masa lalu yang menggiring gua pada kesimpulan kalau paman dan bibi lu terlibat atas kematian nyokap gua.. oh, bukan cuma nyokap gua, tapi kematian orangtua kita semua." jawab Luna yang tak terpancing untuk bicara keras. 

"Lun.. lu baru dapat cerita aja dari paman dan bibi aja, kan? Belum ada bukti yang kuat." Reynata angkat bicara, "ditambah.. enggak ada yang bisa jamin kalau mereka enggak menambah atau mengurangi cerita yang asli." 

"Ditambah atau dikurangi tetap aja itu informasi. Tentang palsu atau enggaknya informasi, karena itulah gua berusaha mencari tahu ke sumber yang dituduhkan." jawab Luna dengan tenang. 

"Lu menuduh keluarga gua terlibat dalam kasus pembunuhan, Lun?!" tanya Karin dengan kekesalan yang memuncak.

Luna memandangi saudara tertuanya itu, "Bukan cuma gua yang berpikir begitu, Rin.. Paman Agung pun diam-diam udah lama menyelidiki paman dan bibi lu... bahkan nyokap lu juga, kemungkinan juga terlibat... tapi..."

"STOP !" teriakan Karin sukses membuat Luna terdiam. "gua... enggak bisa lagi menolerir tindakan lu, Lun.." 

"Gua enggak berniat asal tuduh tapi gua berusaha untuk mencari tahu dan membuktikan kalau..."

My Lovely Sisters 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang